Minggu, 03 Mei 2020 17:47 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Kisah Nabi Yakub AS patut dijadikan teladan bagi setiap orang tua, terutama para ayah. Nabi Yakub adalah nabi dan rasul ke-10 yang wajib diimani.Nabi Yakub meneruskan dakwah orang tuanya, Nabi Ishak AS dan kakeknya Nabi Ibrahim AS. Yakub juga mewariskan dakwahnya kepada sang anak, Nabi Yusuf AS.Yakub besar bersama saudara kembarnya, Ishu. Mereka hidup rukun hingga muncul perselisihan dan Yakub diminta untuk menemui sang paman, Laban. Ishak juga mengirimkan pesan agar Yakub belajar dan menikah dengan anak sang paman. Yakub menempuh perjalanan berat melewati gurun pasir disertai angin dan badai yang kencang. Sepanjang perjalanan, Yakub selalu berzikir dan berharap perlindungan dari Allah SWT.Saat tiba di Fadan Aram, Yakub langsung mencari rumah paman Laban. Yakub berhasil menemui rumah Laban setelah diminta mengikuti perempuan cantik yang merupakan anak dari Laban.Yakub disambut dengan hangat. Saat berbincang, Yakub menyampaikan pesan ayahnya untuk dinikahkan dengan anak Laban. Laban memiliki dua anak perempuan yang cantik, Laiya dan Rahil.Laban menerima permintaan itu tapi dengan syarat mas kawin berupa bekerja selama tujuh tahun di peternakannya.Setelah tujuh tahun bekerja, Yakub pun mengutarakan permintaannya untuk menikah dengan Rahil. Namun, Laban menyebut Yakub tak bisa menikahi Rahil karena memiliki kakak yang belum menikah. Oleh karena itu, Yakub mesti menikahi Laiya terlebih dahulu. Yakub baru boleh menikahi Rahil jika dia bekerja tujuh tahun lagi di peternakan.Yakub pun mematuhi permintaan pamannya. Dia menikah dengan Laiya dan bekerja tujuh tahun lagi untuk menikah dengan Rahil. Di masa itu, menikahi kakak dan adik masih diperbolehkan.Setelah menikah dengan Laiya dan Rahil, Nabi Yakub menikahi dua perempuan lain yakni budak Laiya dan Rahil. Dari empat istrinya itu, Yakub dikarunia 12 anak.Dari Rahil, lahir anak ke-11 yang diberi nama Yusuf. Setelah itu, lahir pula Bunyamin anak ke-12.
"Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sungguh, Dia Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." kata Yakub sesuai surat Yusuf ayat 98. Nabi Yaqub ikut bersama anak-anaknya mengunjungi Mesir.Yaqub dan anaknya Yusuf pun bertemu kembali dengan suasana yang haru. "Aku akan memohonkan ampunan bagimu" Dari kisah Nabi Yakub ini dapat diketahui bahwa Nabi Yakub adalah contoh teladan seorang ayah yang sangat mencintai anak-anaknya. Nabi Yakub mendidik anak-anaknya untuk saling menjaga dan menyayangi satu sama lain. "Nabi Yakub ini beliau orang yang sangat sabar mengajarkan pada anaknya untuk saling menyayangi satu dan yang lain," kata Pengasuh Taman Belajar Al-Afifiyah Kota Bandung KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi, kepada CNNIndonesia.com. Yakub tidak pernah marah kepada anaknya, tapi ia selalu menasihati untuk berbuat kebaikan. Yakub juga selalu mendoakan anak-anaknya agar diampuni Allah."Yakub terus berdoa untuk kebaikan anak-anaknya untuk menjadi orang yang lebih baik," ucap Wahyul. (ptj/asr) [Gambas:Video CNN]
LIVE REPORT
Jakarta - Nabi Yaqub AS adalah putra Nabi Ishaq bin Ibrahim AS. Kelahiran Yaqub telah disampaikan oleh para tamu Nabi Ibrahim yang terdiri dari beberapa malaikat dari istrinya Sarah. “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Yaqub. “ (QS. Huud: 71). Sejak kecil, sang ayah Nabi Ishaq lebih menyayangi kakaknya, Aish, karena yang lahir pertama, sementara Ibunya menyayangi Yaqub karena dia adalah yang paling kecil. Keduanya dihidupi oleh orang tuanya dengan baik sampai dewasa. Keduanya akhirnya terjadi perselisihan karena hal tersebut. Aish memiliki kebiasaan yang sering berburu dan membawa kijang saat pulang. Sementara Yaqub lebih sering berada di rumah dan mendalami ajaran agama. Pada suatu hari, Nabi Ishaq menyuruh Aish mengambilkan makanan, namun ibunya langsung menyuruh Yaqub untuk mengambilkan dan memberikannya pada Ishaq ayahnya. Kemudian, Nabi Ishaq mendoakan Yaqub agar menjadi seorang yang bisa menurunkan nabi-nabi. Mendengar Yaqub didoakan ayahnya untuk mendapatkan keturunan nabi-nabi, Aish kecewa dan sangat marah kepada Yaqub hingga merencanakan sesuatu. Rencana tersebut diketahui ibunya yang kemudian meminta Yaqub pergi mengungsi ke rumah pamannya di Irak. Nabi Yaqub AS pergi berhijrah ke Fadan A'raam, menemui sang paman bernama Laban bin Batu'il. Sesuai nasihat sang ayah, Nabi Yaqub AS menuju Kota Fadan A'raam yang berada di Irak. Setelah berhari-hari melewati padang pasir, tibalah Nabi Yaqub AS di kota tersebut. Untuk mencari rumah sang paman, Yaqub bertanya kepada salah satu penduduk tentang kediaman Laban bin Batu'il. Penduduk tersebut menunjuk ke arah Rahil seorang gadis yang cantik jelita, yang kebetulan merupakan putri kedua dari Laban bin Batu'il. Setelah memperkenalkan diri kepada Rahil, Nabi Yaqub AS diajak untuk bertemu dengan ayahnya Laban bin Batu'il. Dalam pertemuan tersebut Nabi Yaqub AS menyampaikan pesan ayahnya, agar mereka berdua menjadi besan dengan menikahkan salah satu putri Laban dengan Nabi Yaqub. Sang paman, Laban, menyetujui pesan tersebut dengan syarat menggembalakan hewan ternak miliknya selama tujuh tahun dan Nabi Yaqub AS menyanggupi. Setelah tujuh tahun berlalu, Nabi Yaqub AS menaggih janji, dan Laban menjodohkan putri pertamanya bernama Laiya. Namun, Nabi Yaqub lebih menginginkan menikahi Rahil yang dijumpainya ketika berada di Kota Fadan A'raam. Akhirnya, Laban menyarankan Nabi Yaqub AS untuk menikahi Laiya terlebih dahulu baru kemudian dibolehkan untuk menikahi Rahil sebagai istri kedua dengan syarat Nabi Yaqub AS harus bersedia menggembalakan hewan ternak milik Laban selama tujuh tahun lagi. Pada masa Nabi Yaqub belum ada larangan menikahi kakak beradik dalam satu waktu hingga diturunkannya surat Annisa ayat 23. "Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Annisa ayat 23) *** Suatu ketika Laban menghadiahkan kepada kedua putrinya, dua pembantu perempuan bernama Zulfa dan Bahlah. Beberapa tahun kemudian Nabi Yaqub AS juga menikahi kedua pembantu istrinya tersebut. Dari semua pernikahan itu, Yaqub dikaruniai 12 orang anak, salah satunya adalah Nabi Yusuf AS dari istrinya bernama Rahil. Nabi Yusuf merupakan anak kesayangan Nabi Yaqub, sehingga setan menghasut saudara-saudaranya untuk iri dengki. Pada suatu hari, saudara-saudaranya berencana membuang Nabi Yusuf AS dari kehidupan mereka. Mereka mengatur strategi untuk menyingkirkan Nabi Yusuf AS, dan rencana tersebut berhasil. Nabi Yusuf AS dijebak dan masuk pada sebuah sumur. Sejak saat itu, Nabi Yaqub AS dirundung kesedihan yang berkepanjangan karena kehilangan putra tercintanya, Nabi Yusuf AS. Sepanjang hari ia menangisi kepergian Nabi Yusuf AS yang mengakibatkan matanya menjadi buta. Beberapa tahun kemudian, Nabi Yaqub AS mendengar kabar dari anak-anaknya bahwa Nabi Yusuf AS putra tercintanya masih hidup. Nabi Yusuf AS yang sebelumnya bertemu saudara-saudaranya yang iri dengannya, memerintahkan mereka untuk memberikan gamisnya kepada Nabi Yaqub AS dan diusapkan ke wajah Nabi Yaqub, agar ayahnya kembali dapat melihat. Atas izin Allah SWT Nabi Yaqub AS dapat melihat kembali dan berkumpul dengan keluarganya di Mesir. Ketika Nabi Yaqub AS sakit, ia kumpulkan anak-anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap beribadah kepada Allah SWT, demikian juga tetap beriman dan beramal saleh. “Adakah kamu hadir ketika Yaqub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 133). [] Baca juga: |