Jelaskan proses masuknya zaman perundagian bisa sampai ke Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

Prasejarah  adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup. Setelah zaman prasejarah maka dilanjutkan dengan zaman dimana masuknya kebudayaan Hindu-Budha, setelah itu zaman masuknya Islam ke Indonesia. Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi,geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Zaman prasejarah sendiri dibagi menjadi beberapa periode, salah satunya adalah zaman perundagian. Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam.

  1. Rumusan Masalah
  2. Bagaimana kehidupan sosial, ekonomi, teknologi dan budaya pada zaman perundagian?
  3. Apa saja benda-benda peninggalan zaman perundagian?
  4. Bagaimana system kepercayaan pada masa perundagian?
  1. Tujuan
  2. Mengetahui kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya pada zaman perundagian.
  3. Mengetahui benda-benda peninggalan zaman perundagian.
  4. Mengetahui system kepercayaan pada masa perundagian.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Zaman Perundagian

Perundagian berasal dari kata Undagi, yang artinya sama dengan tukang atau seseorang yang memiliki keterampilan atau ahli dalam melakukan pekerjaan tertentu. Masyarakat perundagian adalah masyarakat dimana masing-masing orang bekerja sesuai dengan keterampilannya masing-masing. Itu berarti, spesialisasi kerja sudah sangat maju pada masa ini. Zaman ini dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Pada masa ini , manusia purba sudah mengenal bijih logam. Mereka sudah lebih berpengalaman sehingga dapat mengenali bijih-bijih logam yang dijumpai meleleh di permukaan tanah. Bijih logam yang ditemukan terutama berasal dari tembaga. Kemudian mereka membuat alat-alat yang diperlukan dari bahan bijih logam yang ditemukan. Pada masa ini juga telah terjadi pembauran antara manusia purba, ras Mongoloid, dan ras Austromelanesia. Kemampuan mengolah logam muncul setelah alat-alat dari batu tidak dapat diandalkan dan cepat mengalami kerusakan. Teknologi logam kuno yang berada di Indonesia juga dipengaruhi oleh Vietnam. Hasil teknologi ini dikenal dengan Budaya Dong Son. Selain itu , Thailand juga merupakan Negara asal teknologi logam kuno. Pengertian lain dari masa perundagian adalah tempat dimana orang-orang yang ahli dalam membuat barang-barang atau alat-alat dari logam.

  1. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Budaya Masyarakat Zaman Perundagian
  2. Kehidupan Sosial ekonomi

Pada masa perundagian manusia di Indonesia di desa-desa di daerah pegunungan,dataran rendah,dan tepi pantai dalam tata kehidupan yang terpimpin. Pembangunannya lebih teratur, dipagar dengan tempat penguburan di luar pemukiman.

Bukti-bukti dari adanya tempat-tempat yang berkembang pada masa itu tersebar antara lain Sumatra,Jawa,Sulawesi,Bali,Sumba,serta terdapat di pulau-pulau lainnya di Nusa Tenggara Timur dan Maluku.di tempat-tempat itu ditemukan sisa-sisa benda perunggu,besi,gerabah.sisa-sisa ini merupakan peninggalan dari penghidupan yang sudah maju tingkatannya.melalui evakuasi di beberapa tempat telah ditemukan pula sisa-sisa bahan makanan (kerang,ikan,babi,dan sebagainya) dan rangka-rangka manusia yang merupakan bukti bahwa penguburan mayat dilakukan di sekitar tempat tersebut. Melalui data dari perunggu-perunggu dapat di simpulkan bahwa rumah orang-orang merupakan rumah bertingkat tiang dengan atap melengkung,biasanya kolongnya merupakan tempat ternak dan rumah semacam ini didiami oleh beberapa keluarga.

Pada zaman perundagian, kemampuan manusia dalam kegiatan ekonomi semakin maju. Kegiatan ekonomi makin beraneka ragam diantaranya pertanian, peternakan, membuat keranjang, membuat gerabah, bepergian ke tempat-tempat lain untuk menukar barang-barang yang tidak dihasilkan di desa tempat tinggalnya. Kegiatan mereka merupakan permulaan dari kegiatan perdagangan.

Pada masa perundagian, dalam masyarakat timbul golongan-golongan para ahli dalam mengerjakan kegiatan tertentu, misalnya ahli mengatur upacara keagamaan, ahli pertanian, ahli perdagangan dan ahli membuat barangbarang dari logam dan sebagainya.

Pada saat berlangsungnya proses pembauran antara pendatangMelayu Austronesia dari Yunan Selatan dengan Australomelanesid pada sekitar tahun 300 SM, tibalah gelombang II emigran Melayu Austronesia yang berasal dari Dong Son (Vietnam sekarang). Kebudayaan bangsa Melayu Austronesiagelombang II ini setingkat lebih maju daripada emigrant bangsa Melayu Austronesia gelombang I mereka telah menguasai teknologi sebagai berikut:

1)    Teknologi pertanian basah, yaitu bersawah.

2)    Teknologi metalurgi/pengecoran logam.

Teknologi pertanian basah, dikembangkan bersama dengan teknologi pengairan. Mereka belum mengenal usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah dengan cara penumpukan, tetapi dilakukan melalui upacara magis (fertility cult). Teknologi metalurgi setidak-tidaknya mencakup dua teknik pokok, yaitu teknik pengambilan logam dan teknik pengolahan barang logam.

Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;

  1. Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;
  2. Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
  3. Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut :
  4. Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya;
  5. Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;
  6. Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
  7. Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
  8. Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.

Kemajuan yang dicapai dalam bidang tenologi  yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan kehidupan serta adanya surplus dalam memenuhi keperluan hidup itu meningkatkan jumlah penduduk di mana-mana.Timbullah desa-desa besar yang merupakan gabungan dari kampung-kampung kecil.dalam tata kehidupan yang teratur berburu binatang merupakan sebagian dari mata pencaharian juga dimaksudkan untuk menunjukkan keberanian dan kegagahan.perburuan dilakukan dengan menggunakan tombak,panah,dan jerat. Anjing digunakan untuk mengeejar dan membingungkan binatang yang diburu. Pertanian atau perladangan merupakan lahan percaharian yang tetap. Untuk menyempurnakan usaha pertanian diciptakan alat-alat dari logam,terutama untuk pengolahan sawah. Untuk menjaga tanah supaya teteap subur pada waktu tertentu,diadakan upacara-upacara yang melambangkan permintaan kesuburan tanah dan kesejahteraan masyarakat.

  1. Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi;
  2. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
  3. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.;
  4. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;
  5. Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.

Yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah kepercayaan kepada pengaruh arwah nenek moyang terhadap perjalanan manusia dan masyarakatnya.karena itu arwah nenek moyang harus selalu diperhatiakn dan dipuaskan melalui upacara-upacara. Demikian juga kepada orang yang meninggal penguburan orang yang meninggal dilaksanakan dengan cara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder).

  1. Sistem sosial-ekonomi Manusia Purba Masa perundagian.

Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari logam. Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada orang-orang tertentu yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian pada masa perundagian sudah terjadi pelapisan sosial.Bahkan bukan hanya pembuat dan pemilik, tetapi adanya pedagang yang memperjualbelikan logam.

Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal sistem kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat hidup diikat oleh norma-norma dan nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini diciptakan oleh mereka sendiri, disepakati dan dijadikan pegangan dalam menjalan kehidupannya. Sebagaimana layaknya dalam suatu sistem kemasyarakatan, pada masa ini sudah ada pemimpin dan ada masyarakat yang dipimpin. Struktur ini dikatakan ada kalau dilihat dari penemuan alat-alat untuk penguburan. Kuburan-kuburan yang ada terdapat kuburan yang diiringi dengan berbagai bekal bagi mayat.

Model kuburan ini diperkirakan hanya untuk para pemimpin. Sistem mata pencaharian pada masa perundagian sudah mengalami kemajuan. Keterikatan terhadap bahan-bahan makanan yang disediakan oleh alam mulai berkurang. Mereka mampu mengolah sumber-sumber daya yang ada di alam untuk dijadikan bahan makanan. Cara bertani berhuma sudah mulai berubah menjadi bertani dengan bersawah. Ada perbedaan dalam cara bertani berhuma dengan bersawah. Dalam bertani berhuma ada kebiasaan meninggalkan tempat olahannya, apabila tanahnya sudah tidak subur, jadi hidup mereka pun tidak menetap secara permanen. Sedangkan dalam bertani bersawah tidak lagi berpindah, mereka tinggal secara permanen. Hal ini dikarenakan pengolahan tanah pertanian sudah menggunakan pupuk yang membantu kesuburan tanah. Dengan demikian masyarakat tidak akan meninggalkan lahan garapannya. Bukti adanya kehidupan bersawah yaitu dengan ditemukannya alat-alat pertanian dari logam, seperti bajak, pisau, dan alat-alat yang lainnya.

  1. Sistem kepercayaan Manusia Purba Masa perundagian

Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu. Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang-barang mewah.

Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.

Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan seperti ini memunculkan jenis kepercayaan: animisme dan dinamisme.

1) Animisme

Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa suatu benda memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantera dan memberi sesajen atau persembahan.

2) Dinamisme

Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami berbagai tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu besar, dan lain-lain. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan dinamisme (dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada batu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang.

Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme mendorong manusia menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekadar kekuatan roh dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan gaib tersebut diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak dapat diganggu-gugat, yakni hukum alam. Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batin spiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme dan dinamisme ini kemudian berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam.

  1. benda-benda peninggalan zaman perundagian.

1). Bahan Perunggu

Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :

Nekara adalah gendering perunggu dengan membran satu. Berdasarkan hiasan yang terdapat dalam beberapa nekara, benda ini diduga digunakan untuk memanggil roh para leluhur untuk turun ke dunia dan member berkah dan memanggil hujan. Nekara ini ditemukan di Pejeng dan Bebrita (Bali), Sumatera, NTT, Weleri, (Jawa Tengah), serta Banten.

Disebut kapak corong karena kapak dari perunggu ini bentuknya seperti corong. Kapak ini disebut juga kapak sepatu (karena berbentuk seperti sepatu). Fungsinya sama seperti kapak sebelumnya . kapak ini ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Dan Papua.

Arca-arca berupa manusia dan binatang salah satunya ditemukan di Bangkinang (Riau).

Bejana Perunggu Berbentuk kepis (wadah ikan pada pemancing). Barang ini telah ditemukan salah satunya di Kerinci (Jambi).

Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung. Bendabenda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali.

Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk upacara, bekal orang yang meninggal (disimpan dalam kuburan), dan alat tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan.

Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.

Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang (Provinsi Riau), Lumajang, Palembang, dan Bogor.

2)     Bahan Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggusebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:

  1. aa)Mata kapak bertungkai kayu
  2. bb)Mata pisau
  3. cc)Mata sabit
  4. dd)Mata Pedang
  5. ee)

3)     Bahan Tanah Liat

Pada zaman perundagian, teknik pembuatan barang-barang dari tanah liat (gerabah) telah lebih maju jika dibandingkan dengan pembuatan gerabah pada zaman bercocok tanam. Pengerjaannya lebih halus dan lebih tipis. Selain menggunakan tatap, mereka juga sudah menggunakan pelarikan/roda berputar. Pusat pembuatan gerabah terdapat di Gilimanuk (Bali) dan Melolo (Sumba).

BAB III

PENUTUP

Pada zaman perundagian manusia sudah menggunakan logam sebagai pealatan yang digunakan, tetapi manusia pada zaman tersebut juga masih menngnakan batu sebagai peralatan yang di gunakan sehari-hari. Peralatan logam sudah berkembang tidak hanya digunakan sebagai peralatan saja tetapi logam juga digunakan untuk pembuatan perhiasan dan pendukung upacara adat.

Manusia pada zaman logam itu sudah tergolong berkembang karena manusia pada zaman ini sudah mampu memproduksi barang atau alat terlebih menggunakannya, yang terbuat dari aneka logam dengan cara teknik a cire perdue dan bivalve Manusia pada zaman logam itu sudah tergolong berkembang karena manusia pada zaman ini sudah mampu memproduksi barang atau alat terlebih menggunakannya, yang terbuat dari aneka logam.

Penengertian Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu. Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orangorang tertentu yang memiliki barang-barang dari logam. Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada

zaman perundagian telah mengadakan hubungan dengan luar.