Kegiatan proyek itu memerlukan tenaga yang terampil biayanya banyak, dan harus cukup waktunya

2. Kalimat Efektif

2.1 Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembaca atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Suatu kalimat dikatakan efektif jika kalimat itu mampu menggambarkan secara jelas dan tepat isi atau maksud yang disampaikan pembicara atau penulis. Dengan perkataan lain, kalimat yang efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar secara lengkap dalam pikiran si penerima/pembaca persis seperti apa yang disampaikan. Keraf, (1989:36), mengemukaan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis; (2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Bila kedua syarat tersebut terpenuhi, tidak mungkin akan terjadi kesenjangan atau disinformasi antar mereka yang terlibat dalam proses komunikasi. Setiap gagasan, pikiran, atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik, pertama sekali, harus memenuhi syarat-syarat gramatikal. Artinya, kalimat tersebut harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Kaidah-kaidah tersebut meliputi unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, system ejaan, dan diksi. 2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif Kalimat efektif dapat ditandai dari terpenuhinya beberapa cirri tertentu. Ada tujuh ciri kalimat efektif yang kita bahas dibawah ini. Ketujuh ciri tersebut berkaitan dengan 1. Kejelasan penggunaan berbagai lapis unsur dan struktur bahasa 2. Kesejajaran penggunaan bentuk-bentuk bahasa 3. Ketepatan bentukan bagian-bagian kalimat 4. Ketepatan penalaran 5. Kehematan penggunaan kata 6. Kejelasan pengungkapan 7. Ketepatan struktur pengungkapan Unsur-Unsur Kalimat Harus Ada a. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa terjadinya gelombamg tsunami akibat patahnya lempengan bumi di dasar laut. b. Salah satu hasil teknologi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia yaitu komputer c. Banyak generasi muda belum menyadari akan bahaya seks bebas. Ketiga kalimat di atas salah karena kalimat yang dikemukakan di dalamnya tidak jelas. Dalam (a) kata dari hanya dapat digunakan apabila predikat membuktikan diganti menjadi terbukti. Pergantian ini mengakibatkan subjek kalimat menjadi bahwa terjadinya gelombang tsunami akibat patahnya lempengan bumi di dasar laut, sedangkan dari hasil penelitian ini menjadi keterangan. 1. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terjadinya gelombang tsunami akibat patahnya lempengan bumi di dasar laut. 2. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terjadinya gelombang tsunami akibat patahnya lempengan bumi di dasar laut Kalimat (b) salah karena predikat kalimat tidak ada. Kata yaitu dalam contoh itu tidak berfungsi sebagai keterangan. Padahal, unsur pokok yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan predikat. Agar kalimat itu benar, kata yaitu harus diganti dengan kata adalah atau ialah. Di dalam kalimat, kedua kata ini dapat berfungsi sebagai predikat: a. Salah satu hasil teknologi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia adalah komputer. Kalimat (c) salah karena objek bahaya seks bebas diberi kata depan akan. Objek kalimat, seperti juga subjek, tidak boleh diberi kata depan. Apabila akan hendak dipertahankan, predikat menyadari diubah menjadi sadar. Dengan predikat sadar, kata depan akan harus dipakai karena sadar akan merupakan kelompok kata kerja yang berkata depan. Frasa bahaya seks bebas yang mengikuti sadar akan adalah pelengkap, bukan objek. a. Banyak generasi muda belum menyadari bahaya seks bebas b. Banyak generasi muda belum sadar akan bahaya seks bebas Bagian-Bagian Kalimat Harus Sejajar 1.Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pemimpin proyek belum menyetujuinya 2. Kegiatan proyek ini memerlukan tenaga yang terampil, biayanya banyak, dan harus cukup waktunya. Kedua kalimat di atas salah karena tidak sejajar. Dalam (1), yang merupakan kalimat majemuk setara, kedua klausa dikemukakan dalam bentuk yang tidak sama. Klausa program kerja ini sudah lama diusulkan dinyatakan dalam bentuk pasif, tetapi klausa pemimpin proyek menyetujuinya dinyatakan dalam bentu aktif. Agar kalimat itu benar, kedua klausa harus diungkapkan dalam bentuk yang sama, yakni aktif dan aktif atau pasif dan pasif, seperti dalam kalimat (1) dan (2) berikut. (1) Kami sudah lama mengusulakan program kerja ini, tetapi pemimpin proyek belum menyetujuinya. (2) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pemimpin proyek. Kalimat (1) salah karena frasa objek dinyatakan menjadi tiga buah bentuk yang tidak sama: tenaga yang terampil, biayanya banyak, cukup waktunya, kesejajaran akan terpenuhi apabila ketiga bentuk itu muncul dalam format yang sama seperti yang tampak dalam (3) berikut. (3) Kegiatan proyek ini memerlukan tenaga yang termpil, biaya yang banyak, dan waktu yang cukup. Bagian kalimat tidak dipenggal a. Proyek rekonstruksi Aceh pascatsunami sudah dapat dilaksanakan. Karena dana yang diusulkan sudah turun. b. Berbagai system penduduk ini akan dapat berpengaruh terhadap system-sistem lain yang melingkarinya. Seperti system ideologi politik, ekonomi, dan hubungan manusia dengan lingkungan hidup fisik dan sumber daya alam. Kedua kalimat di atas salah karena unsure keterangan (dalam (a) ditandai dengan kata karena, sedangkan dalam (b) ditandai dengan kata seperti) dipisah menjadi bagian tersendiri. Kalimat tadi menjadi benar apabila unsure keterangan itu tidak berdiri sendiri karena bukan merupakan sebuah kalimat baru. 1.Proyek rekonstruksi Aceh pascatsunami sudah dapat dilaksanakan karena dana yang diusulkan sudah turun. 2.Berbagai system penduduk ini akan dapat berpengaruh terhadap system-sistem lain yang melingkarinya, seperti system ideology politik, ekonomi, serta hubungan manusia dengan lingkungan hidup fisik dan sumber daya alam. 2.3 Kaidah penalaran Kalimat efektif, selain harus memenuhi kaidah-kaidah gramatika dan kaidah-kaidah semantic, harus juga memenuhi kaidah kebenaran logika atau kaidah penalaran. Kalimat (a) di bawah ini benar jika dilihat dari kaidah gramatika dan kaidah semantic, tetapi salah jika dilihat dari kaidah penalaran. Perhatikan secara cermat kalimat-kalimat berikut ini. a. Laporan ini disusun untuk melengkapi kekurangan dari laporan pada bulan lalu. b. Dewan Keamanan PBB mengecam keras atas terjadinya pembunuhan 21 warga Aceh yang tewas dan lainnya yang luka-luka. Kedua kalimat di atas tidak bernalar. Dalam (a) kekurangan yang ada bukan ditutupi, melainkan ditambah lagi dengan kekurangan yang lain. Hal ini terjadi karena penggunaan kata melengkapi yang tidak pada tempatnya. Kalimat (b) tidak masuk akal karena yang dibunuh adalah 21 warga Aceh yang telah tewas dan 15 yang telah luka-luka. Padahal, yang dimaksud penulis tentu suatu peristiwa yang mengakibatkan 21 warga Aceh tewas dan 15 lainnya luka-luka. (1)Laporan ini disusun untuk menutupi kekurangan laporan bulan lalu. (2) Dewan Keamanan PBB mengecam keras sebuah peristiwa yang mengakibatkan 21 warga Aceh yang tewas dan 15 lainnya luka-luka. Bagian-bagian yang sama tidak digunakan (1a) seseorang yang telah menguasai suatu persoalan, maka orang itu akan dapat mengemukakan persoalan persoalan tersebut dengan baik. (2b) gelombang tsunami itu terjadi di beberapa Negara-negara miskin. (3c) sejak dari kecil anak itu telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Ketiga kalimat di atas salah karena menggunakan bagian-bagian yang sama dan tidak perlu. Dalam (1a) subjek orang itu tidak perlu disebutkan lagi karena sama dengan subjek yang telah ada sebelumnya. Dalam (2b) beberapa sudah berarti lebih dari satu sehingga perulangan Negara-negara menjadi mubazir. Jika kata Negara-negara dipertahankan, kata beberapa harus dibuang. Terakhir, dalam kalimat (3c) kata sejak dan kata dari adalah bersinonim sehingga di dalam kalimat tidak boleh kedua-duanya digunakan secara bersama-sama. a. Seseorang yang telah menguasai suatu persoalan akan dapat mengemukakan persoalan tersebut dengan baik. b. Gelombang tsunami itu terjadi di beberapa Negara miskin. c. Gelombang tsunami itu terjadi di Negara-negara miskin. d. Sejak kecil anak itu telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya . e. Dari kecil anak itu telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Kalimat tidak berbelit-belit: 1. Peraturan daerah untuk menata kawasan pemukiman penduduk sedang disusun oleh pemerintah daerah setempat, menyangkut detail tata ruang kawasan itu sebagai tindak lanjut Keppres 48/1984 tentang penanganan khusus pemukiman di wilayah Surabaya. 2. Kependudukan merupakan suatu system, yaitu penduduk yang merupakan suatu totalitas dan beberapa subsistem di dalamnya yang adalah fertilitas, mortalitas, dan migrasi/mobilitas. Kedua kalimat di atas sukar dipahami karena beberapa pokok pikiran yang disampaikan digabungkan menjadi satu kalimat. Padahal, jika dipilah menjadi bagian-bagian yang sejalan dengan pokok pikiran yang dikemukakan, kalimat tersebut mudah dipahami. a. Peraturan daerah untuk menata kawasan pemukiman penduduk sedang disusun oleh pemerintah daerah setempat. Peraturan itu menyangkut detail tata ruang kawasan tersebut. Hal itu merupakan tindak lanjut dari Keppres 48/1984 tentang penanganan khusus permukiman di wilayah Surabaya. b. Kependudukan merupakan suatu ssistem yang terdiri atas beberapa subsistem, yaitu subsistem fertilitas, moralitas, dan migrasi/mobilitas. Semua subsistem itu merupakan suatu totalitas. Kalimat disusun menurut kaidah bahasa Indonesia: 1. Meskipun perusahaan itu belum dikenal, tetapi produksinya telah banyak digunakan orang 2. Penerimaan pegawai baru di lembaga penelitian ini sudah sesuai peraturan yang ada 3. Serat gelas ini diselimuti dengan bahan gelas lain sebagai pelindungnya, yang mana indeks bias gelas pelindung ini harus lebih kecil dibandingkan dengan indeks bias serat optiknya. Ketiga kalimat di atas tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Kalimat (1) terdiri atas dua buah klausa sehingga menurut kaidah bahasa Indonesia hanya satu kata penghubung yang boleh digunakan. Dengan demikian, pembetualan kalimat dilakukan dengan membuang salah satu kata penghubung yang ada pada klausa itu. a. Meskipun perusahaan itu belum dikenal, produksinya telah banyak digunakan orang. b. Perusahaan itu belun dikenal, tetapi produksinya telah banyak digunakan orang. Kesalahan kalimat (2) terletak pada kata sesuai. Kata tersebut merupakan salah satu ungkapan idiomatic yang di dalam bahasa Indonesia harus diikuti oleh kata depan dengan. Jadi, kalimat yang betul adalah sebagai berikut. (1a) penerimaan pegawai baru di lembaga penelitian ini sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Terakhir, kalimat (3) salah karena penggunaan frasa yang mana. Dalam bahasa Indonesia frasa yang mana digunakan untuk membentuk kalimat Tanya, sedangkan kalimat tadi tidak mengandung maksud seperti itu. Oleh karena, bentuk yang mana tidak boleh digunakan. (2b) Serat gelas ini diselimuti dengan bahan gelas lain sebagai pelindungnya. Indeks bias gelas pelindung ini harus lebih kecil dibamdingkan dengan indeks bias serat optiknya. 2.4 Syarat-syarat kalimat efektif Kelogisan - Kalimat pasif dan aktif harus jelas - Subjek dan keterangan harus jelas - Pengantar kalimat dan predikat harus jelas - Subjek tidak ganda - Predikat tidak didahului kata yang Kepararelan Predikat kalimat majemuk setara rapatan harus pararel. Jika kata kerja haruslah kata kerja semuanya; jika kata benda harus juga kata benda semuanya. Contoh: v Harga minyak disesuaikan atau kenaikan itu secara wajar. ü Harga minyak disesuaikan atau kenaikan itu secara wajar. Ketegasan · Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan di awal kalimat · Membuat urutan yang logis Misalnya 1, 2,dan 3; kecil, sedang, besar; anak-anak, remaja, dan, orang tua, dan sebagainya. Contoh: · Presiden menegaskan agar kita selalu hidup disiplin · Penggemarnya tidak hanya anak-anak, tetapi remaja, orang tua, bahkan kakek-kakek. Kehematan Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi · Menghilangkan pengulangan subjek yang sama pada anak kalimat. · Menghilangkan penggunaan superordinat pada hiponim kata. · Menghilangkan kesinoniman kata dalam kalimat. Ketepatan Ketepatan adalah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat. · Pemakaian kata harus tepat · Kata berpasangan harus tepat · Menghindari peniadaan preposisi Kecermatan Cermatilah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tecapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini. · Hindari penanggalan awalan. · Hindari peluluhan bunyi /c/ · Hindari bunyi /s/,/p/,/t/, dan/k/ yang tidak luluh · Hindari pemakaian kata yang ambigu Kepaduan Kepaduan adalah informasi yang disampaikan itu tidak terpecah-pecah. · Kalimat tidak bertele-tele dan harus sistematis · Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek-verbal-pasien · Di antara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang. Kesejajaran Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang pararel. Agar kalimat terlihat rapid an bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan. Contoh: v Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati. · Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan. Keharmonisan Keharmonisan dalam kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola pikir dan struktur bahasa. · Subjek Subjek (s) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok, benda, dan sesuatu hal. · Predikat Predikat (p) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri subjek. · Objek dan pelengkap Objek dan pelengkap bagian kalimat yang melengkapi predikat. · Keterangan Keterangan (ket) adalah bagian kalimat menerangkan berbagai hal mengenai bagian hal lainnya. 2.5 Kesalahan Berbahasa Kalimat salah cermin pikiran kacau. Pernyataan itu cukup beralasan. Dalam kenyataan dalam berbahasa Indonesia sehari-hari, baik lisan maupun tulis, kita sering terkendala dalam memahami gagasan atau pemikiran yang disampaikan oleh pembicara atau penulis. Secara kebahasaan, kesulitan tersebut akibat dari ketidakmampuan pembicara atau penulis membangun kalimat-kalimat yang gramatikal (benar) sebagai media penyampaian ide-idenya. Sering kita temukan orang-orang yang mempunyai konsep-konsep ide yang brilian, namun kurang berhasil dalam mengomunikasikannya kepada orang lain. Hal ini merupakan kendala dalam perkembangan, penyebarluasan, dan pentrnformasian ilmu yang ada pada dirinya. Dewasa ini, bila kita cermat memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia, sangat banyak kita temukan kalimat-kalimat yang tidak gramatikal. Kalimat-kalimat salah tersebut sering disosialisasikan oleh orang-orang yang mempunyai kekuasaan (peran),seperti pejabat, wartawan, penulis, dan ilmuan. Meskipun segi otoritas keilmuannya diakui, kemampuan berbahasanya perlu “ditinjau” kembali. Sepintas lalu, kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin tidak tampak terasa. Pendengar atau pembaca mungkin masih bisa memahami arah pembicaraan. Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan mengembalikannya atau mengacu pada system kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak hanya terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu, aspek gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan. Jadi, setiap kalimat yang dibangun harus memenuhi syarat gramtika!. Syarat gramatika itu, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu, ragam bahasa ilmu (terutama ragam bahasa tulis) harus memiliki unsur-unsur yang lengkap (S,P,O,Pel, dan K) sehingga setiap kalimat yang dibangun dapat dibaca dengan jelas dan mudah dipahami, tidak timbul keraguan. Dalam kenyataan berbahasa Indonesia sehari-hari, baik lisan maupun tulis, masih banyak ditemukan kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini sering tidak disadari. Seolah-olah kesalahan itu sudah berteima (salah kaprah). Secara umum, kesalahan struktur, kesalahan diksi, dan kesalahan ejaan. Berikut akan disampaikan contoh-contoh kesalahan tersebut satu per satu beserta alternative pembenarannya. 1. Kesalahan struktur Kalimat pasif bentuk diri Dalam karangan ini tidak terdapat kalimat yang salah dalam susunan pasif bentuk diri. Subjek berpreposisi Kalimat tidak bersubjek sering kita temukan dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Karena asyik menulis, kadang-kadang orang lupa memeriksa apakah kalimat yang dihasilkannya memenuhi syarat atau tidak. Orang sering menempatkan preposisi atau kata depan di depan subjek. Penempatan preposisi di depan subjek mengakibatkan kaburnya fungsi subjek yang dimaksud menjadi keterangan. Kalimat-kalimat berikut memperjelas hal itu. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kalimat yang salh dalam penggunaan subjek berpreposisi. Pengantar kalimat dan predikat Ungkapan pengantar kalimat seperti menurut dan sebagaimana, yang disertai nomina pelaku sering menimbulkan ketaksaan antara ungkapan pengantar kalimat dan predikat kalimat. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kesalahan yang diakibatkan pengantar kalimat dan predikat. Pelesapan subjek dalam kalimat majemuk Kalimat majemuk sebenarnya terbentuk dari penggabungan kalimat-kalimat tunggal. Dalam penggabungan itu sering terjadi penggantian, pelesapan, dan pengulangan unsur yang sama. Dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kalimat yang salah dalam hal pelesapan subjek dalam kalimat majemuk Penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat Kalimat majemuk bertingkat adalah suatu jenis kalimat majemuk yang unsure-unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sederajat. Bagian yang satu berkedudukan sebagai inti dan bagian yang lain berkedudukan sebagai bukan inti (induk kalimat dan anak kalimat). Kita sering menemukan pemakaian dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Predikat berpreposisi Predikat merupakan unsure utama suatu kalimat di samping subjek. Dalam kenyataan berbahasa orang sering membangun kalimat-kalimat yang tidak berpredikat. Kesalahan ini sering tidak disadari. Sebenarnya, predikat kalimat itu ada, tetapi gagal menjadi predikat karena didahului preposisi. Dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan dalam hal predikat berpreposisi. 2. Kesalahan diksi Penggunaan diksi secara tidak tepat sering menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal (salah). Untuk itu, diperlukan kecermatan dalam memilih sehingga kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik. Berikut dikemukakan beberapa kesalahan yang sering kita temukan dalam kenyataan berbahasa sehari-hari. a. Pemakaian kata depan yang tidak tepat Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata seperti ­di, ke, dari, pada, terhadap, tentang dan daripada. Kata-kata seperti itu tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek dan predikat serta fungsi-fungsi klausa yang lain. Dalam penggunaan bahasa sering tidak cermat memperlakukan kata-kata tersebut. 1a. Pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang di bagi menjadi dua pulo, yaitu Pulo Breuh dan Pulo Nasi. 2b. Pikiran ini kian kalut saat aku memikirkan ke tiga adikku yang masih kecil-kecil. Kata di dan ke pada kalimat di atas salah karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang baik. Jadi seharusnya pemakaian di dan ke seharusnya disambung seperti dalam kalimat berikut ini. 3a. pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang dibagi menjadi dua pulo, yaitu pulo Breuh dan Pulo Nasi. 4b. pikiran ini kian kalut saat aku memikirkan ketiga adikku yang masih kecil-kecil. b. Penggunaan kata berpasangan yang tidak tepat Ada sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang digunakan secara berpasangan (konjungsi korelatif), seperti baik…maupun…, bukan… melainkan…, tidak… tetapi…,antara…dan… Di dalam kalimat-kalimat berikut dikemukakan contoh pemakaian konjungsi korelatif secara tidak tepat. 1. Pulo Breuh adalah pulo ku yang mempunyai banyak desa di bandingkan dengan Pulo Nasi. Kalimat di atas sebenarnya mempunyai dua kesalahan yaitu pemakain kata depan dan penggunaan kata berpasangan yangseharusnya disisipkan kata lebih yang dipasangkan dengan kata dibandingkan seperti kalimat diberikut. 2. Pulo Breuh adalah pulo ku yang mempunyai banyak desa dibandingkan dengan Pulo Nasi. c. Penggunaan makna jamak secara berganda Di dalam kenyataan sering kita temukan penggunaan kata-kata yang mubazir, tetapi dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan seperti itu. d. Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda Kita sering menemukan penggunaan dua kata yang makna dan fungsinya kurang lebih sama. Pengunaan dua kata secara bersamaan ini tidak efisien. Kata-kata yang dimaksud, seperti adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, sangat sekali, hanya saja, dan daftar nama-nama. Seperti kalimat berikut: 1. Dan diakhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka ada diadakan acara-acara yang seru lho!! Kata-kata yang bercetak miring sudah menyatakan jamak. Jadi tidak perlu dipergunakan secara bersamaan. Gunakan saja salah satunya , seperti contoh berikut. 2. Dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka diadakan acara-acara yang seru lho!! e. Penggunaan penghubung antarkalimat dan maka Dalam berbagai tulisan kita menemukan penggunaan kata maka bersama dengan ungkapan penghubung antarkalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, dan setelah itu maka, dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan seperti itu. f. Penggunaan makna kesalingan secara berganda Kesalahan seperti ini tidak terjadi pada karangan-karangan ini g. Peniadaan preposisi Dalam kenyataan berbahasa kita juga sering menemukan peniadaan unsur preposisi yang menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu umumnya berupa verba intransitive. Kesalahan seperti tidak kita jumpai dalam karangan-karangan ini. h. Pemakaian bentuk di mana, dalam mana, dan yang mana sebagai penghubung Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, dan yang mana sebagai penghubung. Penggunaan bentuk-bentuk tersebut dipengaruhi oleh struktur bahasa inggris. Dalam bahasa inggris, bentuk tersebut seperti where, in, which (di mana, dalam mana, dan yang mana) lazim digunakan sebagai penghubung. 1. Di antara desa-desa yang ada di pulo Breuh terdapat satu desa yaitu desa ku desa lampuyang, di mana di desa ku banyak terdapat rumah penduduk. Dalam bahasa Indonesia kata-kata tersebut dapat dihilangkan karena tidak perlu digunakan, seperti contoh berikut. 2. Di antara desa-desa yang ada di pulo Breuh terdapat satu desaku desa lampuyang, di desaku banyak terdat rumah penduduk. i. Penghilangan afiks Dalam kenyataan bahasa Indonesia dewasa ini, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi, para penutur bahasa Indonesia sering menghilangkan afiks. Afiks yang sering dihilangkan adalah meN- dan ber-. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan seperti ini. j. Penghilangan konjungsi Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan perkataan lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi. Dalam kenyataan sering ditemukan kalimat sebagai berikut: a. Karena kejadian hari itu Aisyah hidup sebatang kara, ia mulai membiasakan hidup sendiri tanpa bantuan orang tuanya. b. Karena waktu itu terpakai untuk melakukan kegiatan dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka. Jika kita perbaiki kalimat-kalimat itu menjadi. c. Ia mulai membiasakan hidup sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Karena kejadian hari itu Aisyah hidup sebatang kara. d. Waktu itu terpakai untuk melakukan kegiatan dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka. 1. Pemisahan bagian kalimat majemuk Kalimat majemuk terdiri atas dua pola atau lebih. Pola atau bagian-bagian dalam kalimat tidak dipenggal atau dipisahkan, dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan seperti ini. 2. Kesalahan ejaan Dalam kenyataan penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini masih banyak kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktepatan menerapkan ejaan. kesalahan yang sering terjadi adalah pembubuhan tanda baca, khususnya pembubuhan tand koma (,). Berikut akan ditampilkan contoh-contoh kesalahan tersebut. a. Tanda koma di antara subjek dan predikat 1a. Pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang di bagi menjadi dua pulo, yaitu pulo Breuh dan pulo Nasi. Kalimat di atas salah karena tanda titik di antara subjek dan predikat. Ada kecenderungan penulis membubuhkan tanda koma di antara subjek dan predikat kalimat jika nomina mempunyai keterangan yang panjang. Pembubuhan tanda koma dari predikat. Jadi, tanda koma dalam kalimat di atas harus ditiadakan. Akan tetapi, tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. b. Tanda koma di antara keterangan dan subjek Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu, pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar, perhatikan contoh kalimat berikut. 1b. Setelah aku mengambil wudu’ dan melaksanakan shalat shubuh, kedua kaki ini menuntunku untuk keluar rumah c. Tanda titik dua di akhir kalimat Salah satu tempat penggunaan tanda titik dua (:) adalah pada akhir suatu penyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kesalahan seperti yang dimaksud.


DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Azwardi. 2008. Modul Menulis Ilmiah. Banda Aceh. Chaer. Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Finoza, Lamuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mawar Gempita. Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Sugono, Dendy. 1986. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT Priastu. Widjono. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo. Arifin.Zaenal dkk.2001. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo.