Artikel ini membicarakan tentang bahasa Jepang di Indonesia pada era pendudukan dan era sekarang. Show Omae wa mou shindeiru! Nani? Konichiwa (selamat siang), konbanwa (selamat malam), oyasuminasai (selamat tidur). Seberapa sering kamu mendengar kata-kata di atas? Kata-kata di atas adalah kata-kata dari bahasa Jepang yang mungkin tidak asing di telingamu. Entah mungkin kamu mendengarnya dari percakapan sehari-hari ataupun bisa juga dari anime yang biasanya kamu tonton itu. Bahasa Jepang tak hanya bisa kamu temui di televisi. Di sekolah dan universitas, bahasa Jepang dapat ditemui dengan bentuk yang bermacam-macam. Ada jurusan sastra Jepang di tingkat universitas. Di sekolah, bahasa Jepang dapat dijumpai sebagai sebuah ekstrakulikuler atau bahkan mata pelajaran. Belum lagi komunitas penggemar budaya Jepang yang dapat dijumpai di sudut-sudut kota. Keberadaan mereka, suka tidak suka, menjadikan kata-kata dalam bahasa Jepang menjadi tidak asing di telinga kita meski sekadar kata-kata sederhana seperti ‘ohayou’ dan ‘arigato’. Melihat jauh ke belakang, ternyata bahasa Jepang pernah menjadi bahan propaganda yang digunakan oleh Jepang saat menduduki Hindia Belanda yang pada saat itu belum resmi menggunakan nama Indonesia. Bahasa Jepang di Indonesia (Era Pendudukan)Semua bermula saat kedatangan Jepang ke bumi Hindia Belanda. Setelah Belanda menyatakan menyerah, Jepang segera bertindak cepat untuk menancapkan pengaruhnya. Salah satu hal yang menjadi concern Jepang waktu itu adalah menghilangkan pengaruh Belanda dari tanah Hindia. Gimana caranya? Salah satunya adalah dengan mengubah bahasa sehari-hari penduduk Hindia Belanda. Bahasa Belanda yang sebelumnya dipakai sebagai bahasa sehari-hari di kalangan tertentu seperti pegawai gubernermen dan sekolah disingkirkan dan digantikan dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Benar, bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi salah satunya ya buat merangkul rakyat Hindia. Selain itu? Buat keuntungan Jepang juga sih. Secara kan bahasa daerah di Hindia Belanda kan ada banyak banget tuh dari bahasa Jawa, Sunda, Minang, dan bahasa-bahasa daerah lain. Bayangin aja betapa sulitnya tantangan yang dihadapi Jepang kalau harus menyesuaikan diri dengan bahasa daerah sebanyak itu. Sedangkan bahasa Jepang mulai disosialisasikan selain sebagai bahan propaganda dalam menancapkan pengaruh juga buat mempermudah koordinasi. Koordinasi seperti apa? Koordinasi antara pemerintahan pendudukan Jepang dengan tokoh-tokoh dan masyarakat Hindia. Saat itu, bahasa Jepang digunakan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat mulai dari sebagai papan nama toko, surat menyurat hingga diajarkan di sekolah-sekolah. Diajarkan sebagai alat propagandaBahasa Jepang diajarkan sebagai salah satu mesin propaganda untuk menanamkan pengaruh Jepang di bumi Hindia. Saat itu, guru-guru sekolah diajari untuk menguasai bahasa Jepang. Dari guru-guru tersebut, bahasa Jepang diturunkan kepada murid-muridnya. Menariknya, bahasa Jepang tidak hanya diajarkan di sekolah-sekolah formal di kota-kota besar saja. Bahasa Jepang juga diajarkan di desa-desa dengan cara mendirikan tempat kursus. Sebegitu seriusnya Jepang dalam menanamkan pengaruhnya di Hindia Belanda. Mereka benar-benar berupaya semaksimal mungkin untuk memasyarakatkan bahasa Jepang. Tak hanya di Indonesia saja ternyata. Pengajaran bahasa Jepang di tempat pendudukan juga dilakukan oleh pemerintah Jepang di negara lain seperti Filipina. Bahasa Tagalog dijadikan bahan promosi oleh pemerintahan militer Jepang untuk merangkul orang-orang Filipina. Ya meski pada akhirnya bahasa Jepang juga ditanamkan kepada warga Filipina pada masa itu. Menariknya, bahasa yang dipilih oleh Jepang untuk digunakan di Indonesua dan Filipina hari ini menjadi bahasa resmi. Bahasa Filipina sendiri masih memiliki hubungan dengan bahasa Indonesia dan ada kata-kata yang serupa meski memiliki arti yang berbeda. Contohnya adalah ‘selamat’. Dalam bahasa Tagalog, selamat berarti terima kasih. Buat kalian yang suka main DoTA 2, harusnya kalian enggak asing dengan bahasa Tagalog macam ‘Lakad Matatag’ yang artinya berjalan dengan baik. Pada akhirnya, semua upaya Jepang dalam memasyarakatkan bahasa Jepang harus berakhir juga. Jepang menyatakan diri menyerah kepada pasukan sekutu pada tahun 1945 yang kemudian diikuti oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bahasa Jepang di Indonesia hari iniJika dulu pada masa pendudukan bahasa Jepang digunakan sebagai alat propaganda dan bahkan merupakan sesuatu yang diwajibkan. Hari ini bahasa Jepang dipelajari secara sukarela. Ada banyak universitas yang memiliki jurusan sastra Jepang seperti di UI dan UGM misalnya. Selain itu, penggunaan bahasa Jepang di Indonesia bisa dibilang sebagai sesuatu yang wajar mengingat ada banyak orang Jepang yang menetap di Indonesia baik untuk bekerja maupun untuk belajar. Aku sendiri selama kuliah dulu mengenal beberapa orang Jepang yang belajar di kampusku. Kami kerap berinteraksi dan aku mempelajari beberapa kata dalam bahasa Jepang dari mereka. Belum lagi dengan banyaknya orang Indonesia yang sempat tinggal di Jepang (biasanya untuk bekerja atau belajar). Ya masa selama tinggal di Jepang ga belajar bahasa Jepang sedikitpun sama sekali sih. Tapi asli sih, belajar bahasa asing tuh asyik dan ternyata banyak manfaatnya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Sumber rujukan:
Owntalk.co.id – Seperti kita ketahui bersama bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh rakyat Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia yang memiliki latar belakang sejarah yang begitu panjang. Berbagai bentuk peristiwa sejarah dan perjuangan para tokoh pergerakan di setiap masa mewarnai perkembangan bahasa nasional ini. Begitu pula pada masa pendudukan Jepang yang merupakan titik balik perkembangan bahasa Indonesia. Ada juga Perbedaan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Jadi seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung antarsuku, karena dia berbangsa Indonesia yang menetap di wilayah Indonesia; sedangkan seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang menjalankan tugas-tugas ‘pembangunan’ Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki sejak diikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, sedangkan kedudukan sebagai bahasa negara dimiliki sejak diresmikan. Selanjutnya, perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia. Pada akhirnya, semua upaya Jepang dalam memasyarakatkan bahasa Jepang harus berakhir juga. Jepang menyatakan diri menyerah kepada pasukan sekutu pada tahun 1945 yang kemudian diikuti oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia. (Leo)
- Never miss a story with notifications
- Gain full access to our premium content
- Browse free from up to 5 devices at once |