Jelaskan perbedaan ciri ciri PENDIDIKAN SD dengan TK dan SMP

Orang dewasa berbeda dengan anak-anak, baik dalam aspek pengalaman belajar, kebutuhan, hambatan, konsep diri, maupun tugas dan tanggung jawab. Orang dewasa mempunyai pengalaman belajar lebih banyak dan luas dibanding usia anak-anak yang pengalamannya masih sangat minim dan terbatas. Pengalaman belajar dimiliki oleh orang dewasa cenderung bersifat praktis dan pragmatis.

Pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, orientasi belajar orang dewasa adalah untuk mendalami kajian dan perluasan pengalaman dari apa yang telah diperoleh pada masa lalu, sedangkan bagi anak-anak berpusat pada pembentukan dasar-dasar dari pengertian, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap.

Hambatan untuk mengubah tingkah laku orang dewasa terkait dengan lingkungan sosial, pekerjaan, dan kebutuhan dirinya. Sementara pada anak-anak, hambatan untuk berubah terkait dengan pertumbuhan fisik, sosialisasi, dan pekerjaan yang akan dihadapi di masa mendatang.

Bagi orang dewasa, kebutuhan belajar dihubungkan dengan kondisi hidup di masa depan, sementara pada anak-anak berhubungan dengan pengembangan pola belajar pada masa mendatang. Pada praktiknya, orang dewasa lebih banyak menggunakan pikiran generalisasi dan abstrak dalam belajar, sedangkan anakanak lebih banyak menggunakan pikiran konkrit. Selain itu, orang dewasa dapat merencanakan dan memprogram kebutuhan belajarnya sendiri dengan mandiri, sementara anak-anak belum memiliki kecakapan untuk hal tersebut, karena sering ditentukan oleh tenaga ahli pendidikan.

Secara lebih rinci, perbedaan yang kontras antara orang dewasa dengan anak-anak dapat diperhatikan melalui tabel berikut:

Tabel 1 : Matriks Perbedaan Orang Dewasa dan Anak-anak

Orang Dewasa pada umumnya Anak pada umumnya
1. Orang dewasa memiliki Pengalaman praktis dan pragmatis yang luas. 1. Anak-anak mempunyai sedikit pengalaman pragmatis.
2. Belajar berpusat pada pendalaman dan perluasan dari pengalaman yang lalu, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan. 2. Belajar berpusat pada pembentukan dasar-dasar pengertian, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap.
3. Hambatan-hambatan untuk mengubah tingkah laku bersumber dari faktor-faktor yang ada hubungannya dengan lingkungan sosialnya, pekerjaannya dan kebutuhan-kebutuhan dirinya untuk kelanjutan hidupnya. 3. Hambatan untuk berubah datang dari faktor-faktor yang ada hubungannya dengan pertumbuhan fisik, tuntutan sosialisasi, persiapanpersiapan untuk kehidupan sosial, dan pekerjaan yang akan datang.
4. Kebutuhan belajar dihubungkan dengan situasi kehidupan yang akan datang. 4. Kebutuhan belajarnya berhubungan dengan pengembangan pola-pola pengertian untuk yang akan datang.
5. Orang dewasa tampak lebih menggunakan pikiran generalisasi dan abstrak. 5. Anak-anak lebih menggunakan pikiran konkret.
6. Orang dewasa dapat mengemukakan kebutuhan belajarnya, sehingga dapat bernegosiasi dengan programmer dalam perencanaan. 6. Anak-anak tidak dapat mengemukakan kebutuhan belajarnya, karena kemampuan untuk itu cenderung ditentukan oleh experts (tenaga ahli).
7. Orang dewasa telah memiliki konsep diri yang mantap (organized and consistent) yang memungkinkan untuk berpartisipasi dan mandiri. 7. Konsep diri masih belum terorganisasikan yang menyebabkan anak memandang iri masih bergantung.
8. Orang dewasa ditugasi dan dibebani status dan tanggung jawab oleh masyarakat. 8. Belum dibebani tanggung jawab, dan sedang diharapkan untuk bertanggung jawab.

Selain perbedaan antara orang dewasa dan anak-anak dari aspek perkembangan (usia), pengalaman, dan sosial, dapat pula dibedakan pola pembelajaran antara orang dewasa (andragogi) dan anak-anak (pedagogi), baik ditinjau dari aspek gaya belajar, tujuan, pengalaman, keterlibatan, proses, maupun komunikasi. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan melalui tabel berikut:

Tabel 2 : Perbedaan Andragogi dengan Pedagogi

Andragogi Pedagogi
1. Pembelajar disebut “peserta didik” atau “warga belajar” 1. Pembelajar disebut “siswa” atau “anak didik”
2. Gaya belajar independen 2. Gaya belajar dependen
3. Tujuan fleksibel 3. Tujuan ditentukan sebelumnya
4. Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi 4. Diasumsikan bahwa tidak berpengalaman dan kurangInformasi
5. Peserta didik dituntut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran 5. Anak didik lebih banyak menerima dari guru
6. Pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan 6. Guru mengontrol waktu dan kecepatan
7. Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting 7. Peserta berkontribusi sedikit pengalaman
8. Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata 8. Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoretis
9. Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide dan contoh 9. Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh
10. Diciptakan suasana hubungan sama status antara fasilitator dan peserta 10. Guru terlihat berkuasa dan mengetahui segalanya, sedangkan murid tidak tahu apaapa dan harus menerima
11. Sasarannya orang dewasa di masyarakat 11. Sasarannya anak-anak di sekolah
12. Orang dewasa dianggap sebagai “gelas yang sudah berisi” (pengetahuan, pengalaman, status sosial, dll) 12. Anak-anak dianggap gelas yang masih kosong
13. Diciptakan proses saling membelajarkan diri 13. Tercipta proses belajar dari guru
14. Memiliki kemandirian belajar 14. Masih memiliki ketergantungan dengan perintah dan arahan guru
15. Peserta didik dilibatkan dalam perencanaan, proses, dan evaluasi belajar 15. Anak didik tidak dilibatkan dalam perencanaan, proses, dan evaluasi belajar
16. Komunikasi dalam pembelajaran berlangsung multiarah 16. Komunikasi dalam pembelajaran dominan satu arah

Di samping adanya perbedaan pola pembelajaran antara orang dewasa (andragogi) dan anak-anak (pedagogi), terdapat pula perbedaan asumsi dasar yang melatarbelakangi perbedaannya. Secara lebih rinci, Knowles memaparkan perbedaan tersebut yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 : Asumsi Andragogi dan Pedagogi

No Aspek Asumsi Andragogi Asumsi Pedagogi
1 Konsep diri Peningkatan arah diri atau kemandirian Ketergantungan
2 Pengalaman Pelajar merupakan sumber daya yang kaya untuk belajar Berharga kecil
3 Kesiapan Tugas perkembangan berorientasi peran sosial Tugas perkembangan mengarah pada tekanan sosial
4 Perspektif  Waktu Belajar Kecepatan aplikasi Aplikasi ditunda
5 Orientasi untuk Belajar Berpusat pada masalah Berpusat pada substansi mata pelajaran
6 Iklim Belajar Mutualitas/pemberian pertolongan, rasa hormat, kolaborasi, dan informal Berpusat pada substansi mata pelajaran
7 Perencanaan Pembelajaran Reksa (mutual) diagnosis diri Dilakukan oleh guru
8 Perumusan Tujuan Reksa (mutual) negosiasi Dilakukan oleh guru
9  Desain Pembelajaran Diurutkan dalam hal kesiapan unit masalah Logika materi pembelajaran, unit konten
10 Kegiatan Pembelajaran Teknik pengalaman (penyelidikan) Teknik pelayanan
11 Evaluasi Pembelajaran Reksa diagnosiskebutuhan dan reksa program pengukuran Dilakukan oleh guru

Selain sisi perbedaan di atas, harus diakui pula bahwa antara andragogi dan pedagogi sama-sama ilmu pengetahuan tentang pendidikan, sama-sama bertujuan membina pengetahuan, sikap, dan keterampilan manusia untuk kesejahteraan hidupnya, dan banyak pula metode dan media pembelajaran yang  jenisnya bersamaan, maksudnya dapat digunakan untuk pembelajaran andragogi maupun pedagogi.