Jika sudah cuci darah apakah bisa sembuh

Dalam kondisi normal, membuang limbah berbahaya dalam tubuh sebenarnya adalah fungsi alami organ ginjal. Organ ini akan menyaring darah dan memisahkan zat berbahaya serta cairan berlebih untuk kemudian dikeluarkan dari urine.

Saat ginjal mengalami masalah atau terserang penyakit, fungsinya bisa terganggu. Karena itu, dibutuhkan cara lain untuk menyelesaikan tugas tersebut, yaitu melalui prosedur cuci darah. Lantas, mungkinkah orang yang mengidap penyakit ginjal tidak menjalani cuci darah?

Hal itu kembali pada jenis penyakit ginjal yang menyerang. Biasanya, prosedur cuci darah dilakukan pada orang yang mengidap penyakit ginjal kronis. Penyakit ini menyebabkan ginjal mengalami penurunan fungsi di bawah batas normal.

Gagal ginjal kronis menyebabkan tubuh pengidapnya tidak mampu menyaring kotoran, tidak mampu mengontrol jumlah air dalam tubuh, serta kadar garam dan kalsium dalam darah. Hal itu kemudian menyebabkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna tetap tinggal dan membahayakan tubuh.

Baca juga: Tanpa Cuci Darah, Apakah Gagal Ginjal Kronis Bisa Diobati?

Pengidap penyakit ginjal kronis biasanya akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menjalani prosedur ini dibanding pengidap sakit ginjal akut atau gangguan ginjal lain. Pasalnya, cuci darah menjadi satu-satunya cara untuk menjaga tugas ginjal di dalam tubuh tetap berjalan seperti seharusnya, setidaknya menyerupai.

Berapa Lama Cuci Darah Harus Dijalani?

Seperti dijelaskan di atas, lamanya cuci darah tergantung pada kondisi sakit yang dialami. Ada pengidap gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah hanya sementara, namun ada pula yang harus berlangsung dalam jangka panjang, bahkan selamanya. Sakit ginjal yang belum memasuki masa akut biasanya tidak membutuhkan cuci darah dalam waktu lama.

Pengidap penyakit ginjal akut biasanya tidak lagi membutuhkan cuci darah setelah organ tersebut sembuh dan sudah bisa melakukan fungsi seharusnya. Saat gejala penyakit ginjal hilang, saat itu pula prosedur ini bisa dihentikan. Sayangnya, itu tidak berlaku pada orang yang mengidap penyakit ginjal kronis.

Orang dengan gagal ginjal kronis stadium akhir biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk cuci darah, yaitu sampai mendapatkan transplantasi ginjal. Dengan kata lain, sampai transplantasi ginjal terjadi, prosedur cuci darah tetap harus dilakukan.

Baca juga: 5 Tanda Awal Gagal Ginjal yang Perlu Diketahui

Kabar buruknya, menunggu datangnya transplantasi ginjal tidak selalu mudah. Entah karena tidak cocok atau tubuh tidak siap untuk menerima transplantasi. Jika itu yang terjadi, ada kemungkinan cuci darah alias dialisis harus dilakukan seumur hidup tanpa bisa dihentikan sama sekali.

Keputusan untuk menghentikan prosedur cuci darah harus diambil melalui diskusi dengan dokter yang merawat. Pada orang yang mengidap gagal ginjal akut, pemulihan bisa saja terjadi dan cuci darah bisa dihentikan. Tapi, menghentikan cuci darah pada pengidap penyakit ginjal kronis malah bisa meningkatkan keparahan penyakit yang berujung pada kondisi yang mematikan.

Baca juga: Gagal Ginjal Kronis Perlu Cuci Darah

Masih penasaran seputar cuci darah dan penyakit gagal ginjal? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat untuk menanyakan seputar gangguan kesehatan atau menyampaikan keluhan tentang penyakit. Dapatkan informasi kesehatan terlengkap dan tips hidup sehat dari dokter tepercaya. Yuk,

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan temuan itu cukup mengejutkan pihaknya sehingga kemudian Kemenkes mengkategorikan penyakit ini dengan penyakit gagal ginjal akut yang sebelumnya pernah ada. Kemenkes masih melakukan investigasi untuk menemukan penyebab GGAPA ini.

"Kalau gagal ginjal akut itu dengan cuci darah itu bisa kemungkinan sembuhnya sangat besar, 90 persen bisa sembuh," kata Nadia dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube geloraTV, Rabu (26/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Tapi ternyata pada kasus GGAPA yang kita temukan sejak khususnya Agustus-Oktober, ini dengan cuci darah atau hemodialisa pada anak itu kemudian anak tidak memberikan hasil signifikan," imbuhnya.

Lihat Juga :

Jika sudah cuci darah apakah bisa sembuh

Pemerintah Waspada Banyak Kasus Gagal Ginjal Akut Belum Terdata

Nadia melanjutkan, tidak ada gejala khas dalam penyakit ini. Namun gejala paling banyak dialami pasien adalah oliguria (air kencing sedikit) atau anuria (tidak ada air kencing sama sekali).

Ia sekaligus menegaskan hingga saat ini penyebab penyakit GGAPA masih belum dapat diidentifikasi, kendati pemerintah cenderung menemukan penyebab karena keracunan senyawa obat yakni Etilen Glikol (EG) maupun Dietilen Glikol (DEG).

Namun ia memastikan, penyakit misterius ini tidak terkait dengan pemberian vaksin virus corona (Covid-19) maupun imunisasi rutin pada anak-anak.

"Terkait Long Covid-19 ataupun vaksin Covid-10, ataupun vaksin anak. Ini sudah dilihat tidak ada konsistensi di antara seluruh kasus, seluruh kasus ini tentunya kasus yang kami terima di RSCM, karena memang yang kita bisa disepakati studi dilakukan di RSCM sebagai pusat rujukan, sambil kita kembangkan," kata dia.

Di RSCM, konsisten dari 10 pasien yang dirawat, Kemenkes melihat terdapat tujuh pasien memiliki riwayat obat sirop dengan dua kandungan cemaran tersebut.

Lebih lanjut, Nadia menyebut pihaknya sebelumnya telah melakukan upaya konservatif dengan melarang total penggunaan maupun penjualan obat sirop di Indonesia, lantaran obat sirop tersebut diduga tercemar cairan EG maupun DEG.

Upaya itu menurutnya sebagai langkah kewaspadaan pemerintah dalam mencegah kenaikan kasus maupun kematian kasus GGAPA ini. Ia mengatakan, upaya itu juga berkaca dari temuan di Gambia hingga hasil konsultasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Lihat Juga :

Jika sudah cuci darah apakah bisa sembuh

RSUP Dr Sardjito Klaim Belum Temukan Kristal pada Pasien Gagal Ginjal

Namun demikian, Kemenkes atas hasil pengujian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis 156 merek obat sirop yang telah dipastikan keamanannya usai diuji.

Rinciannya, 133 produk obat sirop yang tidak menggunakan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, hingga gliserin atau gliserol. Selanjutnya, dari daftar 102 obat temuan Kemenkes yang merupakan riwayat obat pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia, BPOM telah melakukan sejumlah pengujian.

Hasilnya, dari 102 obat itu, 23 di antaranya tidak menggunakan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, hingga gliserin atau gliserol, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat.

Kemenkes juga mengizinkan penggunaan 12 obat yang sulit digantikan dengan sediaan lain. Obat tersebut mengandung zat aktif asam valproat, sildenafil, dan kloralhidrat yang hanya boleh digunakan dengan monitoring terapi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan Indonesia.

"Kita juga sudah melakukan studi case control, karena kita juga melihat anak-anak yang mengonsumsi obat sirop cairan tapi dia tidak menderita GGAPA. Jadi secara paralel bahwa keputusan ini akan didukung bukti ilmiah," ujar Nadia.

"Tapi untuk pencegahan angka kematian agar tak tinggi, sebaiknya kita lebih konservatif sambil menunggu hasil pemeriksaan," imbuhnya.

Apakah gagal ginjal yang sudah cuci darah bisa sembuh?

"Kalau gagal ginjal akut itu dengan cuci darah itu bisa kemungkinan sembuhnya sangat besar, 90 persen bisa sembuh," kata Nadia dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube geloraTV, Rabu (26/10).

Apa yang terjadi setelah cuci darah?

Efek samping cuci darah Usai melakukan cuci darah, Anda mungkin merasa lelah. Selain itu, sebagian pasien yang usai melakukan cuci darah bisa merasakan sakit kepala, tekanan darah turun, mual, muntah, kram, dan kulit menjadi kering atau gatal.

Apakah setelah cuci darah bisa pulang?

Setelah prosedur cuci darah selesai, pengidap boleh langsung pulang. Dokter biasanya akan menganjurkan pengidap untuk senantiasa menjaga asupan makanan sehat, membatasi asupan cairan, agar kondisi kesehatan tetap terjaga. Cuci darah adalah prosedur medis yang efektif utnuk menjaga kualitas hidup pengidap gagal ginjal.

Apakah cuci darah seumur hidup?

Biasanya seseorang yang mengalami gagal ginjal kronik tahap lanjut akan membutuhkan 1-3 kali hemodialisis setiap minggunya, tergantung kondisi pasien dan fungsi ginjalnya. Tindakan ini berlangsung seumur hidup.