Kata mengusahakan dalam bahasa Ibrani adalah abad, yang artinya

Kejadian 2:8-15

Jemaat Tuhan kita Yesus Kristus,

Dalam dua minggu terakhir saudara-saudara jemaat, telah mendengar Khotbah berseri.  Tema ketiga dari khotbah berseri hari ini adalah “Bertumbuh menjadi murid yang peduli terhadap ciptaan”. Khotbah berseri ini adalah penjabaran thema GKIN 2018 “Bertumbuh bersama sebagai murid-murid Yesus Kristus”.  

Mungkin saudara-saudara bertanya: Apa hubungan antara kemuridan dan penciptaan? Apa kata Alkitab tentang hal ini? Dan apa yang GKIN sebagai gereja dapat lakukan jika berhubungan dengan peduli terhadap ciptaan. Apa yang kita, sebagai murid-murid Yesus Kristus dapat lakukan untuk memberikan kontribusi terhadap peduli ciptaan? Marilah kita lihat bacaan dari  kitab Kejadian.

Jika saudara membaca dengan baik saudara akan melihat bahwa ada dua cerita penciptaan. Cerita pertama terdapat dalam  Kejadian 1:1 sampai dengan Kejadian 2:4a, ditulis oleh para pengarang mazhab/kelompok imam pada abad ke-5 sM. Menurut cerita pertama ini manusia bertugas menguasai dan menggarap alam. Istilah yang digunakan adalah “taklukanlah…berkuasalah” (Kej. 1:28). 

Cerita kedua terdapat dalam Kejadian 2:4b sampai dengan 25, ditulis oleh para pengarang Yahwist empat abad sebelum cerita pertama. Menurut cerita kedua tugas manusia adalah ‘mengusahakan dan memelihara’ (Kej.2:15). Dalam bahasa Ibrani dipakai kata “abad artinya mengabdi” dan  “syamar artinya melestarikan”.

Dari ayat-ayat ini dapatlah dikatakan bahwa tugas yang Allah amanatkan kepada manusia berisi: 

(a) tugas untuk berkuasa, menaklukan, mengusahakan dan memelihara bumi dan segala isinya. Artinya memerintah, mengusahakan, mengelola, memelihara dan melindungi.

(b) beranakcucu, bertambah banyak memenuhi/mendiami bumi.  

(c) Dan sehubungan dengan semua tugas yang disebutkan di atas ini, maka adalah juga maksud Allah agar supaya: manusia - dalam segala tugas yang diembannya itu - berbakti atau beribadah kepada Allah, memuliakan Allah yang telah menciptakannya dan menganugerah-kan segala sesuatu yang ada di bumi (alam semesta) ini demi kesejahteraan/kebahagiaannya. 

Yohanes Calvin menulis dalam komentarnya tentang Kejadian 2:15: kita boleh mempergunakan apa yang Allah berikan kepada kita. Kita harus perhatikan agar tanah tidak habis oleh karena kecerobohan. Kita harus berfokus juga dalam hal menyerahkan tanah itu kepada keturunan selanjutnya, seperti yang telah kita terima, atau bahkan membudidayakannya dengan lebih baik. Seberapa tajamnya Calvin telah melihat penugasan itu dan seberapa aktual penjelasannya di zaman sekarang ini.

Jadi, itu adalah tugas dan tanggung jawab manusia baik dalam relasi horisontal yang meliputi relasi manusia dengan sesamanya, relasi manusia dengan alam semesta dan makhluk-makhluk lain sebagai bagian yang tak terpisahkan dari manusia, maupun dalam relasi vertikal yaitu relasi antara manusia dengan Allah sebagai relasi pertanggungjawaban manusia terhadap Allah.

Dalam Mazmur 24:1, suatu pengakuan dari Pemazmur seperti yang dikatakan dalam Nats pembukaan kita: “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mzm.24:1).  Dari bacaan-bacaan ini, Kejadian dan Mazmur kita belajar bahwa merawat bumi, peduli lingkungan merupakan bagian dari inti iman Kristen. 

Kita terhubung dengan dunia, bumi, dan alam. Kita mempunyai pengaruh  pada bumi dan bumi pada kita. Dan ketika datang keselamatan melalui Kristus, maka bumi juga termasuk didalam proses penyelamatan  dan ini tertulis dalam  Roma 8: 19-21. Kita telah membaca teks ini dalam teks panggilan untuk hidup baru. 

Tuhan menempatkan kita di tengah alam supaya kita hidup bersama alam. Saudara dapat katakan, alam adalah sahabat kita. Alam ini bukan milik kita, melainkan milik Tuhan. 

Bagaimana saudara memperlakukan sesuatu yang bukan milik saudara?. Itu adalah milik Allah. Lao Tsu, seorang filusuf Cina, mengajak umat manusia untuk  bersahabat dengan alam. Dalam buku Tao Te Ching pada tahun 550 sM, ia menulis:

Apakah kamu kira kamu mampu menguasai alam dan mengendalikannya?

Aku pikir itu tidak bijak. 

Sebab alam adalah suci.

Kamu tidak bisa menggundulinya. 

Kalau kamu coba-coba mengubah alam, dia akan rusak.

Kalau kamu coba-coba menguasai alam, dia akan lari.

Kalau kamu coba-coba mengusik alam, dia akan murka.

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita

Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa

Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita.

Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

Kata-kata ini sangat jelas menunjuk pada berbagai bencana di dunia ini karena sikap manusia terhadap alam. Saya jadi ingat sebuah lagu dari Ebiet G.Ade: ‘Berita Kepada Kawan’ pada tahun 1979 sehubungan dengan meletusnya kawah beracun Sinila di Dieng, Jawa Tengah pada tanggal 20 Februari 1979. Di akhir lirik lagu ini tertulis: "Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita/ Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa/ Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita/ Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang," Ia  mengajak kita kembali untuk berefleksi akan apa yang telah kita lakukan kepada alam sehingga alam enggan bersahabat dengan manusia. Karena liriknya yang dianggap berhasil dan mewakili rasa empati, lagu ini pun kemudian menjadi lagu yang diputar setiap terjadi  bencana alam. Saya kira orang-orang dari generasi saya yang dari Indonesia tahu lagu ini. Mari kita menyanyi bagian terakhir di bawah ini…..

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita

Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa

Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita

Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

Saudara-saudari,

Saudara mendengar dan mengikuti banyak berita-berita tentang cepatnya pertumbuhan populasi dunia yang terjadi terus menerus, habisnya sumber daya alam, di mana kita menaruh sampah/limbah, perubahan iklim, juga disebut masalah iklim. Ada masalah CO2, dimana bumi semakin panas. Ada masalah plastik, yang ada  di mana-mana di alam ini, tetapi tidak terdegradasi. Dan masih ada masalah lainnya. Pointnya adalah: kita menggunakan bumi sebagai dapur/tempat persediaan yang besar, dimana sebanyak mungkin kita menggeserkannya untuk diri kita sendiri. 

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orang percaya? Cara merawat ciptaan yang bagaimana yang dapat atau harus kita lakukan sebagai murid-murid Yesus Kristus? Sebagai individu saudara tidak dapat memecahkan masalah lingkungan yang besar. Tapi kita bisa melakukannya dan bersama-sama berjuang untuk masyarakat di mana keprihatinan akan ciptaan mendapat prioritas dalam agenda. Apakah saudara tahu apa itu A Rocha?

A Rocha adalah gerakan internasional orang Kristen yang merawat ciptaan Tuhan dan itu muncul dari iman mereka. Di Belanda, kelompok lokal A Rocha mengadopsi cagar alam. Di sana mereka bekerja sebagai penjaga alam. Mereka juga mengatur kegiatan yang berfokus pada menyelami alam dan keajaibannya. 'Hati untuk ciptaan' adalah program A Rocha, bekerja sama dengan Micha Nederland dan Gereja Hijau. 

Ada tips praktis dari Chris Wright, seorang ahli Perjanjian Lama gereja Anglikan, apa yang dapat dilakukan untuk lingkungan. Ia bermimpi bahwa orang-orang Kristen yang peduli tentang penciptaan mengambil tanggung jawab mereka bagi lingkungan dengan sangat serius dalm hal berikut:

- Mereka memilih energi yang mempunyai daya tahan lama

- Mereka memencet tombol aparat ketika mereka tidak membutuhkannya.

- Mereka membeli makanan, barang dan jasa mereka sejauh mungkin dari perusahaan yang menghasilkan produksi yang bertanggung jawab secara etis dan ramah lingkungan.

- Mereka bergabung dengan organisasi yang melindungi alam.

- Mereka tidak mengkonsumsi terlalu banyak, membuang sampah sesedikit mungkin dan daur ulang sebanyak mungkin.

Contoh lain adalah seperti yang saya pernah baca tentang seorang Kristen dan juga aktivis lingkungan yang:

- mengumpulkan sampah plastik pada saat berlibur dimanapun,

- menolak secara konsisten untuk pertengahan Oktober untuk menghidupkan pemanas sentral, 

- mencoba untuk mandi dua menit lebih pendek,

- dalam desanya, sebanyak mungkin bersepeda 

- sudah beberapa bulan lebih sedikit makan daging.  

Semua tips praktis tentu saja baik tetapi saya pikir pertama-tama kita perlu sesuatu yang lain: bahwa kita menjadi yakin bahwa bumi adalah penting, dan baik untuk merawat bumi, segala sesuatu yang berkaitan dengan jantung/pusat iman Kristen.

Biarkan keyakinan tumbuh sehingga iman Kristen memiliki segala sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana saudara berinteraksi dengan bumi. Belajarlah untuk melihat bumi seperti bumi kepunyaan Allah. Lihatlah dalam minggu ini di sekitar saudara: semua yang saudara  lihat, cium, rasa, mendengar atau merasakan, itu semua dari Allah!

Jika saudara belajar untuk melihat dunia dengan cara demikian, mencintai bumi karena Allah mengasihi bumi, maka itu adalah sesuatu yang biasa untuk memperhitungkan masalah lingkungan. Tidak mengambil dari bumi apa yang bisa saudara dapatkan, tapi untuk merawat bumi. Maka merawat/menjaga lingkungan bukanlah suatu keharusan tetapi itu ikut menjadi bagian dalam pilihan saudara. 

Tuhan memberkati kita semua untuk hidup lebih sadar dengan bumi, lingkungan dan alam sehingga kita, murid-murid Yesus Kristus dapat merawat dan melestarikan ciptaan yang adalah kepunyaan Allah. 

Pertanyaan pendalaman:

1. Dunia dan segala isinya adalah ciptaan Allah dipercayakan kepada kita manusia. Apa tanggung jawab kita sendiri?

2. Seberapa sadarkah saudara dalam hubungan saudara dengan penciptaan? Bagaimana saudara melihar itu dalam hidup saudara?

3. Apa yang saudara sendiri dapat lakukan jika itu berhubungan dengan peduli terhadap penciptaan?