Jika kedudukan skor sama dalam permainan bulutangkis maka akan dilakukan

TEMPO.CO, Jakarta - Olahraga badminton merupakan salah satu olahraga yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tetapi, dalam permainan badminton atau yang sering dikenal dengan istilah bulu tangkis memiliki banyak istilah yang membuat orang-orang bingung akan maknanya.

Apa saja istilah dalam badminton yang perlu diketahui? Berikut dilansir dari Student-activity.binus.ac.id dan Skorpedia:

Smash adalah istilah dalam badminton yang paling terkenal. Smash merupakan pukulan yang sifatnya kencang dan ofensif ke arah lawan. Pukulan ini identik sebagai pukulan menyerang. Umumnya arah pukulan smash menukik dengan cepat.

Pukulan tipuan dengan dorongan dan sentuhan yang halus mengarah ke arah dekat net lawan. Apabila smash dilakukan dengan kencang dan kekuatan penuh, maka Dropshot hanya di pukul dengan dorongan atau sentuhan yang pelan. Dropshot yang baik dilakukan jika jatuhnya shuttlecock dekat dengan net dan tidak melebihi garis ganda.

Service over digunakan pada saat server kalah dalam sebuah rally sehingga giliran servis harus berpindah pada lawan. Service akan memberikan keuntungan pada pemain karena dapat memulai strategi sejak pukulan pertama.

Deuce dalam permainan bulu tangkis memiliki arti yaitu skor terikat atau skor sama [seri]. Yaitu jika poin Keduanya 20-20. Posisi angka sama saat kedudukan seharusnya pada posisi set point atau game point sehingga harus mencari selisih 2 point lagi.

Rally adalah berlangsungnya pertandingan bulutangkis yang dimulai sejak pemain melakukan service hingga mendapatkan satu poin. Rally yang panjang seringkali terjadi saat dua pemain memiliki kemampuan yang imbang.

Backhand adalah pukulan dengan arah depan raket dan telapak tangan membelakangi kok. Umumnya backhand digunakan untuk memukul bola yang datang ke sisi tangan non-dominan.

Forehand merupakan pukulan mengayun dari belakang badan dengan arah depan raket dan telapak tangan menghadap kok.

Netting adalah pukulan yang dilepaskan untuk menyeberangi area permainan dengan jarak setipis mungkin dengan net.

Game point merupakan posisi ketika pemain yang unggul tinggal berjarak satu poin lagi untuk menutup permainan.

Posisi ketika pemain yang unggul tinggal berjarak satu poin lagi untuk menutup gim yang menentukan akhir pertandingan.

Rubber game merupakan game ketiga yang menjadi penentu pemenang laga setelah kedua pemain sama kuat di dua game sebelumnya.

Setting point merupakan suatu kondisi dalam satu game saat pemain sudah sama-sama mencapai angka 20. Pemenang ditentukan jika ada pemain unggul dua angka, maksimal di 30.

Straight game merupakan istilah dalam permainan badminton yang tuntas dalam dua gim langsung untuk sang pemenang.

Baca: 5 Fakta Anthony Ginting Atlet Badminton Berlaga 8 Besar di Olimpiade Tokyo

  • Usulan mengubah sistem poin pertandingan bulu tangkis belakangan menjadi omongan hangat jelang Rapat Umum Tahunan BWF pada 22 Mei 2021.
  • Sistem 11 poin x 5 gim disiapkan untuk menggantikan sistem 21 poin x 3 gim yang sudah dipakai secara resmi sejak Agustus 2006.
  • Sebelumya, permainan bulu tangkis juga sempat menggunakan sistem 15 poin x 3 gim dan 7 poin x 5 gim.

SKOR.id - Dalam sepekan terakhir, rencana terkait perubahan sistem poin pertandingan bulu tangkis menjadi bahan perbincangan hangat.

Pada Sabtu [3/4/2021], Federasi Bulu Tangkis Dunia [BWF] mengumumkan sejumlah agenda yang akan dibahas dalam rapat umum tahunan pada 22 Mei 2021.

Selain pemilihan anggota dewan eksekutif BWF, rapat umum tahunan ke-82 itu juga digelar untuk membahas rencana perubahan sistem poin pertandingan bulu tangkis.

Asosiasi bulu tangkis Indonesia dan Maladewa, didukung oleh Badminton Asia, mengusulkan perubahan sistem dari 21 poin x 3 gim menjadi 11 poin x 5 gim.

Perubahan sistem penghitungan poin dalam pertandingan bulu tangkis sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Setidaknya ada beberapa metode yang pernah dipakai.

Sistem 15 Poin x 3 Gim [1877-2005]

Dalam sejarah olahraga tepok bulu, sistem poin pertama diperkenalkan di British India pada 1877 dan tercatat resmi dalam buku aturan permainan.

Kala itu, permainan bulu tangkis menggunakan sistem 15 poin untuk nomor tunggal putra dan semua nomor ganda. Sedangkan nomor tunggal putri memakai sistem 11 poin.

Permainan juga masih memakai sistem pindah bola. Jadi, pemain baru bisa menambah angka setelah memenangi rally dengan kondisi memegang servis.

Dalam nomor ganda, pindah bola terjadi jika suatu pasangan kalah reli pada jatah servis pemain kedua atau second serve.

Pasangan ganda putra Tjun Tjun dan Johan Wahjudi jadi wakil Indonesia pertama yang meraih gelar dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis. [Dok. Badminton Talk]

Sementara itu, jika dalam suatu gim kedudukan imbang 14-14 [atau 10-10 untuk tunggal putri], maka deuce akan diberlakukan.

Pemain yang pertama kali mencapai game point berhak menentukan kelanjutan permainan dalam gim tersebut.

Pemenang bisa ditentukan dengan pemain pertama yang bisa mencetak angka 17 [13 untuk nomor tunggal putri] atau dilanjutkan hanya sampai angka ke-15 [11 untuk tunggal putri].

Sistem best of three pun ditetapkan untuk menentukan pemenang laga. Jadi, pemain dinyatakan menang jika sudah merebut dua dari tiga gim yang dijadwalkan.

Sistem 7 Poin x 5 Gim [2002]

Memasuki 2002, otoritas bulu tangkis dunia mengubah sistem poin 15x3 karena dianggap memakan durasi yang sangat lama dan tak terprediksi. 

Maka digagaslah sistem 7 poin x 5 gim. Pemain dinyatakan memenangi laga jika telah merebut tiga dari lima gim yang ada.

Kala imbang 6-6 dalam sebuah gim, pemain yang pertama kali menyentuh angka enam dapat menentukan permainan bakal berakhir pada poin ketujuh atau kedelapan.

Sedangkan saat pertandingan pada kedudukan sama kuat 2-2, pemenang bakal ditentukan pada gim kelima.

Saat gim pamungkas berlangsung, pemain bakal bertukar tempat ketika salah satu dari mereka mencapai angka empat.

Pada setiap akhir gim, ada waktu jeda selama 90 detik yang bisa dimanfaatkan pelatih untuk memberi instruksi kepada pemain.

Meski demikian, sistem ini tak berlangsung lama mengingat masalah durasi tak sepenuhnya teratasi karena masih menetapkan pindah bola.

Sistem 7x5 ini terakhir kali dipakai saat bulu tangkis dimainkan pada ajang Commonwealth Games 2002 di Manchester, Inggris.

Sistem 21 Poin x 3 Gim [2006-Sekarang]

Setelah sistem 7x5 dianggap gagal menyederhanakan sistem 15x3, otoritas bulu tangkis dunia kembali bereksperimen.

Sistem 21 poin x 3 gim pun digagas dan diuji coba untuk semua nomor mulai Desember 2005. Durasi laga bisa terpangkas banyak lantaran pola pindah bola tak lagi dipakai.

Dalam sistem ini, pemain/pasangan dapat terus mencetak angka setelah memenangi reli tanpa harus pindah bola atau dalam istilah bulu tangkis dikenal dengan rally point.

Pemain harus mencapai angka 21 terlebih dahulu untuk memenangi sebuah gim. Jika skor imbang 20-20, maka gim dilanjutkan ke setting [istilah untuk deuce].

Setting berakhir jika salah satu pemain/pasangan sudah unggul dua angka dari sang lawan atau lebih dulu mencapai angka 30 saat kedudukan sama kuat 29-29.

Pebulu tangkis putri asal Mauritius, Kate Foo Kune. [instagram.com/katefookune]

Dalam sistem 21x3 ini juga dikenalkan interval, yakni masa jeda 60 detik saat salah satu pemain mencapai angka 11 dalam satu gim. Sedangkan jeda antargim bergulir 120 detik.

Pada gim ketiga, masa interval juga menjadi tanda untuk kedua pemain bertukar sisi lapangan.

Setelah diuji coba , sistem 21x3 akhirnya ditetapkan sebagai metode penghitungan poin pertandingan bulu tangkis resmi mulai Agustus 2006 dan terus dipakai hingga saat ini.

Sistem 11 Poin x 5 Gim [Rencana Terbaru]

Sistem ini pertama kali digagas BWF pada 2014 dan sudah diuji coba dalam sejumlah kesempatan termasuk level Grand Prix Gold maupun Premier Badminton League.

Sistem 11x5 dipercaya dapat membuat laga bulu tangkis jadi lebih intens dan menarik. Meski begitu, gagasan ini tak begitu saja diterima dan bisa diaplikasikan.

Pada 2018, penolakan disuarakan PBSI lantaran saat itu mepet dengan dimulainya periode kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 sehingga terlalu riskan melakukan perubahan sistem.

Menariknya, Indonesia pula yang membangkitkan ide sistem 11x5 untuk dibahas penerapannya pada rapat umum tahunan pada 22 Mei 2021.

Jika disetujui, sistem 11x5 ini akan diterapkan pada 2022 atau setelah Olimpiade Tokyo 2020 selesai digelar pada musim panas 2021 [tertunda setahun karena Covid-19]. 

Dalam pemaparan pada laman BWF, sistem 11x5 ini diklaim memiliki sejumlah kelebihan dan pemangkasan durasi laga menjadi sorotan utama.

Pemaparan singkat BWF soal sistem poin 11x5 yang bisa saja diterapka setelah Olimpiade Tokyo 2020. [BWFBadminton.com]

BWF belum menerangkan secara rinci soal sistem 11x5. Yang jelas, setiap gim bisa dimenangi dengan 11 poin dan memakai sistem best of five atau menang setelah merebut tiga gim.

Sistem rally point tampaknya juga masih akan diterapkan untuk menghemat durasi laga. Selain itu, masa setting akan terjadi saat kedudukan sama kuat 10-10.  

Setting berakhir jika salah satu pemain/pasangan mampu unggul dua angka dari sang lawan atau lebih dulu mencapai angka 15 saat kedudukan sama kuat 14-14.

Masa jeda interval pada setiap gim tampaknya bakal ditiadakan kecuali pada gim kelima saat pemain berpindah sisi lapangan ketika ada salah satu yang lebih dulu meraih angka enam.

Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Bulu Tangkis Lainnya:

BWF Singgung Perubahan Skor 11x5, Ternyata Usulan dari Indonesia

Susy Susanti Menilai Format Perhitungan Poin 11x5 Tidak Menarik