Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa raja

Ilustrasi kerajaan Aceh mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan siapa, sumber gambar oleh ZUL MAHDI dari Pixabay

Aceh, wilayah Indonesia yang berada paling barat Pulau Sumatera, pada zaman dahulu kala (di masa kerajaan Aceh) menduduki posisi strategis dalam jalur perdagangan karena merupakan gerbang lalu lintas perniagaan dan kebudayaan yang menghubungkan antara timur dan barat. Aceh juga merupakan tempat persinggahan para pedagang Cina, Eropa, India, dan Arab. Pada masa kerajaan Aceh mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan siapa? Berikut ulasannya.

Sejarah dari Kerajaan Aceh diawali ketika kekuatan barat tiba di Malaka, di mana kedatangan mereka membuat Sultan Ali Mughayat Syah menyusun kekuatan dengan menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di bawah komando dari Kerajaan Aceh. Tujuan dari Sultan Ali Mughayat Syah mendirikan Kerajaan Aceh dengan mengabungkan kerajaan kecil adalah untuk membangun kerajaan yang besar dan kokoh.

Kemudian Sultan Ali Mughayat Syah membentuk agkatan darat dan angkatan laut yang kuat. Selain dari segi militer, Sultan Ali Mughayat Syah juga membuat pondasi ekonomi dan politik luar negeri yang kuat.

Masa Keemasan Kerajaan Aceh

Ilustrasi kerajaan Aceh mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan siapa, sumber gambar oleh DIKA WIDADA dari Pixabay

Dikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial, Waluyo, Suwardi, Agung Feryanto, dan Tri Haryanto) (1977: 163) puncak keemasaan Kerajaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu pengaruh agama dan kebudayaan Islam begitu besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Sehingga daerah ini mendapatkan julukan Seuramo Mekkah atau Serambi Mekkah.

Di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas perdagangan, bahkan menjadi bandar transit yang menghubungkan dengan pedagang Islam di Barat. Sultan Iskandar Muda juga meneruskan perjuangan Aceh dengan menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya supaya bisa menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah-daerah penghasil lada. Di samping itu, Kerajaan Aceh memiliki kekuasaan yang sangat luas, meliputi daerah Aru, Pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri.

Itulah jawaban dari pertanyaan kerajaan Aceh mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan siapa? Dari ulasan di atas, diketahui pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda mencapai puncak keemasan di nusantara. (WWN)

Jakarta, CNN Indonesia --

Kerajaan Aceh merupakan kerajaan bercorak Islam yang berdiri di Banda Aceh Darussalam sekitar 1496 Masehi.

Merujuk Sumatra and the Malay Peninsula, 16th Century dalam Digital Atlas of Indonesian History, kerajaan ini didirikan di wilayah Kerajaan Lamuri dan mengalami ekspansi hingga menyatukan kawasan Daya, Pedir, Lidie, sampai Nakur.

Kerajaan di tanah rencong ini terlahir dari gabungan dua kerajaan sebelumnya yaitu Lamuri dan Aceh, atas dasar ikatan pernikahan antara Raja Lamuri dengan Putri Raja Aceh.

Setelah resmi bergabung, kerajaan pun menciptakan kekuasaan baru dengan sebutan Kesultanan Aceh Darussalam.

Sejak pertama berdiri, Kesultanan Aceh sudah lebih dulu berlandaskan ajaran Islam. Penggagas sekaligus pendiri Kerajaan Aceh yang menjabat sebagai raja pertama yaitu Ali Mughayat Syah (1496-1530 M).

Regenerasi pemimpin untuk Kerajaan Aceh terus berlanjut, mulai dari putra Ali Mughayat Syah yaitu Salahuddin sampai berlanjut ke tangan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Puncak Kejayaan Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa raja
Sejarah Kerajaan Aceh dari masa jaya hingga runtuhnya. (Ilustrasi masjid tua di Aceh Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa)

Menurut buku Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (2008) karya Denys Lombard, Kesultanan Aceh Darussalam mengalami era kejayaan di masa kepemimpinan Iskandar Muda.

Saat itu, Sultan Iskandar Muda sangat menolak keras bentuk kerja sama yang ditawarkan asing. Bahkan, ia sudah paham segala trik asing yang berupaya memanfaatkan sumber daya miliknya.

Sejumlah tawaran kerja sama mulai dari Inggris, Portugis, hingga Belanda, tidak ada satu pun yang diizinkan. Kekuatan militernya kuat dan dibekali segala senjata canggih termasuk meriam.

Siasat Portugis, Belanda, sampai Inggris untuk merebut kekuasaan dibuat menyerah, sampai akhirnya mereka memilih ganti wilayah yang berimbas ke Pulau Jawa dan Maluku.

Sultan Iskandar Muda cukup sukses dalam memperluas wilayah kekuasaan termasuk Semenanjung Malaya yaitu Johor, Perak, Melaka, Kedah, Patani, sampai sebagian besar Sumatera.

Periode Iskandar Muda berpengaruh besar pada kebudayaan Islam yang diterapkan dalam kehidupan masyarakatnya. Sampai daerah ini mendapat julukan Seuramoe Mekkah (Serambi Mekah).

Faktor Runtuhnya Kerajaan Aceh

Merujuk dari situs Pemprov Aceh, usai Sultan Iskandar Muda wafat pada Desember 1636, para penggantinya kurang mampu mempertahankan kebesaran kerajaan.

Kedudukan Aceh yang sempat dijadikan salah satu kerajaan terbesar Asia Tenggara mulai melemah dan semakin mudah dipengaruhi oleh luar.

Kesultanan Aceh Darussalam terus menjadi incaran asing, ketika bangsa barat mulai menguasainya dengan perjanjian Traktat London dan Traktat Sumatera.

Sikap penguasa bangsa asing untuk mendapatkan Aceh menjadi lebih nyata, tepatnya pada 26 Maret 1873 saat Belanda menyatakan perang kepada Sultan Aceh.

Perang Sabi berlangsung selama 30 tahun itu membuat Kesultanan Aceh berakhir. Sultan Aceh terakhir, Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa harus mengakui kedaulatan Belanda di Aceh.

Setelah kejadian itu, wilayah Aceh masuk secara administratif ke Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost-Indie) dan menjadi Hindia Belanda sebagai nenek moyang Indonesia.

Peninggalan Kerajaan Aceh

Ada banyak jejak peninggalan dari Kerajaan Aceh yang masih bertahan dan bisa dilihat sekarang ini, beberapa di antaranya:

  1. Masjid Baiturrahman di Banda Aceh
  2. Taman Sari Gunongan
  3. Benteng Indra Patra
  4. Meriam Kesultanan Aceh
  5. Makam Sultan Iskandar Muda
  6. Uang Emas Kerajaan Aceh
  7. Hikayat Aceh berupa karya sastra.
(avd/fef)

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa raja

Kerajaan atau Kesultanan Aceh mencapai pucak kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda yang memerintah pada 1607-1636 M. Kejayaan Kesultanan Aceh dibuktikan dengan berhasilnya Sultan Iskandar Muda menguasai daerah-daerah di pesisir timur dan barat Sumatra, serta pesisir barat Semenanjung Melayu, seperti Johor dan Pahang.

Pembahasan

Aceh dikenal sebagai Kesultanan Aceh Darussalam adalah kesultanan yang terletak di Pantai Timur Aceh. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1513 M. Perkembangan Aceh sangat erat hubungannya dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis karena banyaknya pedagang muslim yang menghidari Selat Malaka.

Sultan Iskandar digantikan oleh Sultan Iskandar Thani yang memerintah pada 1636-1641 M. Pada masa pemerintahannya, kejayaan Kesultanan Aceh semakin meningkat dalam perkembangan di dalam negeri, terutama dalam bidang keagamaan. Perkembangandi bidang agama ini didukung oleh Nuruddin ar-Raniri. Kesutanan Aceh mengalami kemunduran setelah meninggalnya Sultan Iskandar Thani. Tetapi, Kesultanan Aceh dapat bertahan sampai awal abad ke-20 M.

Pelajari lebih lanjut

Letak Kerajaan Aceh pada brainly.co.id/tugas/75218

Faktor penyebab kemunduran Kerajaan Aceh pada brainly.co.id/tugas/24165952

-----------------------------------

Detil Jawaban

Kelas: VII

Mapel: IPS

Bab: Kehidupan Masyarakat pada Masa Praaksara, Hindu-Buddha, dan Islam

Kode: 7.10.4

Kata kunci: Kerajaan Aceh, Kesultanan Aceh, Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Thani, Nuruddin ar-Raniri, kejayaan Aceh

  • Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa raja

  • Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa raja

    kan soal ku "Orang yg memberitakan vbahwa Aceh mencapai masa kejayaan pada masa Sultan Iskandar muda adalah..."

  • Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa raja

  • Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa raja

    jadi yg memberitakan itu "Sultan Iskandar Muda" ???

  • Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa raja