Jelaskan bagaimana cara mengukur derajat kebaruan dari produk baru yang sedang dikembangkan

Show

Derajat kebaruan suatu produk yag lebih tinggi baik bagi pasar dan bagi perusahaan adalah menciptakan produk yang benar-benar baru bagi pasar dunia melalui pengembangan inovasi terhadap produk yang sudah ada. Kemudian diikuti oleh menciptakan lini produk baru dengan menciptakan negara tujuan pemasaran baru bagi produk yang dihasilkan domestik, namun bagi pasar produk tersebutbukan merupakan produk baru. Penambahan lini produk yang sudah ada merupakan hal tidak terlalu baru bagi perusahaan maupun bagi pasar, karena produk yang dijual tersebut hanya mengalami proses perubahan pada ukuran kemasan atau rasa produk. Penyempurnaan sebagai bentuk revisi terhadap produk yang sudah ada bukan merupakan hal yang baru bagi pasar, karena produk tersebut sudah ada dan dikenal di pasaran, tetapi bagi perusahaan sedikit lebih baru karena ada penambahan sebagai bentuk penyempurnaan terhadap produk tersebut. Repositioning suatu produk bagi pasar merupakan hal yang sanat baru, karena baru dikenal oleh pasar, tetapi bagi perusahaan tidak hal yang baru karena produk tersebut sudah diproduksi secara domestik. Tindakan penurunan biaya pada proses produk yang sudah ada, baik bagi perusahaan maupun bagi pasar bukan merupakan hal baru, karena produk yang dipasarkan tetap sama, hanya terjadi tindakan pada proses produksi untuk menurunkan biaya, sehingga harga jual produk tersebut dapat diturunkan. Penurunan biaya produk merupakan derajat kebaruan produk yang paling rendah bagi perusahaan dan bagi pasar.

C. Tahapan Pengembangan Produk

Dalam melakukan pembaharuan terhadap produk sebagai proses pengembangan produk, diperlukan beberapa tahapan, yang dimulai dari pengembangan ide atau gagasan pengembangan produk, penyaringan ide pengembangan produk yang muncul, pengembangan dan pengujian terhadap konsep yang lolos dalam penyaringan, dan analisis bisnis terhadap ide pengembangan produk yang terpilih. Setelah analisis bisnis pengembangan produk dilakukan, maka diputuskan untuk melakukan pengembangan baru, kemudian produk baru dilakukan pengujian di pasar, setelah itu baru dilakukan 93 komersialisasi produk baru yang dikembangkan tersebut. Kegiatan dan rincian setiap tahapan pengembangan produk tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengembangan ide atau gagasan Ide atau gagasan produk baru dapat bersumber dari bagian penjualan, karyawan, pesaing, pemerintah host country lokal, perusahaan riset pemasaran, pelanggan konsumen, para ahli, manajemen puncak para distributor wholesaler dan retailer, dan organisasi internasional. Teknik yang dapat digunakan untuk menemukan gagasan pengembangan produk baru adalah brainstorming, problem inventory, benefit structure, analisis morfologi produk, dan daftar atribut. 2. Penyaringan ide Semua ide pengembangan produk perlu disaring untuk menemukan bentuk dan performa produk yang ingin dikembangkan. Penyaringan ide bertujuan untuk menemukan kelayakan setiap ide dikaitkan dengan tujuan perusahaan. Penyaringan ide dapat dilakukan atas dasar rating criteria, kapasitas dan tujuan, serta drop and go error. 3. Pengembangan dan pengujian konsep Ide pengembangan produk yang lolos penyaringan harus dikembangkan lebih lanjut dalam konsep produk yang matang dan didasarkan pada pasar sasaran yang diinginkan. 4. Analisis bisnis Untuk menjamin produk yang dikembangkan memberikan keuntungan maka perlu dilakukan estimasi terhadap karakteristik produk, biaya, permintaan, dan laba. Analisis bisnis meliputi empat langkah, yaitu: a. mengidentifikasi ciri-ciri atau karakteristik produk, sehingga berbeda dengan produk original awal dan berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain pesaing, b. memperkirakan permintaan pasar dan kemampuan produk untuk menghasilkan laba, c. menyusun suatu program untuk mengembangankan produk baru tersebut, 94 d. menetapkan tanggung jawab untuk penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan pelaksanaan produksi, 5. Pengembangan produk Setelah ide pengembangan produk baru lolos pada analisis bisnis, maka produk baru tersebut diserahkan pada departemen bahagian riset dan pengembangan untuk mengembangkan ide tersebut dalam bentuk konkrit, dengan melalui tahapan uji laboratorium atau uji teknis, pembuatan model- model prototype, pemberian merk dan kemasan, 6. Uji Pasar Setelah produk baru ditemukan, maka dilakukan evaluasi terhadap rencana peluncuran produk baru. Oleh sebab itu dilakukan pengukuran dan perkiraan terhadap reaksi calon konsumen terhadap produk baru yang ingin ditawarkan. Hasil evaluasi ini menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam mengetahui permasalahan dan potensi yang berkaitan dengan produk dan pemasarannya serta bauran pemasaran marketing mix yang optimal. 7. Komersialisasi Produk baru yang berhasil melewati berbagai tahap di atas siap dikomersialisasikan, artinya dapat diproduksi dan dipasarkan dalam skala besar ke pasar sasaran.

D. Kebijakan Produk Internasional

Pada dasarnya, suatu produk yang dijual secara bebas di pasar hadir sebagai solusi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Selain sebagai sarana pemenuhan kebutuhan, produk dijual di pasar juga harus dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen. Selera konsumen yang sangat beraneka ragam memunculkan banyaknya variasi produk yang dapat dengan mudah ditemukan di pasaran. Akibatnya, suatu produk harus memiliki kekuatan tersendiri untuk dapat bertahan dan bersaing dengan produk lain yang sejenis di pasar. Agar dapat bertahan, diperlukan strategi pengembangan produk yang tepat sebelum produk dijual di pasar.

Strategi pengembangan produk memiliki banyak manfaat. Selain berfungsi memperkuat posisi produk di pasar, strategi pengembangan produk juga menjawab keinginan konsumen akan produk yang inovatif dan bermutu terbaik. Melalui pengembangan produk yang tepat, suatu produk dapat berumur panjang dan mampu mempertahankan loyalitas konsumennya. Lantas, bagaimana cara melakukan strategi pengembangan produk secara tepat? Apa sajakah hambatan yang akan dihadapi saat melakukan pengembangan produk? Mari temukan jawabannya dengan mempelajari isi bab ini.

A. Pengertian dan Tujuan Pengembangan Produk

Pengembangan produk adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh produsen dalam menentukan dan mengembangkan produknya, memperbaiki produk lama, memperbanyak kegunaan dari produk yang sudah ada, serta mengurangi biaya produksi dan biaya pembungkus. Menurut Djaslim Saladin, pengertian pengembangan produk meliputi hal-hal berikut.

a. Produk Baru

Produk baru, yaitu:

1) Produk yang benar-benar unik dan inovatif.

2) Merupakan produk pengganti yang benar-benar berbeda dari produk sebelumnya.

3) Produk imitatif, yaitu produk yang baru bagi perusahaan tertentu, tetapi tidak baru di pasar, dan

4) produk yang benar-benar menggunakan bahan baku baru sama sekali.

b. Pengembangan Produk

Pengembangan produk yang meliputi kegiatan-kegiatan teknis, yaitu:

1) Riset pemasaran

2) Rekayasa

3) Desain

c. Modifikasi Produk

Yaitu dengan memperbaiki produk yang sudah ada yang meliputi quality, feature, dan style. Modifikasi produk menciptakan tiga dimensi, yaitu:

1) perbaikan mutu (quality improvement),

2) perbaikan ciri khas (feature improvement), dan

3) perbaikan gaya (style improvement).

d. Merchandising

Yaitu semua aktivitas perencanaan, baik dari produsen maupun pedagang perantara, dengan maksud untuk menyesuaikan antara produk-produk yang dihasilkan dan permintaan pasar.

2. Tujuan Pengembangan Produk

Menurut Buchari Alma (2007: 143), tujuan pengembangan produk meliputi hal-hal berikut.

a. Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum terpuaskan.

b. Untuk menambah omset penjualan.

c. Untuk memenangkan persaingan.

d. Untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi.

e. Untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang sama.

f. Untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan.

g. Untuk mencegah kebosanan konsumen.

h. Untuk menyederhanakan produk dan pembungkusnya.

B. Produk Baru

Terkadang, suatu produk disebut sebagai produk baru oleh suatu perusahaan, tetapi tidak oleh konsumen karena sudah ada perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis terlebih dahulu. Selain itu, ada pula produk yang dianggap baru oleh konsumen karena mereka baru melihatnya. Menurut Kotler, terdapat enam kategori produk baru berdasarkan ‘kebaruan’-nya (newneww) bagi perusahaan dan konsumen, yaitu sebagai berikut.

a. Produk yang benar-benar baru.

Dalam hal ini, produk baru merupakan hasil dari inovasi yang menciptakan pasar baru. Produk yang diciptakan tersebut merupakan produk yang benar-benar baru, dalam artian belum ada produk lain yang memiliki kemiripan karakteristik dengan produk tersebut.

b. Lini produk baru.

Lini produk baru merupakan produk yang memungkinkan perusahaan untuk dapat memasuki pasar yang sebelumnya sudah ada. Pada kondisi ini, produk yang sebelumnya telah ada di pasaran dikembangkan menjadi jenis produk lain. Contohnya, salah satu merek yang terkenal dengan sabun mandi mengeluarkan varian produk sampo dan kondisoner.

c. Tambahan pada lini produk yang sudah ada.

Tambahan pada lini produk yang sudah ada merupakan produk yang akan melengkapi lini produk yang sudah ada, seperti tambahan variasi warna, rasa baru, ukuran kemasan baru, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan konsumen dan menjaga agar konsumen tidak beralih pada produk pesaing.

d. Penyempurnaan sebagai revisi terhadap produk yang sudah ada.

Produk baru merupakan produk yang telah disempurnakan untuk menggantikan produk lama. Penyempurnaan produk dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:

1) Menambah ciri-ciri atau karakter khusus.

2) Mengubah persyaratan penggunaan produk.

3) Mengubah kandungan atau unsur-unsur produk.

Contoh: pelembut dan pewangi cucian dengan konsep sekali bilas, yang mengefisienkan proses mencuci.

e. Repositioning

Repositioning dapat dilakukan dengan cara menjual produk yang sudah ada pada segmen pasar yang baru. Dengan demikian, produk memiliki pangsa pasar yang lebih luas dengan kemungkinan jumlah konsumen baru yang semakin meningkat.

f. Pengurangan biaya.

Produk baru diproduksi dengan biaya lebih murah, tetapi memiliki kesamaan kualitas dengan produk yang sudah ada sebelumnya. Dengan biaya yang lebih murah, diharapkan konsumen dapat terus setia menggunakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Contoh: cashing handphone Xiaomi yang semula berbahan metal atau besi diganti menjadi berbahan plastik demi mengurangi biaya produksi.

2. Tujuan Penciptaan Produk Baru

Terdapat beberapa tujuan penciptaan produk baru, antara lain sebagai berikut.

a. Memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan sebagai inovator.

Tujuan pertama dari penciptaan produk baru adalah memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan sebagai inovator. Tujuan tersebut dicapai dengan memproduksi produk yang lebih baru dibandingkan produk sebelumnya. Dalam hal ini, pemunculan produk baru dipandang sebagai strategi ofensif. Strategi ofensif dapat dimaknai sebagai strategi yang bersifat menyerang. Artinya, perusahaan lebih agresif untuk mendapatkan pasar dan pelanggan baru melalui keberadaan produk baru. Dengan strategi ini, diharapkan perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasar, penjualan, dan jumlah pelanggannya.

b. Memperpanjang masa siklus hidup produk perusahaan.

Contoh: produk Unilever terus-menerus mengganti isi Pepsodent serta kemasannya agar selalu tampil baru dan segar.

c. Mempertahankan daya saing terhadap produk yang ada.

Tujuan lain dari penciptaan produk baru adalah mempertahankan tujuan pertama dari penciptaan produk baru. Hal tersebut dilakukan dengan menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan baru. Bentuknya dapat berupa tambahan terhadap lini produk yang sudah ada ataupun revisi terhadap produk yang telah ada. Dalam hal ini, pemunculan produk baru merupakan strategi defensif. Strategi defensif bersifat menjaga atau melindungi. Artinya, perusahaan berusaha menjaga atau mengurangi kemungkinan beralihnya konsumen ke produk pesaing. Strategi defensif terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Strategi pembentukan rintangan pengalihan.

Dalam strategi pembentukan rintangan pengalihan, perusahaan berupaya membuat suatu rintangan pengalihan sehingga konsumen tidak mau atau merasa rugi jika beralih ke produk pesaing. Rintangan pengalihan ini dapat berupa biaya transaksi, potongan harga khusus bagi konsumen yang loyal, usaha-usaha kognitif, serta risiko finansial, sosial, dan psikologis. Hal tersebut dapat tercapai jika perusahaan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan konsumennya. Contoh: untuk menjaga loyalitas pelanggan, perusahaan Tokopedia memberikan point untuk setiap pelanggan yang melakukan transaksi, yang dapat ditukar dengan diskon untuk pembelian produk lain, gratis ongkos kirim (ongkir), voucher belanja, dan lain-lain.

2) Strategi kepuasan pelanggan.

Sesuai dengan namanya, perusahaan selalu berusaha menjaga kepuasan pelanggan. Akibatnya, para pesaing harus berusaha keras untuk merebut pelanggan agar mau beralih ke produk mereka.

3. Jenis-jenis Produk Baru

Pengembangan produk yang dilakukan perusahaan menghasilkan tiga jenis produk baru yang akan ditawarkan kepada konsumen, yaitu sebagai berikut.

a. Inovasi Transformasional

Produk dengan inovasi transformasional bermakna produk baru yang muncul dengan ciri khas radikal (mendobrak) dan mengusung penciptaan nilai yang substansial. Contoh dari produk ini adalah kamera digital, anjungan tunai mandiri, dan mesin pembuat roti secara otomatis.

b. Inovasi Substansial

Produk dengan inovasi substansial adalah produk yang secara signifikan baru dan menciptakan nilai penting untuk konsumen. Contoh dari produk ini adalah ponsel pintar.

c. Inovasi Inkremental

Inovasi inkremental adalah kondisi ketika perusahaan melakukan inovasi dengan membuat perubahan-perubahan kecil pada produk dan layanan. Pada inovasi jenis ini, tidak ada perubahan yang berarti antara hasil inovasi dan produk awal. Namun, inovasi inkremental sering menghasilkan nilai tambah yang signifikan bagi konsumen. Contohnya penambahan mata pisau pada alat cukur pria, yakni dari sebelumnya berjumlah satu mata pisau, kini memiliki tiga hingga empat mata pisau.

4. Hal-hal yang Dapat Dilakukan dalam Menciptakan Produk Baru

Di tengah persaingan pasar yang begitu ketat, perusahaan harus berusaha menciptakan produk yang menarik dan berkualitas. Dengan demikian, konsumen merasa puas dengan produk yang ditawarkan dan melakukan pembelian ulang di kemudian hari. Dalam menciptakan produk baru, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut.

a. Menciptakan produk yang unik dan menarik.

Dalam menciptakan produk yang unik dan menarik, atau berusaha untuk menciptakan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Strategi ini cukup efektif untuk dapat bertahan di tengah padatnya persaingan pasar. Selain menciptakan produk baru, perusahaan juga dapat mengembangkan produk yang sudah ada menjadi produk yang luar biasa. Dalam hal ini, perusahaan dapat meningkatkan kualitas, memperbaharui bentuk, atau mempercantik kemasan produknya.

b. Memanfaatkan teknologi modern.

Perusahaan dapat memanfaatkan bantuanteknologi, baik dalam proses produksi maupun operasional perusahaan. Dengan bantuan teknologi modern, proses produksi menjadi lebih produktif dan teliti. Dengan demikian, risiko kesalahan kerja yang disebabkan oleh human error dapat berkurang.

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Untuk menciptakan produk yang kreatif dan inovatif, tentunya dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten. Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawannya. Meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan atau kursus keterampilan.

d. Meningkatkan pelayanan.

“Konsumen adalah raja”, slogan tersebut tetap harus diterapkan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Jika konsumen puas, tentu mereka akan melakukan pembelian ulang di masa depan, bahkan menjadi pelanggan tetap. Pelayanan dapat dilakukan secara langsung, secara online, pesan antar, atau menawarkan paket promosi untuk memberikan kepuasan bagi konsumen.

5. Faktor Pendorong Keberhasilan Produk Baru

Banyak hal yang dapat menjadi sumber pendorong pengembangan produk baru. Pendorong tersebut dapat berasal dari dalam organisasi perusahaan ataupun lingkungan eksternal perusahaan. Adapun faktor-faktor pendorong tersebut adalah sebagai berikut.

a. Sales and market share growth (penjualan dan pertumbuhan pasar).

Pertumbuhan penjualan merupakan tujuan penting bagi perusahaan. Begitu juga dengan kekuatan yang dimiliki oleh pasar. Apabila perusahaan mampu menguasai pasar dan meningkatkan pertumbuhan penjualannya, perusahaan akan semakin mudah dalam mencapai tujuannya.

b. Technology (teknologi).

Berkembangnya teknologi memungkinkan orang untuk menawarkan sesuatu yang lebih baik dari penawarannya saat ini. Perkembangan teknologi turut memberi sumbangan besar bagi kelahiran produk baru perusahaan ataupun perusahaan pesaingnya.

c. Competitive action (tindakan kompetitif).

Tindakan yang didasari motivasi untuk bersaing merupakan salah satu pendorong perusahaan dalam memikirkan produk baru. Dengan demikian, produk yang dihasilkan perusahaan tersebut memiliki kekuatan dan ciri khas berbeda dengan produk lainnya di pasar.

d. Regulation (peraturan).

Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah akan memberikan batasan-batasan tertentu pada produk yang sudah ada. Akibatnya, diperlukan suatu produk baru yang terlepas dari peraturan-peraturan tersebut. Sebagai contoh adalah aturan untuk mengurangi tingkat pencemaran udara membuat sejumlah pabrik menyediakan mesin yang dapat menghasilkan produk tanpa mencemari lingkungan.

e. Material cost and availability (biaya bahan baku dan ketersediaan).

Biaya bahan baku pembuatan prodk tertentu yang meningkat mendorong perusahaan untuk mencari alternatif lain, sehingga akan mendorong lahirnya produk baru. Keterbatasan bahan baku juga mendorong perusahaan mencari bahan baku pengganti.

f. Invention (penemuan).

Penemuan yang diperoleh dari hasil penelitian dan pengembangan juga mendorong lahirnya produk baru. Dengan demikian, konsumen dapat memperoleh berbagai produk baru yang berbeda dan lebih baik daripada produk-produk yang telah ada sebelumnya.

g. Financial goals (tujuan finansial).

Tekanan untuk mencapai tuujuan keuangan, seperti laba, pangsa pasar, penerimaan, dan kebutuhan investasi, menjadi pendorong dilakukannya pengembangan produk baru. Produk baru yang diciptakan dengan berbagai inovasi diharapkan dapat memenuhi berbagai tujuan tersebut.

h. Life cycle (siklus atau daur hidup).

Setiap produk yang ditawarkan sekarang oleh perusahaan memiliki keterbatasan waktu pemasaran. Keterbatasan waktu pemasaran dapat dimaknai sebagai batasan waktu yang dimiliki suatu produk sebelum produk tersebut mengalami penurunan penjualan karena konsumen beralih pada produk yang lain. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan pengembangan produk baru.

6. Kegagalan Produk Baru

Produk baru yang dihasilkan perusahaan tidak selamanya berhasil. Tidak sedikit produk baru yang gagal dan tidak dapat diterima di pasar. Untuk menghindari kegagalan dalam peluncuran produk baru, perusahaan perlu mengenali hal-hal yang menjadi penyebab kegagalan produk baru, antara lain sebagai berikut.

a. Waktu yang tidak tepat.

Penyebab pertama kegagalan produk baru di pasar adalah peluncuran produk yang dilakukan pada waktu yang tidak tepat. Tidak tepat di sini bermakna dilakukan terlalu cepat, atau justru terlambat dilakukan. Akibatnya, calon konsumen tidak siap atau tidak lagi menaruh perhatian pada produk baru tersebut.

b. Target pasar yang terlalu kecil.

Tingginya tingkat persaingan menyebabkan target pasar yang dapat dicapai terlalu kecil. Dengan demikian, penjualan dan laba yang diperoleh juga tidak seberapa, serta tidak sebanding dengan biaya riset dan pengembangan yang sudah dikeluarkan.

c. Kualitas produk lebih buruk

Konsumen mengharapkan kualitas produk baru lebih baik daripada produk sebelumnya. Jika kualitas produk baru tidak lebih baik daripada produk yang telah ada, konsumen akan kecewa dan tidak berniat membeli lagi produk tersebut.

d. Tingkat perbedaan yang tidak signifikan.

Produk baru umumnya memiliki perbedaan yang signifikan dan terlihat jelas apabila dibandingkan dengan produk yang telah ada sebelumnya. Apabila suatu produk baru tidak memenuhi syarat tersebut, besar kemungkinan produk tersebut gagal di pasar. Penyebabnya adalah minimnya tingkat ketertarikan konsumen terhadap kondisi produk baru yang tidak jauh berbeda dengan produk yang telah ada sebelumnya. Melalui perbedaan yang signifikan, konsumen dapat melihat langsung keunggulan-keunggulan yang ditawarkan produk baru tersebut. Dengan demikian, para konsumen kan tertarik untuk membeli.

e. Tidak adanya kesempatan untuk masuk ke konsumen.

Suatu produk harus memiliki akses untuk masuk ke konsumen. Akses masuk tersebut dapat memiliki banyak bentuk, mulai dari promosi produk melalui iklan dan penawaran langsung, hingga penyediaan produk di berbagai pusat perbelanjaan. Akses tersebut akan membuat produk yang dihasilkan perusahaan dikenal luas oleh masyarakat dan menimbulkan ketertarikan di kalangan calon konsumen. Akses tersebut sangatlah penting karena dapat menentukan berhasil atau gagalnya suatu produk baru yang dijual di pasar. Meskipun perusahaan sudah memproduksi produk yang yang berkualitas baik, tetapi jika perusahaan tidak mempunyai akses untuk masuk ke konsumen, produk tersebut menjadi tidak dikenal dan gagal.

f. Tidak adanya perhitungan yang matang.

Penyebab lain dari gagalnya suatu produk di pasar adalah ketiadaan perhitungan yang matang dari pihak perusahaan saat hendak meluncurkan produk baru. Perhitungan yang matang tersebut dapat berupa perhitungan mengenai waktu puluncuran, jumlah produk baru yang hendak diproduksi dan diperkenalkan di pasar, hingga target konsumen yang hendak disasar. Apabila pihak perusahaan terlalu memaksakan kehendak untuk meluncurkan produk baru tanpa perhitungan yang matang, besar kemungkinan produk tersebut tidak sukses di pasaran.

g. Kelemahan dalam marketing mix (bauran pemasaran).

Suatu produk dapat gagal dalam penjualannya akibat keberadaan kelemahan dalam strategi bauran pemasaran atau marketing mix. Kelemahan tersebut dapat berupa ketimpangan yang terjadi karena salah satu atau lebih dari komponen bauran pemasaran mengalami kegagalan.

C. Pengembangan Produk Baru

Proses pengembangan produk baru melalui tahapan-tahapan, mulai dari pemunculan ide, penyaringan ide, pengembangan dan pengujian konsep, pengembangan strategi pemasaran, analisis bisnis, pengembangan produk, uji pasar, hingga komersialisasi. Tahapan-tahapan tersebut dapat disimak dalam bagan berikut ini.

1. Pemunculan Gagasan (Idea Generation)

Pada prinsipnya, penciptaan produk baru berawal dari munculnya suatu gagasan atau ide mengenai produk baru.

a. Kategori Gagasan

Gagasan atau ide-ide produk baru tersebut terbagi menjadi dua kategori berdasarkan sumber perolehannya, yaitu sebagai berikut.

1) Gagasan Internal

Gagasan internal adalah gagasan yang diperoleh dari bagian dalam perusahaan, seperti bagian penelitian dan pengembangan, para karyawan (khususnya yang juga berprofesi sebagai wiraniaga), dan manajer perusahaan.

2) Gagasan Eksternal

Gagasan eksternal adalah gagasan yang diperoleh dari luar perusahaan, seperti masukan dari pelanggan, distributor, agen periklanan, hingga para pesaing (misalnya dengan memodifikasi produk pesaing).

b. Teknik Menghasilkan Gagasan

Terdapat beberapa teknik yang dapat membantu perusahaan dalam menghasilkan ide atau gagasan, antara lain sebagai berikut.

1) Daftar Perincian Atribut

Gagasan suatu produk baru dihasilkan dengan cara membuat perincian atribut utama dari produk lama. Setiap atribut diidentifikasi dan dimodifikasi guna menghasilkan suatu produk yang telah disempurnakan. Gagasan atau ide-ide baru dapat diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada suatu objek dan atribut-atributnya, seperti “Dapatkah produk ditata ulang/diperkecil/diperkuat/dibalik/digabungkan?” atau “Dapatkah produk digunakan dalam kegiatan lain?”

Contoh objek yang atributnya dapat dirinci adalah telepon. Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara. Atribut telepon adalah kotak penerima dan mikrofon. Pada awalnya, telepon hanya digunakan di lembaga resmi, seperti kantor, sekolah, dan rumah sakit. Karena ukurannya yang cukup besar, telepon tidak bisa dibawa pergi kemana-mana. Seiring perkembangan zaman, telepon turut berkembang, baik bentuk maupun kegunaannya. Telepon berevolusi menjadi telepon genggam atau handphone, yakni telepon yang dapat digenggam, berukuran kecil, dan mudah untuk dibawa ke mana-mana. Kemudian, telepon genggam dikembangkan lagi menjadi smartphone atau ponsel pintar, yaitu ponsel yang tidak hanya dapat digunakan sebagai alat komunikasi jarak jauh, tetapi juga sebagai sarana penyedia hiburan dan aneka informasi yang tersaji melalui internet.

2) Analisis Morfologis

Analisis morfologis dapat dimaknai sebagai upaya mengidentifikasikan dimensi struktur suatu permasalahan, kemudian membahas dan menguji hubungan antarstruktur dalam permasalahan tersebut. Contoh analisis morfologis dapat dilihat pada analisis penggunaan kendaraan sebagai sarana untuk memindahkan barang atau benda dari satu tempat ke tempat lain. Pada analisis tersebut, kendaraan menjadi objek permasalahan. Dimensi struktur atau dimensi pokok pada analisis tersebut adalah jenis kendaraan dan sumber tenaga. Kendaraan yang digunakan dapat berupa kereta ataupun gerobak. Sumber tenaga yang digunakan dapat berupa tekanan udara, motor listrik, dan mesin pendorng. Sementara itu, perantara yang digunakan dapat berupa air, udara, rel, dan permukaan yang keras. Dengan demikian, hasil analisis akan menghasilkan simpulan mengenai jenis kendaraan apa yang cocok untuk memindahkan benda tersebut.

3) Forced Relationship

Pada teknik ini, beberapa produk disusun berdasarkan daftarnya. Setiap produk dipertimbangkan hubungannya dengan produk lainnya.

Contoh:

Detergen dan pewangi. Dulu, detergen dan pewangi adalah dua produk yang terpisah. Namun, kini oleh produsen So Klin disatukan, artinya detergen sudah mengandung pewangi.

4) Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan menganalisis kebutuhan konsumen. Pada tahap ini, konsumen akan mendapatkan pertanyaan mengenai kebutuhan dan ide-ide mereka mengenai produk tertentu. Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menciptakan produk baru yang dapat mengakomodasi kebutuhan konsumen.

Contoh:

Suatu perusahaan yang baru saja meluncurkan produk baru menyebarkan angket terkait kepuasan konsumen mengenai produk baru tersebut. Dalam angket tersebut, konsumen diminta untuk menuliskan pendapat mereka: apakah mereka merasa puas, angat puas, kecewa, atau sangat kecewa terhadap produk baru tersebut. Selain itu, konsumen juga diminta untuk menuliskan harapan mereka terkait produk tersebut. Hasil dari kegiatan tersebut kemudian ditata dan diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepentingan, frekuensi, dan biaya penanggulangannya. Pada akhir kegiatan, perusahaan akan memenuhi kebutuhan konsumen dengan menciptakan produk yang tepat dan dapat memuaskan konsumen tersebut.

5) Brainstorming

Brainstorming merupakan teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak mungkin dari setiap orang atau kelompok. Pada teknik ini, perusahaan membentuk beberapa kreatif yang setiap kelompoknya terdiri atas lima sampai sepuluh orang. Kemudian, setiap kelompok diminta untuk mengajukan ide atau gagasan sebanyak mungkin dalam jangka waktu tertentu, misalnya dua jam, satu jam, atau bahkan 30 menit.

a) Pedoman Penerapan Metode Brainstorming

Berikut empat pedoman yang harus diterapkan agar metode brainstorming dapat lebih efektif.

(1) Tanpa Kritik

Artinya, apabila ada komentar-komentar ata sanggahan atas ideide yang dikemukakan oleh suatu kelompok, komentar atau sanggahan tersebut tidak boleh disampaikan sebelum semua ide tertampung.

(2) Pemberian Kebebasan

Artinya, semua peserta diberi kebebasan untuk menyampaikan gagasan apa pun. Semakin kreatif gagasan yang dikemukakan, semakin baik pula hasil yang akan dicapai. Gagasan-gagasan yang disampaikan kemudian akan ditampung dan diseleksi, sebelum akhirnya direalisasikan. Pemberian kebebasan dalam penyampaian gagasan atau pendapat tersebut didasari pemikiran bahwa akan lebih mudah mengurangi daripada memancing munculnya ide.

(3) Mendorong Kuantitas

Artinya, setiap kelompok diharuskan untuk memberikan ide atau gagasan sebanyak mungkin. Semakin banyak ide yang tertampung, semakin besar kemungkinan diperoleh ide yang baik.

(4) Mendukung Penggabungan dan Perbaikan Ide

Artinya, ide dari suatu kelompok sangat mungkin untuk digabungkan dengan ide dari kelompok lainnya demi memperoleh ide baru yang unik dan terbaik.

b) Langkah-langkah Model Brainstorming

Selanjutnya, langkah-langkah model brainstorming adalah sebagai berikut.

(1) Tahap pemberian informasi dan motivasi (orientasi).

Pada tahap orientasi, pimpinan menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya. Kemudian, peserta akan diberikan motivasi untuk menyumbangkan ide, saran, atau gagasan dengan waktu yang telah ditentukan.

(2) Tahap identifikasi (analisis).

Pada tahap analisis, peserta diminta menyampaikan atau menuliskan ide atau gagasan sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk akan ditampung dan tidak dikritik. Pimpinan ataupun peserta lain hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan.

(3) Tahap klasifikasi (sintesis).

Pada tahap sintesis, semua saran yang telah ditampung selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi dapat didasarkan oleh struktur/faktor-faktor lain.

(4) Tahap verifikasi.

Pada tahap verifikasi, semua kelompok melihat kembali ide-ide atau gagasan yang telah diklasifikasikan secara bersama-sama. Apabila terdapat dua kelompok yang menghasilkan ide yang mirip satu sama lainnya, pimpinan berhak untuk memilih ide mana yang cocok untuk dipilih di antara keduanya. Setiap ide atau gagasan diuji relevansinya dengan permasalahan yang ada. Apabila terdapat ide yang dianggap tidak relevan dengan masalah, ide tersebut dapat dicoret dari daftar. Selain itu, tiap kelompok yang memberikan ide diminta untuk menyampaikan argumen terkait ide tersebut. Hal tersebut akan menambah keyakinan bagi pimpinan dan peserta lainnya terkait relevan atau tidaknya ide tersebut sebagai solusi permasalahan yang diajukan.

(5) Tahap konklusi (penyepakatan).

Pada tahap penyepakatan, pimpinan beserta seluruh peserta menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Sealain itu, pada tahap ini diputuskan pula pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

(6) Sinektika

Perbedaan antara brainstorming dan sinektika adalah brainstorming mengumpulkan sebanyak mungkin ide atau gagasan, serta terkadang menghasilkan pemecahan masalah yang terlalu cepat, bahkan sebelum dikembangkan dengan berbagai perspektif yang yang memadai. Sementara itu, metode sinektika lebih mengarah pada usaha keras untuk menghasilkan solusi tunggal yang lebih khusus. Sinektika juga dapat dimaknai sebagai aktivitas kelompok yang mencoba membangun, mengombinasikan, dan mengembangkan gagasan-gagasan untuk memberikan solusi kreatif terhadap permasalahan melalui penggunaan berbagai analogi. Dalam metode ini, terdapat lima prinsip pokok yang dapat dijadikan acuan, yaitu sebagai berikut.

(a) Penundaan

Penundaan bermakna pihak yang menganalisis harus terlebih dahulu melihat sudut pandang suatu permasalahan sebelum memutuskan pemecahan masalah yang hendak digunakan.

(b) Otonomi Objek

Pada prinsip ini, permasalahan dipandang sebagai sesuatu yang harus dibiarkan apa adanya tanpa intervensi pihak lain.

(c) Gunakan Tempat yang Umum

Pada prinsip ini, pihak yang menganalisis harus mengambil keuntungan dari keterbiasaan sebagai titik tolak.

(d) Keterlibatan/Keterlepasan

Pada prinsip ini, ambil posisi antara masuk ke suatu masalah dan berdiri di luarnya, sehingga dapat melihat suatu permasalahan secara keseluruhan.

(e) Gunakan Metafora

Pada prinsip ini, biarkan hal-hal yang tidak relevan dan kebetulan memberikan analogi yang dapat menjadi sumber sudut pandang baru.

2. Penyaringan Gagasan (Idea Screaning)

Penyaringan merupakan upaya penyeleksian ide-ide, yaitu memiliki beberapa ide menarik dan dapat diterapkan. Artinya, meskipun suatu ide atau gagasan dianggap sangat bagus dan menarik, belum tentu ide tersebut dapat diterapkan oleh perusahaan. Penyebabnya adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk merealisasikan ide atau gagasan tersebut. Tujuan penyaringan adalah menolak ide-ide buruk sedini mungkin. arus dihindari, yaitu kesalahan membuang dan kesalahan jalan terus.

a. Jenis Kesalahan Dalam Penyaringan Ide

Dalam penyaringan ide, terdapat dua jenis kesalahan yang harus dihindari, yaitu kesalahan membuang dan kesalahan jalan terus.

1) Kesalahan membuang (drop error).

Kesalahan membuang yaitu kesalahan dalam penyeleksian ketika pihak yang menyeleksi tanpa sengaja membuang ide atau gagasan yang sebenarnya bagus.

2) Kesalahan jalan terus (go error).

Kesalahan jalan terus yaitu kesalahan dalam penyeleksian ketika pihak yang menyeleksi justru meloloskan gagasan yang tidak bagus atau tidak tepat untuk diterapkan.

GAMBAR 222

b. Kegiatan-kegiatan yang Berkaitan Dengan Penyaringan Ide

Adapun kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyaringan ide, antara lain sebagai berikut.

1) Studi potensi pasar (market potential studies).

Sebelum ide pengembangan produk disetujui, manajemen perusahaan melakukan studi potensi pasar. Melalui studi ini, perusahaan dapat memperkirakan jumlah pembeli potensial dan situasi persaingan. Situasi persaingan berkaitan dengan siapa pesaing utama, bagaimana kemungkinan reaksinya, dan peluang terjadinya kompetisi harga.

2) Pengujian konsep (concept test).

Dengan metode pengujian konsep, perusahaan berusaha mengukur minat pembeli suatu produk sebelum prototipe aktualnya dikembangkan. Pada tahap ini, perusahaan membuat semacam kuosioner yang isinya berkaitan dengan produk tersebut. Setelah itu, pembeli potensial diminta untuk menjawab kuosioner yang telah disiapkan. Salah satu manfaat dari pengujian ini adalah untuk memberi gambaran kepada perusahaan mengenai tantangan pemasaran yang harus diatasi jika perusahaan akhirnya mengkomersialisasi ide produk baru tersebut.

3) Model skoring (scoring model).

Pada model ini, para pimpinan perusahaan menyusun peringkat daya tarik secara umum dari suatu konsep produk baru. Selanjutnya, dilakukan penilaian berdasarkan serangkaian karakteristik yang berkaitan dengan kesesuaian antara produk dan perusahaan, peluang pasar, serta faktor-faktor lain yang memengaruhi kesuksesan produk baru.

4) Tes panel (panel test).

Pada model ini, beberapa pelanggan potensial diminta untuk menilai dua produk sejenis, satu produk sendiri dan satu produk pesaing. Pelanggan-pelanggan potensial itu tidak mengetahui produsen dari tiap-tiap produk tersebut. Hasil penilaian mereka menjadi masukan berharga untuk perusahaan.

3. Pengembangan dan Pengujian Konsep (Concept Development and Testing)

Suatu ide atau gagasan yang lolos penyaringan selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa alternatif konsep produk yang dapat diuji. Gagasan atau ide produk berbeda dengan konsep produk. Gagasan atau ide produk adalah suatu gagasan tentang produk tertentu yang mungkin dapat ditawarkan di pasar. Adapun konsep produk adalah gagasan produk yang lebih terperinci dan dinyatakan dalam istilah yang dimengerti konsumen. Berdasarkan satu gagasan produk, perusahaan dapat membuat beberapa konsep produk. Konsep produk menyatakan bahwa konsumen lebih menyukai produk yang menawarkan mutu, kinerja, dan pelengkap inovatif yang terbaik.

Contoh:

Suatu perusahaan memiliki ide produk untuk memproduksi ponsel yang tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi jarak jauh, tapi juga sebagai sarana penyedia hiburan dan informasi. Konsep produknya dapat dikembangkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan, di antaranya sebagai berikut.

a. Siapa yang akan menggunakan ponsel tersebut?

b. Apa saja fitur yang akan ditambahkan dalam ponsel tersebut?

c. Apakah warna yang cocok untuk ponsel tersebut?

d. Seberapa besar ukuran dari ponsel tersebut?

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, perusahaan dapat memperoleh beberapa konsep, antara lain sebagai berikut.

a. Konsep 1: Ponsel ditujukan kepada pebisnis yang memerlukan suatu alat komunikasi yang canggih dan mendukung setiap kegiataannya.

b. Konsep 2: Ponsel ditujukan kepada masyarakat umum yang memerlukan alat komunikasi jarak jauh dan sarana hiburan yang memadai.

c. Konsep 3: Ukuran ponsel akan dibuat minimalis agar mudah dibawa kemana-mana dan memiliki paduan warna elegan sehingga berkesan mewah.

Pengembangan dan pengujian konsep produk merupakan upaya teknis yang mengubah suatu konsep produk menjadi produk nyata (working product). Dalam pengujian ini, perusahaan membuat kuosioner terkait pengujian konsep yang ditujukan kepada calon konsumen. Para calon konsumen diminta untuk memberikan tanggapan atas beberapa pertanyaan, antara lain sebagai berikut.

a. Apakah Anda memahami dan memercayai produk ini?

(Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur kemampuan komunikasi dan kepercayaan konsumen terhadap konsep produk yang ditawarkan. Jika nilainya rendah, konsep produk tersebut harus diperbaiki atau diubah.)

b. Apakah menurut Anda produk ini dapat memecahkan masalah Anda atau memenuhi kebutuhan Anda?

(Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur tingkat kebutuhan konsumen terhadap produk. Semakin besar kebutuhannya, semakin tinggi minat konsumen tersebut.)

c. Adakah produk lain yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan Anda saat ini?

(Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesenjangan antara produk baru dan produk lama. Semakin besar kesenjangan yang ada, semakin tinggi pula minat konsumen terhadap produk baru. Tingkat kebutuhan dapat dikalikan dengan tingkat kesenjangan untuk memperoleh nilai kesenjangan-kebutuhan. Semakin tinggi nilai ini, semakin tinggi minatnya. Nilai yang tingi berarti konsumen tersebut merasa bahwa produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi oleh produk alternatif yang ada sekarang.)

d. Apakah menurut Anda harganya cukup layak jika dibandingkan nilainya?

(Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur nilai yang diyakini. Semakin tinggi nilai suatu produk, semakin tinggi pula minat konsumen terhadap produk tersebut.)

e. Apakah Anda (pasti, mungkin, mungkin tidak, pasti tidak) membeli produk ini?

(Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur minat beli konsumen. Minat yang tinggi bagi konsumen yang menjawab keempat pertanyaan sebelumnya secara positif.)

f. Siapa yang akan menggunakan prooduk ini dan seberapa sering produk ini akan digunakan?

(Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur pemakai sasaran, saat pembelian, dan frekuensi pembelian.)

Jawaban-jawaban dari calon konsumen tersebut dapat dijadikan tolok ukur untuk menjawab apakah konsep produk tersebut akan unggul, dapat diharapkan, atau akan gagal. Selain itu, perusahaan juga akan mendapatkan gambaran terkait kemungkinan produk pesaing di masa depan, sasaran konsumen yang tepat, dan lain sebagainya.

4. Pengembangan Strategi Pemasaran (Marketing Strategy Development)

Setelah suatu ide melalui tahap pengujian konsep, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan pengembangan perencanaan strategi pemasaran. Terdapat tiga bagian pokok dalam pengembangan strategi pemasaran, yaitu sebagai berikut.

a. Penampilan produk secara spesifik.

Bagian pokok pertama dalam pengembangan strategi pemasaran adalah penampilan produk secara spesifik. Penampilan tersebut meliputi ukuran, struktur, rencana target pasar dan tingkah laku pasar sasaran, positioning produk pesaing (kesamaan dan tinggi-rendahnya harga serta mutu antara produk pesaing dan produk perusahaan), sasaran keuntungan jangka pendek (misalnya dua tahun pertama), hasil penjualan, serta tingkat kerugian yang dapat ditolerir.

b. Perincian harga produk.

Perincian harga produk berkaitan dengan harga produk yang direncanakan, strategi distribusi, dan anggaran pemasaran perusahaan yang dianggarkan untuk produk tersebut pada tahun pertama.

Contoh:

Produk makanan ringan dipasarkan dalam kemasan saset kecil yang dibungkus oleh plastik bening. Satu bungkus plastik terdiri atas 10 produk saset kecil. Perusahaan menjual kepada distributor seharga Rp 160.000,00 per dus produk yang berisi 20 bungkus plastik. Produk dapat dijual eceran kepada konsumen. Harga jual eceran per saset adalah Rp 1.000,00. Selama tahun pertama, perusahaan mengadakan promosi dengan memberikan gratis 100 saset untuk setiap pembelian satu dus produk, atau setiap pembelian dua saset produk, konsumen mendapat gratis satu saset. Sementara itu, anggaran promosi penjualan sebesar Rp 45.000.000,00 serta biaya iklan melalui radio dan media cetak sebesar Rp 30.000.000,00.

c. Sasaran jangka panjang perusahaan.

Sasaran jangka panjang perusahaan meliputi penjualan, keuntungan, dan strategi pemasaran selanjutnya. Contohnya, sasaran akhir pangsa pasar 35%. Untuk menjaga loyalitas konsumen, kualitas produk akan selalu ditingkatkan dan harga akan diturunkan secara bertahap. Sementara itu, anggaran promosi ditingkatkan sebesar 10% setiap tahunnya.

5. Analisis Bisnis (Business Analysis)

Analisis bisnis dapat dimaknai sebagai evaluasi biaya bisnis dari suatu produk baru. Evaluasi biaya untuk produk baru lebih kompleks dibandingkan produk yang sudah mapan. Penyebabnya adalah jarang sekali ada produk baru yang langsung diterima oleh konsumen. Dengan demikian, untuk menarik minat konsumen, biaya pemasaran pada tahun pertama akan sangat besar dibandingkan tahun-tahun berikutnya. Analisis bisnis membutuhkkan informasi secara terperinci mengenai biaya pabrik, tingkat penjualan yang diperkirakan, biaya pemasaran, dan kemungkinan kanibalisasi produk yang sudah ada. Menurut Fandy Tjiptono, ada empat langkah analisis bisnis, yaitu sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi ciri-ciri produk.

b. Memperkirakan permintaan pasar dan persaingan, serta kemampuan produk untuk menghasilkan laba.

c. Menyusun suatu program untuk mengembangkan produk.

d. Menetapkan tanggung jawab untuk penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan pelaksanaan produksi.

6. Pengembangan Produk (Product Development)

Setelah melakukan analisis bisnis dan menetapkan suatu konsep produk yang layak untuk dikembangkan, konsep produk yang masih berupa kata-kata, gambar, dan model kasar harus dapat diwujudkan menjadi produk fisik atau suatu produk prototipe. Terdapat tiga kegiatan utama yang saling berkaitan dalam pengembangan produk, yaitu sebagai berikut.

a. Kegiatan utama yang saling berkaitan dalam pengembangan produk.

1) Pengembangan arsitektur produk (product architecture).

Arsitektur produk merupakan rencana dasar untuk memastikan bahwa konsep produk akan diimplementasikan menjadi produk fisik.

2) Aplikasi desain industri (industrial design).

Aplikasi desain industri merupakan proses menciptakan dan mengembangkan spesifikasi produk yang dapat mengoptimalkan fungsi, nilai, dan tampilan produk.

3) Penilaian atas persyaratan/kebutuhan manufaktur dan uji kinerja.

Penilaian dan uji kinerja nantinya akan berkaitan dengan keputusan penetapan harga jual dan biaya pemasaran.

b. Syarat Produk Prototype

Tahap pengembangan produk akan menjawab pertanyaan apakah suatu ide produk dapat diwujudkan menjadi suatu produk yang layak dan komersial. Pada tahap ini, bagian riset dan pengembangan akan membuat suatu produk prototipe. Prototipe adalah produk uji coba atau bentuk dasar dari suatu produk yang dapat diproduksi dan didemonstrasikan.

Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi oleh produk prototipe yang baik, yaitu:

1) Konsumen mengetahui bahwa produk prototipe merupakan perwujudan dari konsep produk yang telah dinyatakan sebelumnya.

2) Produk dapat dipergunakan dengan aman dalam keadaan dan penggunaan normal.

3) Dapat diproduksi sesuai dengan biaya yang telah dianggarkan sebelumnya.

Jika produk prototipe sudah siap, produk tersebut harus melalui tahap uji fungsional dan uji konsumen. Uji fungsional adalah tahapan untuk mengetahui apakah produk tersebut aman dan sudah memenuhi standar yang dikehendaki. Uji konsumen adalah tahapan untuk mengetahui apakah produk tersebut memang diminati konsumen dan mereka menerimanya sebagai produk yang menarik. Uji fungsional dilakukan di laboratorium atau di lapangan (field conditions) untuk memastikan bahwa produk tersebut aman dan efektif. Adapun uji konsumen dapat dilakukan dengan memberikan sampel produk kepada konsumen agar digunakan di rumah atau mengajak konsumen ke laboratorium untuk melakukan uji produk.

7. Uji Pasar (Market Testing)

Menurut Kotler, uji pasar adalah “keadaan di mana produk dan program pemasaran diperkenalkan kepada kalangan konsumen yang lebih otentik untuk mengetahui bagaimana konsumen dan penyalur mengelola, memakai, dan membeli ulang produk tersebut, serta seberapa luas pasarnya”. Selain itu, perusahaan juga dapat memperluas pasar yang sesungguhnya dan mempelajari risiko yang akan dihadapi di kemudian hari. Dalam melakukan uji pasar, terdapat perbedaan metode pengujian antara produk industri dan produk konsumen.

a. Uji Pasar Produk Industri

Untuk barang-barang industri yang harganya mahal dan menggunakan teknologi baru, biasanya perusahaan melakukan pengujian Alpha dan Beta.

1) Pengujian Alpha

Pengujian Alpha adalah pengujian produk untuk mengukur keandalan produk, biaya operasi produksi, dan kinerja produk. Jika hasil pengujian Alpha baik, perusahaan akan melanjutkan dengan pengujian Beta. Contoh: untuk menguji daya tahan mobil terhadap kemungkinan kecelakaan, varian mobil baru akan ditabrakkan pada derajat tertentu ke objek tertentu.

2) Pengujian Beta

Pengujian beta dilakukan dengan mengundang para konsumen potensial agar dapat melakukan pengujian secara langsung di tempat mereka sendiri. Contoh: gadget reviewers diundang untuk me-review gadget yang prototype-nya sudah jadi, apakah sudah layak dipasarkan atau tidak.

Perusahaan juga dapat melakukan uji pasar produk industri dengan membuat produk dalam jumlah terbatas, dengan didukung berbagai sarana promosi perusahaan. Promosi tersebut dapat dilakukan dengan menempatkan tenaga penjualan atau wiraniaga di daerah geografis yang terbatas untuk menjual produk industri tersebut. Dengan cara ini, perusahaan dapat mempelajari hal-hal yang mungkin terjadi dalam pemasaran dan dapat memustuskan komersialisasi produk tersebut. Selain itu, metode uji pasar barang industri juga dapat dilakukan dengan memperkenalkan produk baru tersebut pada pameran dagang dan melakukan demo produk. Produk baru baru barang industrial dapat pula diuji di ruang pajang distributor dan dealer.

b. Uji Pasar Produk Konsumen

Metode uji pasar produk konsumen, mulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal, meliputi hal-hal berikut.

1) Sales-wave research (penelitian gelombang penjualan).

Pada kegiatan ini, awalnya konsumen mencoba produk tersebut tanpa biaya atau diberikan secara gratis. Selanjutnya, konsumen ditawari untuk membeli produk tersebut atau produk pesaing dengan harga murah. Konsumen akan ditawari produk tersebut sebanyak tiga sampai lima kali. Frekuensi penawaran tersebut dikenal sebagai gelombang penjualan atau sales waves. Melalui kegiatan ini, perusahaan dapat megamati tingkat kepuasan konsumen dan melihat berapa kali konsumen melakukan pembelian ulang atas produk tersebut.

2) Simulated test marketing (simulasi pemasaran).

Metode ini dapat diterapkan pada suatu pusat pertokoan atau pusat perbelanjaan dengan melibatkan 30 sampai 40 konsumen. Para konsumen akan ditanyai beberapa hal yang berkaitan dengan ketertarikan dan pengenalan mereka terhadap suatu jenis produk tertentu. Setelah itu, mereka akan menyaksikan beberapa pertunjukan iklan singkat secara beruntun, yang salah satu iklannya mempromosikan produk baru. Pada langkah selanjutnya, konsumen diberikan sejumlah uang dan diajak ke toko di mana mereka dapat membelanjakan uang tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.

Metode ini akan memberikan gambaran terkait efektivitas iklan perusahaan terhadap iklan pesaing. Perusahaan dapat memerhatikan jumlah konsumen yang membeli produk baru tersebut, mereka tetap diberikan sampel gratis dari produk baru tersebut. Beberapa minggu kkemudian, para konsumen akan dihubungi kembali untuk mengetahui pendapat, tingkat kepuasan, dan minat mereka terhadap produk baru tersebut, serta ditawari untuk membeli kembali produk tersebut.

3) Controlled test marketing (pengkajian pemasaran kendali).

Dalam menerapkan metode ini, perusahaan yang memproduksi produk baru menggunakan jasa perusahaan riset dengan imbalan tertentu. Perusahaan menentukan jumlah toko dan lokasi yang mereka inginkan untuk menguji produk baru. Selanjutnya, perusahaan riset mengirimkan produk baru tersebut ke toko-toko dan lokasi yang telah ditentukan, termasuk mengatur penempatannya pada rak pajangan, mengatur jumlah pajangan, serta harga dan promosi pembelian sesuai dengan yang direncanakan. Hasil penjualan dapat diukur dengan sebuah scanner elektronik.

Untuk memperoleh kesan terhadap produk tersebut, beberapa sampel konsumen dipilih secara acak untuk diwawancarai. Di sini, perusahaan dapat mengevaluasi pengaruh iklan lokal dan faktor-faktor dalam toko (instore factor) selama pengujian.

4) Test markets (pengujian pasar).

Di sini, produk akan ditawarkan pada suatu wilayah yang dianggap dapat mewakili seluruh pasar yang akan menjadi lokasi penjualan produk di masa depan. Perusahaan teTujuan dari pengujian rus melakukan iklan dan promosi. Terkadang, perusahaan juga bekerja sama dengan perusahan riset untuk menentukan kota-kota yang akan menjadi lokasi petugas penjualan dalam membujuk para distributor untuk menjual produk tersebut.

a) Tujuan Pengujian Pasar

Tujuan dari pengujian pasar, antara lain sebagai berikut.

(1) Mendapatkan penilaian yang lebih terperinci terkait peluang keberhasilan suatu produk.

(2) Mengidentifikasi penyesuaian-penyesuaian akhir yang dibutuhkan oleh suatu produk.

(3) Mengatur langkah-langkah penting dalam program pemasaran yang akan digunakan untuk memperkenalkan produk di pasar.

b) Manfaat Pengujian Pasar

Melalui pengujian pasar, akan diperoleh beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut

(1) Kekurangan atau kesalahan-kesalaha yang ada pada produk dapat segera diketahui.

(2) Menjadi pengujian awal atas rencana pemasaran.

(3) Perusahaan memperoleh pemahaman lebih baik atas periaku dari berbagai segmen pasar.

(4) Perusahaan memperoleh petunjuk atas masaah yang ada dalam jaringan distribusi.

(5) Perusahaan mendapatkan ramalan yang lebih dapat diandalkan mengenai penjualan di masa depan.

8. Komersialisasi (Commercialization)

Melalui hasil uji pasar, perusahaan akan mendapatkan gambaran terkait kelanjutan peluncuran produk baru. Jika peluncuran produk baru dilanjutkan, produk memasuki tahap komersialisasi. Tahap komersialisasi menyangkut perencanaan dan pelaksanaan strategi peluncuran (launching strategy) produk baru ke pasar.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan komersialisasi produk, antara lain sebagai berikut.

a. Penentuan Waktu (Timing)

Penentuan waktu atau timing yang tepat dalam peluncuran produk baru merupakan aspek yang sangat penting, baik itu dilihat dari sudut pandang permintaan pelanggan maupun dari sudut persaingan atau kompetisi.

1) Dilihat dari permintaan pelanggan.

Terlihat bahwa terdapat tingkat musiman (seasonality) tertentu dalam kategori produk spesifik. Oleh karena itu, sebaiknya peluncuran produk baru dilakukan menjelang periode permintaan meningkat. Contohnya, permintaan akan buku dan alat tulis biasanya sangat tinggi pada awal tahun ajaran baru, sedangkan permintaan produk pakaian cenderung sangat tinggi saat menjelang hari raya keagamaan.

2) Dilihat dari sudut persaingan atau kompetisi.

Penentuan waktu peluncuran produk baru dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya sebagai berikut.

a) Memasuki pasar lebih awal (first entry). 

Peluncuran produk baru dilakukan lebih awal daripada produk pesaing. Apabila diferensiasi produk relatif rendah, keputusan untuk secepat mungkin memasuki pasar merupakan tindakan yang tepat. Pada umumnya, pelopor suatu produk akan mendapatkan imej atau citra tersendiri di benak konsumen.

b) Memasuki pasar paralel (parallel entry).

Peluncuran produk baru dilakukan bersamaan dengan peluncuran produk pesaing. Terkadang strategi ini dilakukan untuk menghemat biaya promosi, dengan harapan biaya promosi ditanggung secara bersama dengan pesaing. Contoh: Redmi Note 7 dan Samsung Galaxi M20 diluncurkan dalam waktu yang sama dengan harapan agar calon pembeli dapat langsung membandingkan dengan menari informasi tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing.

c) Memasuki pasar lebih lambat (late entry).

Peluncuran produk baru dilakukan jauh setelah produk pesaing memasuki pasar. Perusahaan menunda peluncuran produk baru dengan alasan bahwa pesaing yang akan mendidik pasar. Dengan demikian, produk baru yang akan diluncurkan perusahaan dapat menghindari kekurangan yang ada pada produk pesaing.

b. Strategi Geografis

Strategi geografis barkaitan dengan wilayah pemasaran suatu produk baru: apakah produk baru tersebut akan dipasarkan di wilayah tertentu, kota tertentu, suatu desa tertentu, pasar nasional, atau pasar internasional. Bagi perusahaan kecil, pemasaran produk baru akan ditujukan ke suatu wilayah yang dipandang akan memberikan harapan baik. Setelah cukup kuat, pemasaran produk akan menyebar ke wilayah-wilayah ain yang lebih besar. Adapun perusahaan yang besar pada umumnya akan memperkenalkan produk baru pada daerah yang lebih luas dan besar, lalu bergerak ke daerah-daerah lainnya.

c. Calon Sasaran Pembeli

Target utama promosi penjualan produk baru adalah kelompok calon pembeli potensial. Terdapat empat ciri khas calon pembeli potensial, yaitu sebagai berikut.

1) Pembeli potensial merupakan penyambut dari suatu produk baru.

2) Pembeli potensial dapat dicapai dengan biaya yang rendah.

3) Pembeli potensial memberikan respons positif terhadap produk baru, dan

4) pembeli potensial merupakan konsumen besar dari produk baru yang dibutuhkannya.

d. Pemilihan Strategi Merek (Branding Strategy)

Merek juga memegang peranan penting dalam peluncuran produk baru. Biaya promosi produk baru akan lebih rendah apabila produk tersebut memiliki ekuitas merek tinggi. Citra merek dapat menghilangkan kekhawatiran konsumen terhadap risiko mencoba-coba merek lain. Terdapat beberapa strategi merek yang dapat diterapkan oleh perusahaan, antara lain sebagai berikut.

1) Brand extension (perluasan merek).

Yaitu peluncuran produk baru dengan menggunakan nama merek yang memang sudah terkenal. Contohnya, produsen sepatu merek Adisas juga memproduksi pakaian, tas, serta topi.

2) Line Extension (perluasan lini).

Line extension yaitu peluncuran produk baru dengan menggunakan nama merek yang sudah mapan dalam kategori lini produk yang sama. Contohnya, produsen motor Chord memproduksi sepeda motor jenis matik dengan merek Rhythm, kemudian dikembangkan lagi menjadi Rhythm Techno dan Rhythm CBS.

3) New brand (merek baru).

Yaitu peluncuran produk baru yang benar-benar menggunakan nama merek baru.

D. Strategi Pengembangan Produk Baru

Menciptakan produk baru atau pengembangan produk merupakan kegiatan yang harus sering dilakukan bagi setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan bisnis. Dalam melakukan pengembangan produk, terdapat beberapa strategi pengembangan produk yang dapat dijalankan oleh suatu perusahaan, yaitu strategi proaktif (proactive strategy) dan strategi reaktif (reactive strategy).

1. Strategi Proaktif (Proactive Strategy)

Dalam strategi proaktif, pengembangan produk dilakukan untuk mengantisipasi kondisi di masa depan, yaitu pengembangan produk dimulai dari dalam perusahaan sendiri. Bentuk dari strategi proaktif adalah sebagai berikut.

a. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)

Agar perusahaan dapat selalu berinovasi dan membuat produk baru lebih cepat daripada pesaing, perusahaan menginvestasikan dana yang cukup besar pada bagian penelitian dan pengembangan.

Contoh:

Ketika perhatian perusahaan pesaing terfokus pada motor bebek, produsen motor merek Kunika menginvestasikan dana yang cukup besar pada bagian penelitian dan pengembangan. Akhirnya, pada tahun 2003, Kunika memperkenalka produk terbarunya, yaitu Kunika Mohaka, sebagai motor matik Kunika pertama. Guna meraih pasar para wanita pekerja, pada ttahun berikutnya Kunika kembali meluncurkan Kunika Hime, motor matik yang ukurannya lebih langsing daripada Kunika Mohaka. Saat itu, Kunika mengusung jargon “Sepeda Motor yang Memahami Wanita” . Sambutan pasar luar biasa karena banyak konsumen menyambutnya dengan antusias. Tidak cukup sampai di situ, Kunika Motor terus melakukan pengembangan hingga lahir merek motor-motor matik lainnya, seperti Azura, fast, Bright, dan Samurai. Merek Samurai kini dikenal sebagai satu motor matik berukuran besar yang banyak diminati konsumen.

b. Pemasaran (Marketing)

Untuk mengetahui jenis produk yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen, perusahaan melakukan survei berskala besar. Data-data yang diperoleh dari hasil tersebut digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Contoh:

PT Cakrafood Indonesia mngadakan survei mengenai produk yang dibutuhkan oleh konsumen yang sedang berdiet dan mengidap diabetes. Berdasarkan sekian banyak hasil survei, diketahui bahwa orang yang sedang berdiet dan mengidap diabetes membutuhkan pemanis pengganti gula yang dapat mereka konsumsi. Akhirnya, terciptalah Healthissweet Slim, yaitu gula rendah kalori. Healthissweet Slim memberikan rasa manis yang aman untuk penderita diabetes dan orang yang berdiet rendah gula.

c. Pengusaha (Entrepreneurial)

Strategi ini diterapkan oleh perusahaan besar dan sudah mapan. Pada strategi ini, perusahaan memberi kesempatan kepada karyawan yang berjiwa  pengusaha (entrepreneur) untuk mewujudkan ide-idenya. Perusahaan membuat departemen khusus yang mempekerjakan pegawai-pegawai yang kreatif, berjiwa inventor, dan berpikir secara tidak biasa (think-out-of-the-box). Mereka ditugaskan untuk menciptakan atau mengembangkan produk yang dapat menjadi pelopor atau trendsetter dunia.

Contoh:

Google merupakan perusahaan raksasa yang belum terkalahkan di dunia maya. Produk Google memiliki kualitas yang inovatif, hndal, dan diakui dunia, seperti Google Search Engine, Gmail, dan Google Maps. Dengan segala kemapanan yang dimilikinya, Google terus melakukan berbagai inovasi. Google memiliki divisi yang mempekerjakan pegawai berjiwa inventor, kreatif, inovatif, dan berpikir secara tidak biasa (think out of the box) yang ditugaskan untuk menciptakan atau mengembangkan produk yang dapat menjadi kiblat atau trendsetter dunia. Akhir-akhir ini, muncul produk Google yang menaruh perhatian dunia, yaitu Google Glass. Google Glass adalah komputer yang dapat digunakan layaknya kacamata. Perangkat ini menampilkan informasi dalam format bergaya telepon pintar melalui perintah suara.

d. Akuisisi (Acquisition)

Strategi ini dilakukan perusahaan dengan mengambil alih atau membeli perusahaan lain yang menghasilkan suatu produk yang sama sekali baru bagi perusahaan atau bahkan bagi pasar. Akuisisi dapat disimpulkan sebagai pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang dilakukan dengan cara membeli sebagian atau seluruh saham perusahaan tersebut, di mana perusahaan yang diambil alih tetap memiliki hukum sendiri dengan maksud untuk pertumbuhan usaha.

Contoh:

1) Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik.

Pada kasus ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar saham Semen Padang. Dengan demikian, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen Semen Padang. Namun, secara operasional kedua perusahaan tersebut masih berdiri sendiri-sendiri.

2) PT HM Sampoerna yang diakuisisi oleh Philip Morris International Inc. PT Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri, demikian pula Philip Morris International. Namun, manajemen perusahaan Sampoerna dikendalikan oleh Philip Morris sebagai konsekuensi dari akuisisi yang dilakukan.

2. Strategi Reaktif (Reactive Strategy)

Dalam strategi reaktif, pengembangan produk dilakukan sebagai respons dari kondisi pasar atau pesaing. Bentuk dari strategi reaktif adalah sebagai berikut.

a. Strategi Defensif (Defensive Strategy)

Strategi defensif adalah strategi bertahan yang dilakukan perusahaan untuk melindungi produk mereka terhadap produk baru yang dikeluarkan pesaing yang mulai diminati pasar.

Contoh:

Pesaing meluncurkan produk baru yang sejenis dengan produk perusahaan dan produk pesaing tersebut mulai banyak diminati pasar. Untuk menjaga agar konsumennya tetap setia pada perusahaan dan tidak beralih ke produk pesaing, perusahaan melakukan strategi defensif. Salah satu cara yang dilakukan perusahaan adalah dengan mengadakan promosi berupa diskon atau potongan harga sebesar 25% untuk setiap pembelian pada hari sabtu dan Minggu. Keputusan ini didasarkan pada fakta bahwa hari Sabtu dan Minggu merupakan hari libur dan biasanya volume penjualan pada dua hari tersebut lebih ramai daripada hari biasa.

b. Strategi Imitatif (Imitative Strategy)

Pada strategi imitatif, perusahaan meniru produk baru pesaing dengan cepat, yakni sebelum produk tersebut mendapat pasar yang kuat.

Contoh:

Pesaing meluncurkan produk baru dengan model yang menarik dan potensi besar akan meraih kesuksesan di pasar. Strategi yang dilakukan perusahaan adalah membuat produk tandingan, yaitu dengan meniru model dari produk pesaing tersebut.

c. Strategi Second-But-Better

Pada strategi ini, perusahaan menunggu respons pasar terhadap produk yang baru diluncurkan pesaing. Setelah itu, perusahaan meniru dan memperbaiki kekurangan-kekurangan dari produk pesaing tersebut dan memperkuat posisinya di pasaran.

Contoh:

Pesaing meluncurkan produk baru dengan potensi besar akan meraih kesuksesan di pasar. Setelah itu, perusahaan meniru model tersebut, tetapi produk perusahaan dilengkapi dengan kelebihan-kelebihan tertentu yang tidak dimiliki produk pesaing.

d. Strategi Responsif (Responsive Strategy)

Untuk dapat memenuhi keinginan pasar, pada strategi ini, perusahaan melakukan pendekatan kepada konsumen. Pendekatan tersebut dilakukan perusahaan dengan mencari informasi tentang selera dan keinginan konsumen akan suatu produk. Selanjutnya, perusahaan memproduksi produk berdasarkan hasil pendekatan dan riset tersebut.

E. Hambatan dalam Pengembangan Produk Baru

Terdapat beberapa faktor yang menghambat pengembangan produk baru, yaitu sebagai berikut.

1. Kurangnya ide atau gagasan produk baru, yang penting di area tertentu.

2. Pasar yang terbagi-bagi. Pembagian pasar terjadis akibat persaingan bisnis yang ketat. Situasi ini membuat perusahaan harus mengarahkan produk baru pada segmen pasar yang lebih kecil. Hal ini berarti perusahaan akan mendapatkan penjualan dan laba yang lebih rendah untuk tiap produknya.

3. Mahalnya proses pengembangan produk baru. Dalam pengembangan suatu produk baru, perusahaan harus memiliki banyak gagasan dan melakukan proses trial and error atau percobaan yang tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit.

4. Kurangnya modal. Biaya untuk pengembangan produk baru, mulai dari pencarian gagasan, pelaksanaan penelitian, hingga melakukan uji pasar, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Mungkin suatu perusahaan banyak memiliki gagasan atau ide-ide yang baik, tetapi tidak memiliki cukup modal untuk melakukan penelitian.

5. Waktu pengembangan yang lebih singkat. Tidak tertutup kemungkinan bahwa pesaing juga mendapatkan gagasan yang sama pada saat yang sama dengan perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, kemenangan sering diraih oleh pihak yang paling cepat.

6. Siklus produk yang singkat. Jika suatu produk baru berhasil menarik minat banyak konsumen, pesaing pun dengan cepat menirunya. Dengan demikian, siklus hidup produk baru menjadi lebih pendek.

7. Kendala sosial dan pemerintah. Produk baru harus memenuhi beberapa kriteria, seperti keamanan dan keselamatan konsumen, keseimbangan lingkungan, serta tidak bertentangan dengan aturan dan ketentuan pemerintah.

SUMBER:

Widaningsih dan Rizal, Samsul. 2019. Marketing. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kalo menurut kamu konten ini bermanfaat, share ke temen-temen yang membutuhkan ya! 😊