Kelebihan dan kekurangan papan tulis kayu

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masih ingat dengan film berjudul "Laskar Pelangi"  yang diambil dari sebuah buku karangan Andrea Hirata dengan judul yang sama? Mungkin juga masih ingat dengan salah satu adegan dalam film tersebut dimana tokoh Ikal mendapat tugas dari sekolah untuk membeli kapur tulis di sebuah toko di pasar yang jaraknya sangat jauh. Tetapi karena di toko tersebut, ia bertemu dengan seorang anak perempuan yang memiliki jari-jemari yang sangat cantik, rasa lelah setelah menempuh perjalanan yang jauh seketika pun hilang. Bahkan rasa lelah tersebut tidak pernah menghalanginya untuk berusaha kembali sesering mungkin untuk membeli kapur tulis dan tentunya juga bertemu dengan si empunya jari-jemari cantik itu.

Diantara kita, mungkin juga ada yang memiliki memori dengan kapur tulis. Mungkin ketika masih duduk di bangku sekolah, ada yang pernah mendapatkan timpukan kapur tulis dari guru entah karena ketiduran di kelas atau tertangkap sedang mengobrol dengan sesama teman. Lain halnya dengan yang tulisan tangannya sangat bagus pasti sering mengalami kejadian telapak tangan penuh dengan debu berwarna putih karena sering diminta oleh guru mencatat di papan tulis yang warnanya hitam legam.

Memori ini mungkin akan sulit diulang lagi saat ini. Di banyak sekolah, terutama di kota-kota besar di Indonesia, papan tulis hitam dengan kapur tulisnya sudah berganti dengan papan tulis putih dengan markernya.

Alasan utama penggantian penggunaan kapur tulis ke marker atau yang sering kita sebut spidol ini lebih banyak didasarkan pada aspek kesehatan. Marker dianggap lebih sehat karena bebas debu dan bersih. Selain itu marker juga dianggap lebih praktis dan efisien karena dapat diisi ulang. Ada juga yang berpikir bahwa dengan menggunakan marker terlihat lebih prestigious atau lebih elit.

Terdapat banyak opini terhadap penggunaan kapur tulis dan marker. Dalam tabel berikut kita akan membandingkan berbagai pendapat mengenai keunggulan dan kelemahan dari kapur tulis dan marker.

Kapur Tulis

Marker

Keunggulan

·lebih ekonomis

· papan tulis hitamnya dapat dicat

kembali jika sudah pudar

·mudah ditemui di pasaran

·lebih rapi

·lebih efisien

·dianggap lebih modern

·lebih bersih dari debu yang

masuk mata

·lebih sehat

Kelemahan

·menghasilkan banyak debu

·debu kapur tulis bisa menyebabkan

alergi atau mengganggu kesehatan

pernafasan

·dianggap lebih kuno

· lebih mahal dibanding kapur tulis

Dari tabel tersebut terlihat bahwa kapur tulis memiliki lebih sedikit keunggulan dan lebih banyak kelemahan dibandingkan dengan marker.

Kapur tulis memang merupakan produk kimia yang dibuat dari kalsium karbonat, CaCO3. Dalam penggunaannya, debu kapur dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti rasa panas di kulit, iritasi mata, dan gangguan pernapasan. Namun, berdasarkan penelitian Laboratorium ITB, kapur tulis justru tidak membahayakan pernafasan kita. Hal ini karena debu kapur tulis tergolong ukuran besar, butirannya dapat ditahan oleh bulu-bulu hidung, sehingga tidak sempat masuk ke dalam paru-paru, walaupun dapat menyebabkan batuk.

Berbeda dengan kapur tulis, marker yang beberapa diantaranya masih mengandung xylene (zat yang menimbulkan bau khas pada spidol) lebih berbahaya karena partikel yang dihasilkan jauh lebih kecil sehingga dapat masuk ke paru-paru dan mengendap. Dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Selain itu limbah plastik yang dihasilkan dari marker yang sudah tidak dapat diisi ulang kembali dapat meningkatkan jumlah sampah plastik. Seperti yang kita ketahui bahwa plastik adalah material  yang membutuhkan proses yang sangat lama untuk dapat diuraikan.

Saat ini arah kegiatan manusia di dunia, diarahkan kepada green action, maksudnya adalah segala hal yang dilakukan dan peralatan yang digunakan haruslah ramah lingkungan. Hal ini terjadi, karena semakin hari daya dukung lingkungan bumi kita ini semakin berkurang dan membahayakan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Termasuk penggunaan peralatan pendukung kegiatan pendidikan dan pengajaran, haruslah juga memenuhi aspek keamanan, bukan hanya untuk peserta didik atau para siswa tetapi juga bagi para pendidik, Bapak dan Ibu Guru.

Mungkin para pengambil keputusan di negeri ini, perlu juga belajar dari apa yang dipraktikkan oleh Jepang dalam urusan kapur tulis atau marker ini. Dari hasil perjalanan seorang jurnalis ke sekolah-sekolah di Tokyo dan Osaka, yang dikutip dari kompasiana.com. Sekolah-sekolah di sana, masih menggunakan kapur tulis sebagai salah satu fasilitas belajar mengajar mereka. Alasannya adalah upaya untuk lebih hemat dan awet, karena mereka berupaya memaksimalkan pemanfaatan setiap sumber daya yang digunakan. Hal ini juga dapat dijumpai jika kita mengunjungi Pusat Studi Jepang yang ada di Indonesia, seperti yang terletak di kampus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok, kita dapat menemukan kapur tulis dan papan tulisnya masih tetap setia digunakan.

Dengan anggaran pendidikan kita yang masih terbatas, mungkin perlu adanya rasionalisasi terhadap mata anggaran yang masih dapat ditekan. Salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang lebih ekonomis seperti kapur tulis. Dari penghematan tersebut dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih mendesak seperti perbaikan sekolah-sekolah yang rusak yang jumlahnya cukup besar.

Persoalan kapur tulis dan memori yang pernah tersimpan bersamanya, mungkin bukan hal yang punya urgensi besar. Karena yang lebih penting adalah bagaimana menciptakan sekolah atau institusi pendidikan dan segala fasilitas yang digunakan, menjadi suatu tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik dan para pendidik untuk saling mengembangkan sisi keilmuan dan menciptakan karya bagi bangsa Indonesia.

Bukan cuma sekedar memperbaiki fasilitas pendukung pendidikan, tetapi yang terpenting adalah membuat sistem pendidikan yang dijalankan oleh para pihak khususnya para pengambil kebijakan yang benar-benar peduli terhadap pembangunan anak bangsa.

Majulah Pendidikan Indonesia.

Sumber:

1.Dilema Spidol dan Kapur Tulis, //x4-kingdom.blogspot.com/2009/03/dilema-spidol-dan-kapur-tulis.html,

2.Kapur Tulis di Sekolah Jepang,  Lily Yulianti, //umum.kompasiana.com/2009/07/25/kapur-tulis-di-sekolah-jepang/

3.Kapur Tulis VS Boardmarker, Ditta W. Utami, //artikelkimia.wordpress.com/2009/06/04/ditta-w-utami-0808536-kapur-tulis-vs-boardmarker/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Papan tulis, merupakan “alat” yang sangat diperlukan disetiap sekolah dan di kelas. Bahkan papan tulis dikatakan fasilitas yang mutlak diperlukan, seperti halnya diperlukan meja dan kursi. Dengan papan tulis, pengajar dapat menulis dan menjelaskan materi pelajaran secara efektif dan efisien, sehingga pembelajar dapat menerima pelajaran dengan baik. Papan tulis dapat di gunakan secara baik, dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunanaan papan tulis.Papan tulis, belum dapat dikategori sebagai “media pembelajaran”, tetapi sebagai alat pelajaran. Papan tulis dapat dikategori sebagai media pembelajaran, apabila “papan tulis” tersebut telah difungsikan atau digunakan untuk memberikan informasi atau digunakan untuk menjelaskan meteri pelajaran atau papan tulis itu sendiri fungsinya telah memberikan informasi kepada penerima pesan atau “pembelajar”. Papan tulis merupakan alat yang lazim digunakan, tetapi pertanyaannya bagaimana saudara dapat menggunakan papan tulis dengan baik, efektif, dan efisien dalam menjelaskan pelajaran di kelas? B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar para mahasiswa khususnya calon guru mengetahui sejarah papan tulis, kelebihan dan keunggulan serta mengoptimalkan penggunaan papan tulis sebagai media pembelajaran. C. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa mengetahui kelemahan dan kekurangan papan tulis sebagai media pembelajaran, serta bagaimana cara mengoptimalkan penggunaannya. Dengan begini mahasiswa dan calon guru mampu menguasai papan tulis sebagai media pembelajaran. BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Papan Tulis Papan hitam pada zaman dahulu hanyalah sekeping batu untuk mencatat nota di atasnya tanpa menggunakan kapur tulis karena pada masa itu kapur tulis masih belum wujud lagi. Kanak-kanak hanya menggunakan batu kecil untuk menulis di atasnya. Tulisan dengan mudahnya dipadam menggunakan sehelai kain buruk. Pada lewat kurun ke-18 dan awal kurun ke-19, ‘’papan batu’’ ini sering digunakan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. ‘’Papan batu’’ ini ditambat pada rangka kayu untuk membantu mengukuhkannya dan mengelakkannya daripada retak. Pada masa itu, kertas amat mahal dan sukar untuk didapati dan oleh sebab itu, ‘’papan batu’’ ini amat sesuai sebagai pengganti. Namun, pada suatu ketika, ‘’papan batu’’ ini mulai digunakan dengan kaedah terbaru. Seorang guru geografi yang bekerja di Scotland dilaporkan telah mengambil ‘’papan batu’’ daripada pelajar-pelajarnya dan menggantungkannya pada dinding. Dia kemudiannya menggunakannya untuk membuat papan tulis yang boleh diubah untuk menulis maklumat geografi yang membolehkan pelajarnya membaca bersama-sama. Revolusi papan hitam bermula dari sini. Idea ini diaplikasikan dengan cepat. Penggunaan papan hitam dalam cara ini yang pertama sekali direkodkan ialah di benua Amerika Utara, yaitu apabila papan hitam digunakan di Akademi Ketenteraan Amerika Syarikat di West Point. Akademi ketenteraan yang lain juga kemudiannya mengikut kaedah penggunaan papan hitam ini dan akhirnya, kaedah ini telah tersebar di semua sekolah-sekolah yang lain. Pada sekitar 1850-an, sekolah-sekolah telah dilengkapkan dengan papan hitam bersama-sama dengan beberapa perkakas lain seperti dapur (yang menggunakan kayu untuk memasak) dan bangku. Walau bagaimanapun, penggunaan papan hitam masih lagi belum menjadi sesuatu yang biasa. Apabila teknologi semakin maju, batu yang digunakan untuk menulis pada papan hitam telah digantikan dengan kapur tulis. Kapur tulis yang lembut ini lebih mudah untuk digunakan pada papan hitam dan juga lebih mudah untuk dibersihkan. Kain buruk yang pernah digunakan untuk memadam tulisan pada papan hitam telah digantikan dengan pemadam papan hitam yang baru, yang mana mampu menyerap lebih banyak habuk kapur tulis dan mengelakkannya daripada berterbangan di udara. Papan hitam juga tidak lagi diperbuat daripada ‘’papan batu’’ tetapi kepingan besi dengan porselin. Sejak kebelakangan ini, banyak sekolah telah menggantikan papan hitam dengan papan putih karena bimbang dengan masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat habuk kapur tulis. B. Proses Penggunaan Papan Tulis Sebagai Media Pembelajaran Papan tulis, merupakan “alat” yang sangat diperlukan disetiap sekolah dan di kelas. Bahkan papan tulis dikatakan fasilitas yang mutlak diperlukan, seperti halnya diperlukan meja dan kursi. Dengan papan tulis, pengajar dapat menulis dan menjelaskan materi pelajaran secara efektif dan efisien, sehingga pembelajar dapat menerima pelajaran dengan baik. Papan tulis dapat di gunakan secara baik, dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunanaan papan tulis. Papan tulis, belum dapat dikategori sebagai “media pembelajaran”, tetapi sebagai alat pelajaran. Papan tulis dapat dikategori sebagai media pembelajaran, apabila “papan tulis” tersebut telah difungsikan atau digunakan untuk memberikan informasi atau digunakan untuk menjelaskan meteri pelajaran atau papan tulis itu sendiri fungsinya telah memberikan informasi kepada penerima pesan atau “pembelajar”. keterampilan menggunakan papan tulis perlu dipelajari dan karena itu pengajar-pengajar lulusan tenaga kepengajaran akan dapat menggunakan papan tulis secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada tekhnik khusus yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam menggunakan papan tulis agar tujuan pembelajaran bisa di capai dengan baik, diantaranya : 1. penyajian tulisan harus benar-benar jelas,agar semua siswa dapat melihatnya secara merata dan jelas. 2. Menyajikan materi secara terperinci. 3. Menulis dan menggambar haruslah berbentuk sederhana. 4. Menjelaskan hal-hal yang terdapat dalam papan tulis kepada siswa apabila ada yang masih belum dimengerti. 5. Setelah itu usahakan murid untuk mencoba kedepan kelas tentang materi pelajaran yang sedang berlangsung. C. Keunggulan Papan Tulis Penggunaan papan tulis pada saat menjelaskan materi pelajaran, memiliki nilai manfaat yang sangat penting, antara lain : 1. Tidak memerlukan banyak pekerjaan dan persiapan. 2. Penyajian pelajaran dapat dilakukan dengan jelas oleh pengajar selangkah demi selangkah dan secara sistematis. 3. Dapat menjelaskan hal-hal sesaat (misalnya untuk menjawab pertanyaan). 4. Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dapat dilihat dan segera diperbaiki oleh pengajar secara langsung. 5. Merangsang pembelajar untuk dapat belajar secara efektif. 6. Pembelajar dapat melihat dan dapat membaca dengan jelas apa yang ditulis oleh pengajar di papan tulis. 7. Memotivasi pembelajar untuk terbiasa bekerja pada papan tulis. D. Kelemahan Papan Tulis Manfaat dan nilai penggunaan papan tulis dalam proses pembelajaran di kelas sangat besar, tetapi ada beberapa hal yang secara langsung atau tidak langsung dapat membatasi pengajar menggunakan papan tulis, yaitu: 1. Ada sebagian pengajar merasa tidak tenang apabila menggunakan papan tulis. Merasa tidak mempunyai kecakapan menulis, menggambar yang bagus dan indah di papan tulis. Hal ini menyebabkan keragu-raguan dan timbul rasa segan untuk menggunakan papan tulis sebagai media pembelajaran. 2. Pengajar segan untuk mempersiapkan dan membersihkan papan tulis sebelum mengajar, karena takut tangan kotor terkena debu kapur. Atau untuk mempersiapkan suatu demonstrasi melalui papan tulis memerlukan waktu dan meminta perhatian, ketekunan tersendiri dari pengajar. Akibatnya dapat menimbulkan rasa segan ketika menggunakan papan tulis. 3. Adanya alat-alat modern yang mulai digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, seperti slide, kaca terbus cahaya, film, vidio, VCD, LCD, dll. 4. Banyak buku-buku pelajaran yang dapat dibeli dan dimiliki oleh pembelajar, dari pada mencatat pelajaran dari papan tulis. 5. Pembelajar tidak selalu dapat melihat pelajaran dengan mudah di papan tulis, karena mungkin pengajar berdiri di depan papan tulis dan menutupi tulisan di papan tulis. 6. Apabila pembelajar diberi kesempatan untuk menggunakan papan tulis, maka memerlukan waktu yang banyak, mengurangi jumlah bahan yang akan diajarkan, dan membosankan. 7. Demonstrasi dan ilustrasi yang disajikan pengajar pada papan tulis, seringkali tidak dapat ditangkap pembelajar dengan jelas, sukar dilihat dan kemungkinan tidak dimengerti pembelajar, karena pengajar berdiri di depan papan tulis.

8. Debu kapur, dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan pengajar, yaitu sakit paru-paru, tenggerokan, gangguan kulit, dan pernapasan. Apalagi ventilasi ruangan tidak begitu baik .

E. Mengoptimalkan Penggunaan Media Papan Tulis Di tengah makin banyaknya media pendidikan modern dengan berbagai kecanggihannya, seperti proyektor, televisi, ataupun komputer, kehadiran, papan tulis tetap diperlukan.Ruangan kelas tanpa papan tulis pasti akan terasa berbeda sekali, layaknya sayur tanpa garam yang terasa hambar. Begitu pentingnya keberadaan papan tulis sehingga media yang satu ini tetap ada di ruangan-ruangan kelas sampai sekarang. Sayangnya, sering kali papan tulis yang telah menjadi ikon dari suatu kelas malah sering dibiarkan begitu saja, tidak kita manfaatkan atau mungkin kita sering memanfaatkannya namun hanya sekadar untuk kita isi dengan berbagai coretan-coretan, gambar-gambar, atau kata-kata yang justru malah semakin membingungkan siswa. Padahal papan tulis jika kita tahu cara menggunakannya, akan sangat membantu kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Tentunya agar kehadiran papan tulis di ruangan kelas kita ini tidak sisa-sia maka kita perlu mempelajari beberapa cara menggunakan papan tulis yang baik. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan penggunaan media papan tulis. Pertama, biasakan mengawali pelajaran dengan keadaan papan tulis bersih. Papan tulis yang bersih akan membantu menghemat waktu ketika kita akan menuliskan sesuatu di papan tulis ketika kita mengajar sekaligus papan tulis yang berada dalam keadaan bersih menunjukkan bahwa kita siap mengajar siswa dan siswi. Kedua, tuliskan topik pelajaran di bagian atas papan tulis dan biarkan untuk bisa terus dilihat oleh siswa selama mungkin sampai pelajaran kita berakhir. Menuliskan topik pelajaran sangat berguna supaya siswa bisa terus mengingat akan apa yang ia sedang pelajari, ini penting karena setiap hari siswa dan siswi kita biasa belajar lebih dari satu mata pelajaran. Selain itu, dengan menuliskan topik pelajaran di papan tulis akan berguna ketika ada siswa yang terlambat masuk, tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada temannya dan lantas menimbulkan kegaduhan di kelas. Ketiga, sediakan tempat yang kosong di papan tulis agar kita bisa menuliskan kata-kata kunci. Jika kita menuliskan seluruh bahan pelajaran di papan tulis, akan lebih banyak waktu yang dipergunakan siswa untuk mencatat apa yang terpampang di papan tulis daripada memperhatikan penjelasan kita. Keempat, untuk beberapa mata pelajaran yang sering kali perlu menuliskan perhitungan maka kita bisa menuliskannya di bagian sudut papan tulis. Kelima, hindarkan memenuhi papan tulis dengan terlalu banyak coretan, garis, gambar yang bisa membuat siswa bingung. Usahakan agar seluruh yang kita tulis di papan tulis dapat dibaca dengan jelas oleh seluruh siswa. Keenam, hindari selalu berdiri di depan apa yang kita tuliskan di papan tulis karena hal ini akan menghalangi siswa yang akan mencatat apa yang kita tuliskan. Ketujuh, hapuslah seluruh kata-kata, gambar, bagan di papan tulis yang memang akan kita hapus agar tidak membuat siswa kebingungan. Kedelapan, pada saat kita menulis di papan tulis biasakanlah untuk tidak menulis sambil berbicara, kita baru berbicara setelah kita selesai menulis. Kesembilan, menimbulkan kesan positif dan daya tarik sehingga dapat membuat daya ingat jangka panjang siswa berkembang, misalnya menggunakan warna.

Untuk mengecek sudah seberapa jauh kita berhasil mengoptimalkan penggunaan media papan tulis ini maka kita bisa mengeceknya dengan melihatnya dari jarak-jarak tertentu di sela-sela waktu kita mengajar.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pada lewat kurun ke-18 dan awal kurun ke-19, ‘’papan batu’’ ini sering digunakan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. ‘’Papan batu’’ ini ditambat pada rangka kayu untuk membantu mengukuhkannya dan mengelakkannya daripada retak. Pada masa itu, kertas amat mahal dan sukar untuk didapati dan oleh sebab itu, ‘’papan batu’’ ini amat sesuai sebagai pengganti. Namun, pada suatu ketika, ‘’papan batu’’ ini mulai digunakan dengan kaedah terbaru. Seorang guru geografi yang bekerja di Scotland dilaporkan telah mengambil ‘’papan batu’’ daripada pelajar-pelajarnya dan menggantungkannya pada dinding. Dia kemudiannya menggunakannya untuk membuat papan tulis yang boleh diubah untuk menulis maklumat geografi yang membolehkan pelajarnya membaca bersama-sama. Revolusi papan hitam bermula dari sini. Kelebihan papan tulis: a. Tidak memerlukan banyak pekerjaan dan persiapan. b. Penyajian pelajaran dapat dilakukan dengan jelas oleh pengajar selangkah demi selangkah dan secara sistematis. c. Dapat menjelaskan hal-hal sesaat (misalnya untuk menjawab pertanyaan). d. Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dapat dilihat dan segera diperbaiki oleh pengajar secara langsung. e. Merangsang pembelajar untuk dapat belajar secara efektif. f. Pembelajar dapat melihat dan dapat membaca dengan jelas apa yang ditulis oleh pengajar di papan tulis.

g. Memotivasi pembelajar untuk terbiasa bekerja pada papan tulis.

Kelemahan papan tulis: a. Adanya keragu-raguan dan timbul rasa segan untuk menggunakan papan tulis sebagai media pembelajaran. b. Untuk mempersiapkan suatu demonstrasi melalui papan tulis memerlukan waktu dan meminta perhatian, ketekunan tersendiri dari pengajar. c. Adanya alat-alat modern yang mulai digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. d. Banyak buku-buku pelajaran yang dapat dibeli dan dimiliki oleh pembelajar, dari pada mencatat pelajaran dari papan tulis. e. Pembelajar tidak selalu dapat melihat pelajaran dengan mudah di papan tulis, karena mungkin pengajar berdiri di depan papan tulis dan menutupi tulisan di papan tulis. f. Debu kapur, dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan pengajar, yaitu sakit paru-paru, tenggerokan, gangguan kulit, dan pernapasan. Apalagi ventilasi ruangan tidak begitu baik . B. Saran Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan kritik dari bapak pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

//ber-guru.blogspot.com/2011/10/mengenal-berbagai-media-bag-1.html
//dinbakir.wordpress.com/2009/05/30/media-pembelajaran/
//mothekcuyy.blogspot.com/2012/04/sejarah-papan-tulis.html
//ms.wikipedia.org/wiki/Papan_hitam
//peningkatanmutupembelajaran.blogspot.com/2011/02/optimalisasi-penggunaan-papan-tulis.html

//www.stt-kharisma.org/index.php?option=com_content&view=article&id=34:-mengoptimalkan-media-papan-tulis&catid=5:artikel-pendidikan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA