Kenapa renaissance disebut abad pencerahan

Sejarah Zaman Pencerahan di Eropa - Zaman Pencerahan atau Aufklarung adalah konsekuensi yang nyata dari kemunculan Renaissance di Eropa pada abad ke-15. Renaissance telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat Eropa, salah satunya adalah perubahan dalam cara berpikir dan sudut pandang masyarakat Eropa. Memasuki abad ke-18 di Eropa dimulailah suatu zaman baru, yang sebenarnya situasi ini telah ada pada era Renaissance di mana ide-ide tentang rasionalisme dan empirisme telah muncul kembali ke permukaan dan mulai menyelimuti iklim pemikiran masyarakat secara umum dan kalangan intelektual secara khususnya. Pada abad ke-18 ini mulai dikenal sebuah istilah baru dalam menyebut zamannya, di mana masa ini dikenal dengan sebutan Zaman Pencerahan (Aufklarung). Perihal Renaissance sendiri sebenarnya sebagai masa transisi untuk menuju ke Zaman Pencerahan (Aufklarung) abad ke-18.

Kenapa renaissance disebut abad pencerahan



Zaman Pencerahan, dimulai sekitar tahun 1700-1789 hingga terjadinya Revolusi Prancis. Pada masa ini keinginan untuk berpikir dengan akal budi pada abad ke-17 telah mendorong meningkatnya berbagai pemikiran sosial politik baru pada abad ke-18 yang kerap disebut ‘Pencerahan’. Dalam beberapa sumber sejarah juga disebutkan bahwa Zaman Pencerahan (Aufklarung) disebut juga dengan kelahiran kembali. Hal ini dikarenakan pencerahan kembali mengandung arti “munculnya kesadaran baru manusia” terhadap dirinya (yang selama ini berada di bawah tekanan gereja). Di bawah ini akan dideskripsikan tentang sejarah lahirnya Zaman Pencerahan atau Abad Pencerahan (Aufklarung) di Eropa.

Zaman Pencerahan juga merupakan gerakan budaya kaum intelektual di abad ke-18, pertama-tama di Eropa dan kemudian di koloni-koloni di Amerika. Tujuannya adalah mereformasi masyarakat dengan menggunakan penalaran (bukan tradisi, keyakinan dan wahyu) dan mengembangkan pengetahuan melalui sains. Kaum intelektual pada Zaman Pencerahan berusaha mengganti dan menentang takhayul dengan ilmu pengetahuan, dan memperbaiki beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh gereja dan negara. Gerakan budaya pada masa ini diawali pada 1650-1700 dipicu oleh Baruch Spinoza (1631-1677), John Locke (1632-1704), Pierre Bayle (1647-1706), Isaac Newton (1643-1727), dan Voltaire (1694-1778). Kaum intelektual ini mendapatkan dukugan dari kerajaan, sehingga membawa Zaman Pencerahan pada titik puncaknya sekitar 1790-1800. Setelah itu, penekanan pada penalaran memberi jalan munculnya Romantisime yang memberi penekanan pada emosi dan memicu timbulnya kekuatan Kontra Pencerahan.

Pencerahan adalah gerakan filosofis intelektual abad kedelapan belas yang sangat terkesan dengan pencapaian Revolusi Ilmiah. Mereka menerapan metode ilmiah untuk memahami semua kehidupan. Mereka berharap dengan menggunakan metode ilmiah, mereka bisa membuat kemajuan menuju masyarakat yang lebih baik daripada yang mereka warisi. Alasan, hukum kodrat, harapan, kemajuan, di mana ini adalah kata-kata umum bagi para pemikir Zaman Pencerahan.

Pencerahan adalah gerakan intelektual yang berasal dari abad ke-17 dan ke-18 di Eropa dan Amerika yang melahirkan visi "zaman akal budi" tidak hanya bagi peradaban Barat, namun juga untuk kemanusiaan secara keseluruhan. Dengan demikian, inilah salah satu gerakan pertama yang mengejar visi global dengan menyebarkan wirausaha, kewarganegaraan mandiri, dunia bebas, atau kosmopolitan sebagai cita-cita dasar untuk bercita-cita untuk menciptakan kekayaan, perdamaian dan kebebasan bagi jumlah orang sebanyak mungkin. dan untuk mengatasi perselisihan agama.

Pencerahan menawarkan perspektif baru mengenai beragam topik seperti: teori politik; ekonomi; ilmu pengetahuan dan kedokteran; filsafat; pendidikan; literatur; dan sejarah. Selain itu, pencerahan juga berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan dan kemajuan umat manusia. Memang diharapkan semua pengetahuan yang ada dan tersebar dalam berbagai disiplin ilmu ini, pada akhirnya akan memperbaiki kehidupan umat manusia dan memberikan hasil praktis yang dapat dicapai dalam kemajuan kemanusiaan secara umum.

Aufklarung dapat diartikan sebagai gerakan kultural yang muncul dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Eropa untuk menentang dan memberantas segala bentuk takhayul, prasangka, dan mitos yang tidak sesuai dengan akal budi. Pada awalnya aufklarung tidak bisa dipisahkan dari peran kaum Borjuis di negara Prancis, Inggris, Belanda, dan Jerman, yang dengan kekayaan dan waktu luang yang dimilikinya banyak memberikan perhatian terhadap kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, terutama perhatian terhadap kegiatan belajar, membaca, dan menghitung yang diberikan oleh kaum borjuis terhadap masyarakat Eropa.

Dengan demikian, semangat Aufklarung tidaklah lahir dengan dimotori oleh kaum agamawan ataupun para bangsawan Eropa. Kedua kelompok ini meskipun secara ekonomi memungkinkan, tidak banyak memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi lebih cenderung berobsesi untuk dapat mempertahankan kekuasaannya. Begitu juga, semangat Aufklarung tidak lahir dari kalangan petani Eropa karena disamping dalam kehidupan mereka tidak banyak mengalami perubahan yang berarti sejak era Renaissance, komunitas kelompok pekerja tangan dan kelas kelompok masyarakat yang lainnya dinilai belum cukup kuat untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Sehingga sulitlah bagi mereka untuk memikirkan hal-hal yang berada dalam jalur pengembangan intelektual. Mereka sibuk untuk mengurusi kebutuhan ekonomi saja.

Faktor yang mendorong Eropa mengalami masa-masa Aufklarung pada abad ke-18 diantaranya adalah; Pertama, adanya kemakmuran yang melimpah dalam kehidupan masyarakat Eropa, terutama dalam kehidupan masyarakat borjuis. Pada abad ke-17, di negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, dan Belanda telah mengalami kemakmuran yang selalu meningkat tiap tahunnya. Kemakmuran ini banyak ditemukan dalam masyarakat kota, terutama kelompok masyarakat yang disebut kaum borjuis atau paura. Dengan kekayaan yang dimilikinya, mereka bisa memperoleh kekuasaan setinggi-tingginya, tidak terkecuali di antara kaum borjuis itu sendiri. Dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa kelompok masyarakat borjuis memiliki pengaruh yang sangat besar.

Sekalipun demikian, martabat kaum aristokrasi/bangsawan tetap mendapat posisi yang tinggi. Sebab, mereka masih memiliki hak-hak istimewa sebagai kaum terhormat sejak era Abad Pertengahan. Kelompok kaum borjuis terkemuka belum merasa puas jika belum memiliki gelar yang diperoleh dari raja atau belum membeli tanah dari salah seorang bangsawan. Dengan keadaan seperti ini, maka muncullah garis perbedaan antara bangsawan lama (aristokrasi) dan bangsawan baru (borjuis terkemuka) dan borjuis kecil. Kelompok bangsawan baru dengan kekuasaannya secara turun-temurun dapat menduduki jabatan penting di luar dan didalam kota, sedangkan bagi kaum borjuis, kedudukan itu sangat tertutup. Sekalipun demikian, kelompok masyarakat borjuis kecil dengan tingkat kemakmuran yang cukup besar yang dimilikinya telah menjadi pendorong untuk menginsafkan masyarakat dan menolak susunan masyarakat yang berlaku tersebut dan menolak tradisi yang berkembang itu.

Faktor kedua yang mendorong Eropa memasuki masa aufklarung adalah adanya perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan yang dibuktikan dengan munculnya kegiatan penyelidikan dan eksperimen di kalangan orang-orang terpelajar Eropa. Memasuki abad ke-18, kegiatan penyelidikan dan eksperimen merupakan “dua kunci” bagi kesuksesan yang mengantarkan Eropa memasuki Zaman Pencerahan. Dengan berbekal kedua kunci itu, bangsa Eropa dapat membuka tabir ilmu pengetahuan secara bertahap.

Perlu diketahui bahwa di kalangan masyarakat Eropa pada periode Abad Pertengahan orang tidak boleh mengemukakan gagasan atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan gereja. Namun, pasca masa Renaissance, terutama memasuki abad ke-18, orang-orang Eropa mulai memiliki keberanian menolak apa yang datang dari gereja dan menerima gagasan baru. Hal ini menjadi semakin nyata dari usaha yang dilakukan Vesalius yang pernah melakukan terobosan dengan melakukan kegiatan obdukusi (periksa potong mayat) dalam rangka mencari tahu rahasia badan manusia. Pada hal pada periode pertengahan, orang tidak diperbolehkan melakukan obdukusi karena dipandang merendahkan martabat manusia. Akan tetapi, Vesallus tetap berkeyakinan bahwa akan mengetahui fungsi organ tubuh, ia harus menguraikan tubuh yang telah menjadi mayat.

Kegiatan penyelidikan dan eksperimen di kalangan orang-orang Eropa tidak hanya terbatas pada yang dilakukan Vesallius Servet, Harvey, dan Malphigi melalui eksperimennya telah membuka rahasia peredaran darah. Begitu juga, Tycho Brahe, Keppler, Cheristian Huygens, dan Galileo Galilei dengan teropong bintangnya telah mengadakan berbagai penemuan dalam dunia astronomi. Anthoni Van Leewenhoek dengan mikroskop yang dipakainya telah melakukan penyelidikan terhadap keberadaan makhluk terkecil bahkan sampai mikroorganisme. Semua penemuan-penemuan tersebut telah merupakan modal yang dapat menguatkan manusia akan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan oleh akalnya.

Faktor ketiga yang mendorong Eropa memasuki masa-masa Aufklarung karena di kalangan orang-orang Eropa muncul sikap kritis, pada abad ke-17 tampak keberadaan orang-orang Eropa untuk untuk berpikir dan bersikap kritis dalam menyerang dan menentang paham-paham yang telah usang. Rene Discrates, seorang ahli ilmu alam Prancis dengan dalil pokoknya cogito ergo sum, yang berarti saya berpikir, jadi saya ada. Manusia dalam berpengetahuan, yang pertama-tama harus memiliki sikap ragu-ragu, artinya manusia dengan menerima apa yang belum jelas dan nyata. Kedua, orang harus berteguh keyakinan bahwa manusia dapat menguasai alam materi dan alam rohani secara rasional. Tampaknya, Descrates dan para pengikutnya mulai memandang bahwa segala yang ada sebagai mekanisme yamg sangat teratur, yang tidak saja terikat pada hukum, tetapi segala yang ada tidak dapat melepaskan diri dari hukum.

Jadi faktor-faktor di atas tadilah yang mendorong Eropa memasuki Zaman Pencerahan. Dari ketiga faktor tersebut, terlihat bahwa masyarakat Eropa pada abad ke-18 seakan-akan menemukan kembali warisan budaya Yunani yang rasional dan warisan budaya Romawi yang cenderung terikat pada undang-undang.

Gagasan yang ada pada Zaman Pencerahan digagas karena raja atau kaisar memerintah hampir semua masyarakat pertanian yang menetap. Masyarakat kecil kadang-kadang menerapkan pemerintahan demokratis, di mana semua warga negara berpartisipasi dalam urusan politik, atau pemerintah republik, di mana delegasi mengirim utusan untuk berbagai kepentingan konstituen. Beberapa masyarakat, terutama mereka yang memiliki kepemimpinan pusat yang lemah, juga bergantung pada pemerintahan aristokratik, di mana elit istimewa mengawasi urusan publik. Namun, peraturan hierarkis yang mengalir dari seorang raja atau kaisar sejauh ini merupakan bentuk pemerintahan yang paling umum dalam masyarakat pertanian menetap. 

Dalam membenarkan peraturan mereka, raja dan kaisar di seluruh dunia sering mengidentifikasi diri mereka dengan para dewa atau mengklaim sanksi ilahi untuk otoritas mereka. Beberapa penguasa adalah imam, dan kebanyakan orang bekerja sama erat dengan otoritas agama. Atas dasar hubungan mereka dengan kekuatan ilahi, raja dan kaisar mengklaim supremasi politik yang berdaulat dan wewenang untuk memerintah. Di kekaisaran China, misalnya, rumah-rumah dinasti diklaim sebagai peraturan sesuai dengan "amanat surga", sementara di masa awal pemerintahan modern Eropa, raja-raja yang memusatkan sering kali menegaskan "hak ilahi raja untuk memerintah sebagai raja yang absolut.

Para tokoh pemikir juga banyak yang menyerukan persamaan. Mereka mengutuk hak-hak legal dan sosial yang dinikmati oleh bangsawan, yang dalam pandangan filosofis tidak memberi kontribusi lebih besar kepada masyarakat yang lebih besar daripada seorang petani, tukang, atau pekerja kerajinan. Mereka merekomendasikan pembentukan sebuah masyarakat di mana semua individu akan setara di depan hukum. Advokat kesetaraan politik yang paling menonjol adalah pemikir Prancis-Swiss, Jean-Jacques Rousseau (1712-1778).

Pada Abad Pertengahan terjadi perdebatan sengit antara akal dan iman atau antara gereja dan kalangan proletar Eropa. Hal itu terjadi selama kurang lebih delapan abad lamanya. Mereka dipaksa mengikuti doktrin yang telah dikeluarkan oleh pihak gereja dalam dogma-dogma gereja nya. Mereka juga dipaksa untuk melupakan akan kebudayaan mereka dulu, yaitu kebudayaan Romawi dan Yunani. Namun, semakin lama mereka pun semakin merasakan akan kejanggalaan tentang doktrin yang mereka terima itu. Terasa berada di luar akal rasional (irasional). Hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang pada zaman itu. 

Pada Abad Pertengahan, akal dikalahkan oleh eksistensi iman. Abad Pertengahan ini telah memperlihatkan kelambanan kemajuan manusia dalam bidang pemkiran, padahal manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup maju dengan cepat. Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang berfikir kreatif diluar dogma gereja, karena pemikirannya berlawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh gereja pada saat itu. Abad Pertengahan ini tidak saja lamban, lebih dari itu secara pukul rata filsafat mengalami kemunduran pada abad ini jangankan menambah, menjaga warisan sebelumnya saja pun tidak mampu.

Melihat keadaan yang begitu parah pada Abad Pertengahan di Eropa, maka beberapa kalangan intelektual diantaranya melakukan suatu gerakan pembaharuan untuk lahir kembali dalam artian lahir sebagai manusia yang tebebas dari kungkungan gereja (dogma) atau dalam bahasa lain sebagai Zaman Pencerahan. Zaman Pencerahan adalah suatu abad dimana terjadi gerakan pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri. Ketidakdewasaan yang dimaksud di sini adalah ketidakmampuan untuk mempergunakan pengertiannya sendiri tanpa bimbingan orang lain. Dalam hal ini kalangan rohaniawan lah yang memegang peranan dalam setiap keputusan dalam kehidupan manusia. 

Gejala Aufklarung yang mewarnai kehidupan masyarakat Eropa muncul pertama kali pada abad ke-18. Secara sederhana, Aufklarung bermakna pencerahan. Secara lebih luas, aufklarung dapat diartikan sebagai gerakan kultural yang muncul dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Eropa Untuk menentang memberantas segala bentuk takhayul, prasangka, dan mitos yang tidak sesuai dengan akal budi.

Aufklarung, sebagai gerakan kultural yang tumbuh dan berkembang di Eropa pada abad ke-18 M. Pada awalnya tidak bisa dipisahkan dari peran kaum borjuis di negara Prancis, Inggris, Belanda, dan Jerman, yang dengan kekayaan dan  waktu luang yang dimilikinya banyak memberikan perhatian terhadap kegiatan belajar, membaca, dan menghitung yang diberikan oleh kaum borjuis terhadap masyarakat Eropa.  Kaum intelektual pada Zaman Pencerahan ini berusaha mengganti dan menetang takhayul dengan ilmu pengetahuan, dan memperbaiki beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh gereja dan negara. 

Di Perancis Zaman Pencerahan diawali dengan penerbitan ensiklopedia (1751-1772) yang disunting oleh denis diderot (1713-1784) yang berisi tulisan dari kaum intelektual filsuf terkemuka seperti Voltaire, Rousseau (1712-1778) dan montesquieu (1689-1755). Sekitar 25.000 eksemplar yang terdiri dari volume 35 telah terjual, dan setengahnya terjual di luar Prancis. Para intelektual baru mulai menyebar ke pusat-pusat perkotaan di seluruh Eropa, terutama Inggris, Skotlandia, Jerman, Belanda, Russia, Italia, Austria, dan Spanyol kemudian semangat Pencerahan ini menyebrangi atlantik menuju koloni-koloni Eropa di Amerika dan memengaruhi pemikiran dari seorang Benjamin Franklin dan Thomas Jefferson yang merupakan tokoh penggerak terjadinya Revolusi Amerika. Cita-cita politik pencerahan telah mengilhami banyak munculnya deklarasi kemerdekaan dan kebebasan di Amerika, revolusi sosial di Prancis dan negara-negara lain.  

Ada beberapa faktor yang mendorong Eropa mengalami masa aufklarung pada abad ke-18. Pertama, adanya kemakmuran yang melimpah dalam kehidupan masyarakat Eropa, terutama dalam kehidupan masyarakat Borjuis. Kedua, adalah adanya perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan yang dibuktikan dengan munculnya penyelidikan dan eksperimen di kalangan orang-orang terpelajar Eropa. Ketiga, karena dikalangan orang-orang Eropa muncul sikap kritis.

Pada umumnya Zaman Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan sikapnya terhadap agama Kristen seperti yang terjadi di Prancis. Memang orang juga berusaha menyerang dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang’ terbuka.

Di Jerman yang menjadi pusat perhatian adalah soal etika. Orang bercita-cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum, yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada aspek perasaan. Sejak semula pemikiran filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Prancis. Hal itu yang mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di negara sekitarnya, terutama Inggris dan Prancis.

Para perintis Pencerahan di Jerman di antaranya adalah Samuel Pufendorff (1632-1694), Christian Thomasius (1655-1728). Akan tetapi tokoh yang terpenting di bidang filsafat adalah Christian Wolff (1679- 1754).

Christian Wolff mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, dengan mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali baginya adalah susunan sistem filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan yang jelas dan penguraian yang tegas. Christian Wolff-lah yang menciptakan pengistilahan-pengistilahan filsafat dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena pekerjaannya itu filsafat menarik perhatian umum. Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz.

Di Inggris filsafat Zaman Pencerahan dikemukakan oleh para pemikir dengan beragam alirannya. Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat disebut sebagai peletak dasar ajaran agama alamiah. Menurut Eduard Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama di mana agama Kristen ditaklukkan oleh akal. Atas dasar pendapat ini Eduard Herbert menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama Eduard Herbert bermaksud sekuat mungkin meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama.

Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua orang dan secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala pengalaman dalam pemikiran akal. Dalam hal ini, yang menjadi ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan umum segala manusia, karena kesamaan akalnya. Di mana isi dari pengetahuan itu mengenai soal agama dan juga soal kesusilaan.

Menurut Eduard Herbert, terdapat asas-asas yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga tersusunlah  bentuk dari agama alamiah, yang berisi: a) bahwa ada Tokoh yang Tertinggi; b) bahwa manusia harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi itu; c) bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan; d) bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus disesali; e) bahwa kebaikan dan keadilan Allah.

Pada abad ke-18 filsafat Pencerahan di Prancis terinspirasi oleh perkembangan Pencerahan yang terjadi di Inggris. Para pelopor filsafat di Prancis, Rene Descartes dan lain-lain mulai dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang menjadi acuan mereka adalah John Locke dan Isaac Newton.

Perbedaan antara filsafat Prancis dan Inggris pada masa tersebut  adalah di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran mereka dikenal oleh umum, akan tetapi di Prancis keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk yang populer. Akibatnya filsafat di Prancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas dan tidak hanya populer dikalangan orang-orang terpelajar saja. Dengan begitu, keyakinan baru ini telah menjadi pandangan umum. 

Sehingga di Perancis filsafat lebih erat dihubungkan dengan hidup politik, sosial dan kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya yang populer itu maka filsafat di Prancis pada waktu itu tidak begitu mendalam. Sedangkan di Prancis Agama Kristen diserang secara keras sekali dengan memakai senjata yang diberikan oleh pemahaman Deisme. Sama halnya dengan di Inggris, di Prrancis terdapat bermacam-macam aliran: ada golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada golongan materialis, yang meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.

Dengan lahirnya semangat Zaman Pencerahan (Aufklarung) di Eropa pada gilirannya akan mempengaruhi cara berpikir manusia di era selanjutnya, yang mana tidak begitu mempercayai hal-hal yang berkaitan dengan takhayul. Pemikiran manusia setelah terjadinya Aufklarung ini berorientasi pada hal-hal yang bersifat logis. Dengan adanya Aufklarung ini pula lah yang kelak menimbulkan suatu perubahan besar dimana paham-paham baru tumbuh dengan subur seperti Rasionalisme, empirisme, kantianisme, idealism, positivisme, dan lain-lain. Selain itu, gerakan Aufklarung ini juga berdampak kepada terebarnya ilmu pengetahuan yang semakin meluas ke seluruh penjuru dunia.