Brilio.net - Perkembangan teknologi memang berdampak pada semuanya aspek kehidupan. Tak terkecuali dunia kuliner yang saat ini memang berkembang sangat pesat. Tak bisa dipungkiri, sekarang ini sudah banyak sekali platform yang menyediakan pemesanan makan lewat online. Sehingga, memudahkan pebisnis untuk menjual berbagai produknya. BACA JUGA : Baru-baru ini, Chef Arnold Poernomo meluncurkan layanan akselerator bisnis kuliner Digitarasa guna mendorong pertumbuhan start up bidang kuliner serta ekosistem kuliner di Indonesia. Layanan yang diiniasi bersama GoFood dan CEO & Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata itu diharapkan dapat membantu para pengusaha lokal di bidang kuliner bersaing dengan pebisnis kuliner internasional. "Dengan bimbingan dan pembinaan Digitarasa, kami percaya akan banyak bisnis F&B lokal berkualitas yang dapat berkembang dan bersaing secara nasional dan internasional," kata Chef Arnold. Digitarasa menerapakan konsep end to end dalam menjalankan bisnis kulinernya. Para member Digitarasa akan diberi pelatihan dan pengembangan seputar manajemen operasional, branding & marketing, pengembangan produk serta riset pasar. BACA JUGA : "Kami terus melakukan promosi untuk menjaring member Digitarasa sebanyak-banyaknya, bahkan hingga hari ini sudah ada 500 lebih UMKM yang mendaftar," tuturnya. Namun, Digitarasa tidak melayani untuk bisnis bidang kopi dan alkohol karena telah merajai pasar. CEO & Co-Founder Kopi Kenangan, Edward Tirtanata menambahkan, peranan digital amat memengaruhi bisnis kuliner saat ini. "Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh member Digitarasa nantinya," tutup Edward. Ilustrasi memotret makanan | Foto: Unsplash/Fábio AlvesHighlight.ID – Tak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi informasi seperti smartphone dan media sosial telah mengubah perilaku manusia. Perubahan perilaku orang terlihat ketika hendak makan atau minum, terutama ketika berada di restoran. Mereka biasanya suka memotret makanan/minuman dengan smartphone sebelum memakan/meminumnya. Satu hal lagi, orang suka berfoto bersama (wefie) ketika sedang kumpul bersama di sebuah restoran atau kafe. Peran teknologi dalam dunia food and beverages (kuliner) menjadi salah satu topik konferensi pada IdeaFest FoodX yang digelar pada Kamis, 3 Oktober 2019 di Jakarta Convention Center (JCC). IdeaFest FoodX merupakan bagian dari rangkaian acara IdeaFest 2019 yang terselenggara berkat kerja sama antara IdeaFest dengan Qraved dan Endeavor Indonesia. Baca juga:“Semua menjadi lebih kompleks ketika teknologi mobile menjadi semakin penting. Banyak hal yang harus dilakukan dan dipikirkan seperti diskon, cashback, pengiriman, dan lainnya. Tantangan terbesar yang dihadapi saat ini yakni tidak adanya sumber daya untuk mengatur semua hal tersebut. Hal lainnya, yakni terlalu banyaknya platform yang tersedia,” ujar Steven Kim, Pendiri sekaligus CEO Qraved pada konferensi bertema “How Mobile Digital is Changing Marketing for Restaurants”. Untuk itu, IdeaFest FoodX menjadi semacam ekosistem yang dapat mempertemukan antara sesama pebisnis kuliner (foodpreneur) maupun mereka yang ingin merintis bisnisnya. IdeaFest FoodX terdiri dari berbagai macam program seperti speed mentoring, conference, dan talkshow. Lewat IdeaFest FoodX pula, para pebisnis kuliner atau pengunjung IdeaFest 2019 bisa saling bertukar pikiran dan menambah wawasan. Menurut Steven Kim, pasar online di bidang kuliner hanya sekitar 5 persen. Sisanya, 95 persen yakni pasar offiline. Hal itu terjadi karena masyarakat Indonesia suka berkumpul bersama keluarga atau teman ketika melakukan aktivitas makan atau minum. Dengan demikian, maka kehadiran teknologi informasi tak dapat menggusur pasar offline yang telah ada sejak lama. IdeaFest FoodX di IdeaFest 2019 | Foto: Highlight.IDSelain Steven Kim, hadir pula sebagai pembicara, yakni: Kevin Susanto selaku Co-Founder Goola; Steven Tjan sebagai CEO Boga Group Jawa Timur; Wynda Mardio selaku Founder Steak Hotel by Holycow!; dan Veronica Utami sebagai Head of Marketing Google Indonesia. Wynda Mardio menjelaskan bahwa pada awal ia merintis bisnis tidak memiliki budget marketing. Untuk itu, ia mengandalkan media sosial Twitter sebagai sarana pemasaran yang pada waktu itu tahun 2010 sedang populer. Menurutnya, Twitter menjadi sarana promosi yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan. “Bisa dibilang, (teknologi) digital itu sangat membantu pada saat kita mulai pada 2010 itu,” kata Wynda. Sedangkan Steven Tjan mengatakan, “Sejak ada digital marketing ini, saya harus belajar banyak tentang takeaway packaging. Karena jaman dulu biasa-biasa aja.” Dengan adanya teknologi digital di mana orang dapat memesan makanan/minuman tanpa harus datang ke restoran, maka peran kemasan produk menjadi sangat penting. Selain itu, kemampuan staff dalam hal penggunaan teknologi digital juga harus ditingkatkan. Tujuannya, agar layanan dapat berjalan dengan baik. Sementara Kevin Susanto menjelaskan bahwa yang terpenting adalah kualitas produk. Menurutnya, produk yang bagus dapat menjadi alat pemasaran yang ampuh dibandingkan hanya mengandalkan teknologi digital. Perkembangan smartphone yang semakin canggih mempermudah siapapun untuk memesan makanan/minuman. Apalagi dengan hadirnya beberapa aplikasi, orang tak perlu repot datang ke rumah makan. Selain lewat aplikasi, informasi tentang restoran bisa didapatkan dari teman, review youtuber atau media sosial. Informasi juga diperoleh lewat mesin pencari seperti Google. Tak berhenti di situ, orang lalu memfoto makanan/minuman dan mengunggahnya ke berbagai platform seperti media sosial atau Google Maps. Menurut Veronica, antara bisnis online dan offline harus saling berkesinambungan. Ketika berbisnis offline, maka perlu dipikirkan bagaimana kehadiran bisnisnya secara online. Demikian pula sebaliknya. Lewat teknologi digital, data-data konsumen dapat dikumpulkan dan bisa menjadi wawasan (insights) untuk mengembangkan bisnis di masa datang.
Hi gusy .. Aku mau share tentang pemanfaatan ICT dalam bidang kuliner nih.. Artikel ini aku buat untuk memberi informasi kepada kalian yang belum tau manfaat ICT di bidang kuliner. Kalian pada tau apa itu ICT nggak? ICT itu teknologi yang dapat diandalkan untuk memberikan layanan yang efektif dan efisien. Menurut Wikipedia, ICT adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi kepada penerima sehingga lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyampaiannya. Dengan adanya ICT, kehidupan semakin maju dan lebih terbantu. Tentu saja ICT memiliki dampak positif dan juga dampak negatif. Tapi semua itu kembali lagi bagaimana masing-masing individu dalam memaksimalkan penggunaan ICT tersebut. Jika individu itu dapat memaksimalkan teknologi yang ada untuk hal-hal yang positif, pastilah akan menghasilkan sesuatu yang bagus. Begitu pula sebaliknya. Yang pasti, kalian harus manfaatkan ICT untuk hal yang baik ya. Teknologi boleh maju, zaman boleh berubah, tapi pikiran tetap harus positif dan tentunya harus cerdas memilih dan menggunakannya. Kehidupan ICT di industri dunia sudah ada sejak zaman dahulu. Sebelum tahun 2000-an, penemuan telegraf, telepon, radio, televisi, dan komputer merupakan awal kehidupan ICT yang nantinya semakin maju dari tahun ke tahun. Teknologi yang mendukung perkembangan ICT ini ditemukan lalu dikembangkan dan distabilkan penggunaannya. Setelah tahun 2000-an, semua alat yang bentuknya analog atau manual mulai digantikan dengan model digital. Penemuan-penemuan yang lama dan yang baru mulai dikembangkan menjadi digital. Tidak memerlukan otot manusia untuk mengoperasikannya. Hal ini ditandai dengan adanya komputasi multimedia yang merupakan cikal bakal revolusi industri abad 18. Itu dia sedikit penjelasan tentang ICT atau dalam Bahasa Indonesia kita kenal dengan nama TIK [Teknologi Informasi Komunikasi]. Semakin berkembangnya ICT dizaman sekarang ini, tentu saja membuat penerapannya dalam berbagai kehidupan pun semakin mudah. aku akan coba bahas secara singkat tentang pemanfaatan ICT dalam bidan kuliner yaa.. Pada era globalisasi sekarang ini teknologi informasi sudah sangat melekat pada diri banyak masyarakat dunia. Teknologi Informasi sediri mulai populer di akhir tahun 70-an. Pada masa sebelumnya istilah teknologi informasi biasa disebut teknologi komputer atau pengolahan data elektornik [elektronik data processing]. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Walau begitu namun masih banyak perusahaan terutama di negara berkembang [dunia ketiga], yang masih sulit mengadaptasikan teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi informasi karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang mempengaruhi behavior sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran jika masih sering ditemui perusahaan dengan peralatan komputer yang tercanggih, namun masih dipergunakan sebagai alat-alat administratif yang notabene merupakan era penggunaan komputer pertama di dunia pada awal tahun 1960-an. Di sisi lain teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, transportasi, kesehatan dan penelitian. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik.Tidak berlebihan jika salah satu pakar IBM menganalogikannya dengan perkembangan otomotif sebagai berikut: “seandainya dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat teknologi informasi, saat ini telah dapat diproduksi sebuah mobil berbahan bakar solar, yang dapat dipacu hingga kecepatan maximum 10,000 km/jam, dengan harga beli hanya sekitar 1 dolar Amerika !”. Secara mikro, ada hal cukup menarik untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi perkembangan teknologi informasi yang ada secara signifikan mempengaruhi persaingan antara perusahaan-perusahaan di dunia.Kini seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka banyak perusahaan dibidang kuliner juga memanfaatkan TI dalam menjalankan bisnisnya. Usaha kuliner merupakan bisnis yang sangat menjanjikan karena sekarang hampir semua orang malas untuk memasak sendiri dan lebih memilih membeli makanan di restourant ataupun warung makan. E-bisnis,adalah sebuah proses bisnis yang mengembangkan bisnisnya lewat bantuan media web atau internet. Terminologi ini pertama kali dikemukakan oleh Lou Gerstner, CEO dari IBM. Kini para pebisnis kulinerpun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengandalkan IT dan E-bisnis dalam menjalankan dan mengebangkan bisnisnya. E-Business is about 95% business and 5% technology. Kalimat singkat tersebut pada intinya menegaskan bahwa pertimbangan utama yang harus dipergunakan oleh para praktisi manajemen dalam menentukan apakah akan memanfaatkan tawaran-tawaran menggiurkan yang dijanjikan oleh e-business terletak pada pertimbangan seberapa besar potensi “bisnis” yang ditawarkan, bukan pada seberapa canggih teknologi yang berkembang.secara jelas e-business harus dapat paling tidak melakukan kedua hal di bawah ini: 1. Seberapa tinggi potensi penambahan revenue [pendapatan] perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung yang didapat pada saat konsep e-business diimplementasikan; dan 2. Seberapa tinggi potensi pengurangan cost [biaya] yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung yang didapat pada saat konsep e-business diterapkan. Kedua hal tersebut adalah hal minimum yang harus di-deliver oleh e-business kepada perusahaan agar dapat secara nyata meningkatkan tingkat profitabilitasnya [sesuai dengan rumus sederhana Profit = Revenue – Cost]. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi banyak digunakan para usahawan tak terkecuali pengusaha di bidang kuliner. Kebutuhan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi informasi dalam lingkungan kerja. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan pada kebiasaan kerja. Misalnya penerapan ERP . ERP adalah salah satu aplikasi perangkat lunak yang mencakup system manajemen dalam perusahaan. Banyak cara dilakukan restoran atau rumah makan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas waktu, biaya maupun tenaga, dengan tetap mengedepankan cita rasa khas sebagai unggulannya.Ada beberapa contoh rumah makan yang menggunakan IT sebagai pembantu menjalankan bisnisnya seperti salah satu contohnya adalah Jogja Foodfest [Jogja Foodfest Memanfaatkan Teknologi Informasi Untuk Memuaskan Konsumen, 2009]. Food Fest di Jalan Kaliurang km 5,5 Yogyakarta ini lain dengan resto atau rumah makan umumnya. Fajar Handika yang jebolan Teknik Komputer UGM, memilih memadukan information technology [IT] dengan keragaman menu-menu khas yang menjadi unggulan setiap makanan dan minuman yang disajikan. Anda tidak akan menemukan captain order yang dibawakan oleh waitress untuk memilih menu yang Anda sukai karena sang waitress sudah memakai PDA. Di resto yang berlokasi di Jalan Kaliurang ini, konsep pelayanan kepada pelanggan sepenuhnya sudah berbasiskan teknologi. Restoran ini telah menerapakan teknologi FIKS yang secara sederhana bisa diartikan sebagai sebuah konsep integral antara waitress-kitchen-cashier-backoffice serta realtime. Seluruh layanan Foodfest didukung penerapan IT. Sehingga pelayan restoran pun saat menghampiri pengunjung untuk mencatat pesanan menu bukannya membawa kertas catatan dan pulpen, melainkan membawa PDA. Dengan PDA itulah pelayan mencatat segala pesanan pengunjung. “Sebenarnya bukan kok gaya atau mengikuti trend, tapi memang pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif dari aspek biaya, waktu, dan tenaga. Jadi pelayan di sini minimal juga harus bisa mengoperasikan komputer,” ujar Fajar Handika yang menjadi owner sekaligus General Manager Foodfest yang dirintisnya sejak sekitar 1,5 tahun lalu itu. Beberapa piranti pendukung FIKS antara lain internet server, database server, POS server, order terminal, kitchen monitor, print servers, printers, wireless access points, router, dan PDA. Dengan piranti ini, semua aktivitas di rumah makan ini bisa dimonitor dari mana saja. “Jadi saya bisa mengetahui berapa orang yang sedang makan, siapa saja yang melayani, apa saja pesanannya, dan sebagainya ,” kata Fajar. Memang untuk itu dibutuhkan investasi yang lebih besar. Tapi menurut Fajar, mahal tidaknya investasi untuk perangkat digital tersebut relatif. Sebab, jika dengan sistem manual, konvensional dan tradisional, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sumber daya manusia yang bertambah pada saat restoran ramai, berapa tenaga yang harus dikeluarkan jika pelayan harus naik-turun lantai atas dan bawah melayani tamu dengan mondar-mandir, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mencetak nota pesanan [captain order] yang kemudian hanya dibuang, bagaimana risiko kesalahan membaca jika pesanan hanya ditulis tangan yang berdampak pada turunnya kualitas layanan, bagaimana risiko sistem administrasi keuangan karena menggantungkan cash register saja tentunya tidak cukup, serta beragam pertimbangan lainnya. “Sebenarnya ini bukan konsep terlalu baru karena beberapa restoran di Jakarta dan Singapura banyak yang sudah menggunakan perangkat seperti PDA sebagai gadget waitress ketika mereka menangani pesanan. Haya saja, rata-rata restoran punya satu dapur atau bar sedangkan Foodfest memiliki 11 dapur dan satu bar,” ujar Fajar Handika, General Manager Jogja Foodfezt. Beberapa peranti yang memegang peranan penting dalam konsep FIKS ini antara lain adalah internet server, database server, POS server, Order Terminal, Kitchen Monitor, Print servers, Printers, Wireless Access Points, Routerm, dan PDA. Internet server berfungsi untuk menghubungkan database server dengan dunia luar. Dengan alat ini, semua aktivitas di rumah makan ini bisa dimonitor melalui VPN [Virtual Private Network] over internet dari mana saja. Artinya si pemilik rumah makan bisa mengetahui berapa orang yang sedang makan, siapa saja waitress yang melayani, apa saja pesanannya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan pesanan kepada pelanggan. Elemen penting lainnya adalah router. Peranti ini berfungsi sebagai jantung dari FIKS. Semua perangkat yang menggunakan koneksi kabel tersambung ke router ini. Sementara Wireless Acces Point fungsinya mirip router, tapi nirkabel. Semua PDA dan komputer yang terhubung ke jaringan secara nirkabel akan terhubung ke sini dengan protokol wifi dan diteruskan ke router. Yang tidak kalah pentingnya adalah Database server. Komponen ini berupa sebuah komputer server yang berisi semua data transaksi yang terjadi. Segala kegiatan apapun yang berhubungan dengan order akan dicatat di sini. Sementara PDA menjadi bawaan wajib bagi para waitress. Peranti ini digunakan oleh para waitress untuk melakukan input order, melihat ketersediaan menu, maupun status meja. Data pemesanan itu akan disinkronisasi secara realtime dengan database server. Fajar mengatakan, penggunaan perangkat teknologi dalam bisnis restorannya ini cukup menguntukan dari segi bisnis dan efisiensi. Ketika pemilik restoran mengimplementasikan teknologi digital dengan sistemnya maka mereka akan mendapat beberapa keuntungan seperti efisiensi karyawan, penghematan biaya pembuatan Nota Order, dan meminimalisasi kesalahan pegawai. “Dengan sistem seperti ini, akan ada data penjualan secara detil berdasarkan waktu dan jenis makanan yang terjual. Pemilik resto bisa menganalisis berapa jumlah tamu yang datang dalam kurun waktu tertentu, berapa persen penjualan es teh dibanding es jeruk, atau restoran paling ramai dikunjungi jam berapa dan hari apa,” tutur Fajar. Sistem usaha yang digunakan Jogja Foodfest adalah menyediakan tempat makan dan sistem manajemen. Sedangkan pemilik outlet hanya menyiapkan produk makanan dan minumannya. Untuk itu diperlukan seleksi yang ketat agar bisa menempati outlet di sini. ” Selain melayani pengunjung, kami juga melayani para pemilik outlet tersebut. Sistem kita gunakan adalah kontrak selama 4 bulan, jika produknya bisa dipertahankan kualitasnya, maka akan kita perpanjang lagi. ” Fajar menjelaskan pada bisnis ukm. Dengan mengandalkan keunggulan tempat dan sistem pelayanan, maka banyak outlet yang merasa senang dengan kerjasama ini. Karena selain menguntungkan, transparansi sistem laporan penjualan pun biasanya kita bisa memberikan secara detail. Misalnya outlet A pada bulan Januari penjualannya menurun, kita akan tahu penyebab menurunnya penjualan outlet A. Sehingga kita bisa memberikan saran agar bisa diperbaiki.Dalam memasarkan produknya, Jogja Foodfest lebih menitikberatkan pada pemasaran networking, melalui beberapa jaringan online ataupun offline. ” Kita lebih banyak melakukan kegiatan promosi melalui kerjasama dengan berbagai media di Jogja. Dan selain itu juga kita lebih menitikberatkan pada kepuasan pelanggan, sehingga pelanggan akan mempromosikan sendiri ke teman ataupun kerabat dekatnya ” ujar Fajar. Memang seringkali Jogja Foodfest ditayangkan pada beberapa media cetak dan televisi di Jogja. Dan Jogja Foodfest juga sering didatangi oleh para artis – artis Ibukota, seperti : Jajang C Noer, Nurul, Sutradara. Jika pada hari libur atau malam minggu Jogja Foodfest akan terasa ramai dengan jumlah pengunjung bisa mencapai 200 – 300 orang per hari. Namun pada hari – hari biasa jumlah pengunjung hanya 100 – 150 orang. Jogja Foodfest inilah salah satu contoh diantara banyak restaurant lain yang menggunakan IT untuk mendukung kinerja dan memanjakan konsumennya. Jika dilihat berdasarkan teorinya Erik, teknologi informasi mempunyai peranan penting bagi perusahaan dalam melakukan inovasi. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, perusahaan tidak hanya dapat mengontrol dan melakukan inovasi, bahkan dapat menekan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dalam mengukur, bereksperimen, berbagi dan mereplikasi informasi pada proses bisnisnya dalam jangka panjang. Seperti pada penggunaan teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan perbankan, mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi produktivitasnya, terutama dalam meningkatkan pelayanan. ATM 24 jam yang tersedia, memudahkan pelanggan dalam melakukan transaksi atau mengambil uang kapanpun dan dimanapun tanpa harus datang langsung dan menunggu antrian di bank. Dalam artikelnya, Erik menggunakan CVS [perusahaan ritel obat-obatan di US] sebagai salah satu contoh perusahaan yang menggunakan teknologi replikasi. CVS menerapkan peningkatan proses bisnis pemesanan resep obat di salah satu apotek, dimana hasilnya meningkatkan kepuasan pelanggan secara signifikan. Proses bisnis tersebut dikembangkan dengan menggunakan sistem teknologi informasi, dan kemudian direplikasi ke 4,000 apotek lain di 4,000 toko CVS lainnya dalam setahun. Perusahaan – perusahaan manufaktur dan perbankan juga menggunakan teknologi informasi khususnya replikasi pada proses bisnisnya. Pepsi Cola, salah satu perusahaan manufaktur makanan dan minuman, telah menggunakan teknologi informasi pada proses bisnisnya. Teknologi informasi dimanfaatkan untuk meningkatkan proses produksi dari produk-produknya. Sehingga output produksi yang telah direplikasi meningkat sebesar dua atau bahkan sepuluh kali lipat jika dibandingkan tanpa menggunakan teknologi informasi. Perusahaan perbankan yang menggunakan sistem aplikasi transaksi juga mereplikasi informasi secara terintegrasi. Teknologi informasi yang telah dikembangkan memungkinkan perusahaan melakukan otomatisasi replikasi hanya dengan melakukan input data. Penggunaan jaringan LAN dan aplikasi yang berbasis web memungkinkan perusahaan mereplikasi informasinya ke lokasi lain. Sehingga dengan adanya teknologi informasi ini, efisiensi waktu, tenaga dan biaya dapat lebih di optimalkan. Selain teori yang disampaikan oleh Erik, ada beberapa cara yang dapat dipergunakan perusahaan dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mencapai tujuan bisnisnya. Pada artikel yang berjudul “Building Strategic Advantage Through IT”, Daniel W. Rasmus mengutarakan bahwa ada delapan cara untuk mencapai keunggulan strategis dan kompetitif dengan menggunakan teknologi informasi. a. Process Automation. Proses otomatisasi ini bertujuan untuk menghilangkan biaya dan menciptakan data yang memberikan wawasan ke dalam struktur biaya dan proses bisnis. b.Collaboration and Unified Communications Technology. Menghubungkan organisasi secara virtual, sehingga dapat mendorong inovasi, menjaga hubungan, dan mengeksekusi pada perbaikan operasional yang menghasilkan peningkatan produktivitas. Komunikasi terpadu menciptakan infrastruktur komunikasi tunggal, mengurangi biaya untuk peningkatan Private Branch Exchange [PBX] sambil menyediakan pekerja informasi dengan peningkatan produktivitas melalui inbox terpadu dan aturan yang membantu mereka dalam mengelola interupsi. c. Security for the Extended Enterprise. Teknologi keamanan diperlukan untuk menjaga properti intelektual dan rahasia dagang perusahaan secara aman dan untuk menyimpan informasi pribadi tentang karyawan dan pelanggan. d. Virtualization. Virtualisasi mengurangi biaya untuk hardware, meningkatkan pengujian dan penyebaran perangkat lunak, mengurangi penggunaan energi, ruang dan waktu, dan meningkatkan fleksibilitas investasi perangkat keras [hardware]. e. Managed Mobility. Pengelolaan mobilitas berhasil mendorong data-data kebijakan pemerintahan ke dalam jaringan tanpa secara signifikan mempengaruhi kinerja perangkat-perangkatnya untuk telepon atau kolaborasi. f. Document Management Styles. Sentralisasi konten dari repositori diperlukan agar terjadi keseragaman dalam menyediakan informasi. g. Business Intelligence and Analytics. memahami kinerja bisnis, proses bisnis, pelanggan, pasar, dan karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan wawasan dari data atau informasi. h. Business Performance Infrastructure. Mengadopsi platform melalui kolaborasi, komunikasi, analisis, dan sistem perusahaan dimana semuanya berkomunikasi untuk menciptakan bisnis yang lebih terintegrasi, responsif, dan tangkas. Keterbatasan teknologi informasi yang dimiliki perusahaan harus segera diatasi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara berkesinambungan agar informasi dapat diolah dan dikembangkan secara up to date. Pada umumnya ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi perusahaan dalam mengoptimalkan aset teknologi informasinya. Berikut beberapa diantaranya : A. Keterbatasan Biaya. Keterbatasan biaya menjadi kendala bagi perusahaan dalam melakukan inovasi teknologi informasinya. Karena memang tidak bisa dipungkiri dalam melakukan inovasi teknologi informasi berikut perawatannya [maintenance] membutuhkan biaya yang cukup besar. Sehingga sebagian perusahaan lebih memilih memanfaatkan teknologi informasi yang sudah ada atau bahkan melakukannya secara manual. Hal ini bisa dilihat salah satunya dari aplikasi transaksi atau akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Dimana sebagian perusahaan masih dan lebih memilih menggunakan aplikasi Microsoft Excel yang merupakan aplikasi bawaaan dari Microsoft Office dibanding menggunakan software akuntansi seperti SAP yang tergolong cukup mahal. B. Keterbatasan SDM. Inovasi teknologi informasi perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusianya. Keterbatasan SDM menjadi kendala bagi perusahaan dalam merealiasikan inovasi teknologinya. Karena tidak semua SDM berkompeten di bidang teknologi informasi, Oleh karena itu diperlukan adanya pelatihan, training atau bahkan perekrutan SDM yang lebih berkualitas untuk dapat mempelajari inovasi teknologi yang telah dikembangkan oleh perusahaan. Dan itu bukan merupakan hal yang mudah, dan tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar. C. Revolusi Budaya. Kesadaran pentingnya teknologi informasi patut menjadi perhatian untuk menggeser budaya perusahaan yang konvensional. Keraguan perusahaan akan peran teknologi informasi menimbulkan pemikiran-pemikiran akan adanya keterbatasan biaya dan SDM dalam mengelola teknologi informasi. Karena pada dasarnya keterbatasan biaya dan SDM bisa diatasi jika perusahaan yakin investasinya di teknologi informasi bisa memberikan hasil yang cukup signifikan terhadap performa bisnisnya. Kehadiran teknologi informasi, mempunyai peranan yang cukup penting di dalam dunia bisnis. Perusahaan makanan dan perusahaan lainpun dapat meningkatkan proses bisnisnya secara signifikan. Karena segala aktivitas perusahaan dapat dikontrol jika perusahaan dapat memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi dengan baik. Kebutuhan perusahaan akan teknologi informasi, semakin berkembang dan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yang harus segera diatasi. Karena setiap perusahaan mempunyai proses bisnis yang berbeda-beda, sehingga proposi penggunaan teknologinya pun berbeda-beda. Hal ini dapat diatasi setelah segala permasalahan dan kebutuhan perusahaan dapat teridentifikasi dengan baik. Karena pada dasarnya teknologi informasi bersifat fleksibel, dalam arti teknologi informasi dapat di desain sedemikian rupa untuk menangani segala permasalahan dan kebutuhan perusahaan. Kesadaran akan pentingnya teknologi informasi juga merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. Revolusi inovasi diperlukan untuk menggeser cara pandang perusahaan yang tradisional. Pesatnya laju pertumbuhan kebutuhan dan permasalahan bisnis, harus segera ditangani agar perusahaan dapat menjaga dan meningkatkan performa bisnisnya. Karena pada kenyataannya, masih ada perusahaan yang kurang atau bahkan tidak yakin akan manfaat teknologi informasi. Sehingga tidak berani ambil resiko dalam berinvestasi untuk memanfaatkan, meningkatkan dan mengembangkan teknologi informasi untuk proses bisnisnya. DAFTAR PUSTAKA Alex. [2012, mei 29]. "Sumsel free WiFi, Jakarta menyusul". Dipetik juni 27, 2012, dari Antara News: //www.antaranews.com/berita/313106/alex--sumsel-free-wifi-jakarta-menyusul AMPUNT_LAY.BLOGSPOT.COM. [2012, Maret 26]. MANFAAT KOMPUTER DI BIDANG INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN . Dipetik juni 25, 2012, dari Me Myself and I: //amrulhamzah.blogspot.com/2012/03/manfaat-komputer-di-bidang-industri.html fathoni, q. [2011, Januari]. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kehidupan Sehari-Hari. Dipetik Juni 25, 2012, dari Qiqi Fathioni's Zone: //qiqifathoni.blogspot.com/2011/01/peranan-teknologi-informasi-dan.html Indonesia Tempati Peringkat ke-46 dalam Kemajuan Teknologi. [2012, juni 27]. Dipetik juni 28, 2012, dari Yahoo: //id.berita.yahoo.com/indonesia-tempati-peringkat-ke-46-dalam-kemajuan-teknologi-034403400.html Jogja Foodfest Memanfaatkan Teknologi Informasi Untuk Memuaskan Konsumen. [2009, Januari 11]. Dipetik juni 25, 2012, dari Bisnis UKM: //bisnisukm.com/jogja-foodfest-memanfaatkan-teknologi-informasi-untuk-memuaskan-konsumen.html mayang, n. [2012, Januari 4]. Manfaat Teknologi Informasi Bagi Seorang Akuntan. Dipetik Juni 25, 2012, dari Nurika Mayang: //nurikamayang.blogspot.com/2012/01/manfaat-teknologi-informasi-bagi.html Pratami, D. [2010, November 14]. Keunggulan Teknologi Informasi dalam Perusahaan dan Lingkungannya. Dipetik juni 25, 2012, dari Dewipratami's Blog: //dewipratami.wordpress.com/2010/11/14/keunggulan-teknologi-informasi-dalam-perusahaan-dan-lingkungannya/ Sukartya, A. [2011, november 29]. REVOLUSI INOVASI GLOBAL DAN PERAN TEKNOLOGI INFORMASI. Dipetik juni 25, 2012, d Page 2Video yang berhubungan |