Jelaskan arti Kulina serta berikan contohnya

MUTIARAHINDU.COM -- Sapta Timira artinya tujuh kegelapan. Yang dimaksud dengan tujuh kegelapan ialah tujuh hal yang menyebabkan pikiran orang menjadi gelap. Kegelapan pikiran ini dapat menimbulkan tingkah laku yang jelek dan menyimpang dari ajaran agama. Ketujuh kegelapan itu adalah:

Surupa artinya kecantikan atau ketampanan. Kecantikan dan ketampanan ini dibawa sejak lahir, merupakan anugerah Hyang Widhi Wasa. Bagi orang yang memiliki semua ini, boleh merasa beruntung, namun janganlah takabur atas kecantikan dan ketampanan yang dimiliki itu. Karena semua sifatnya maya dan tidak kekal. Ketampanan yang dimiliki seharusnya disertai dengan keluhuran budi pekerti. Kalau tidak demikian, tidak akan ada nilainya semua itu. Hendaknya Surupa itu tidak dibiarkan sebagai biang keladi menuju pada kehancuran.

Jelaskan arti Kulina serta berikan contohnya
Pura Kerta Bumi, Bongso wetan, Gresik, Jatim Umat Hindu Jawa suku Madura

Dhana artinya kekayaan. Kekayaan memang sangat berguna bagi siapapun, dan setiap orang menginginkan hal itu. Kekayaan itu disebut artha. Dan bentuk artha itu ada tiga macam yang disebut dengan Tri Bhoga, yaitu bhoga, upabhoga dan pari bhoga. Kekayaan ini sangat besar gunanya dan sangat besar juga godaannya. Oleh karenanya bagi orang yang memiliki kekayaan hendaknya dapat menggunakan kekayaan itu dengan tepat sesuai dengan ajaran agama Hindu. Kekayaan harus diperoleh berdasarkan petunjuk agama dan dipergunakan sesuai dengan perintah agama.

Tetapi sering kali kekayaan itu menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Karena pengaruh kekayaan orang sering menjadi sombong, angkuh, menghina orang lain, mengumbar hawa nafsu dan sering menjadikan lupa diri. Sebenarnya kekayaan itu tidak bersifat kekal.

Dan sebenarnya kekayaan itu adalah anugerah Tuhan, karenanya patutlah dipelihara dan dipergunakan untuk kepentingan Dharma. Kita harus sadari bahwa kekayaan itu tidak akan dibawa mati, harta hanya berguna sewaktu orang itu hidup di dunia ini. Oleh karena itu janganlah menjadi takabur kalau beruntung menjadi orang kaya.

Guna artinya kepandaian. Kepandaian dicari oleh setiap orang, dan semua orang ingin menjadi pandai. Karena kepandaian­ dapat meringankan seseorang dalam menghadapi suka duka kehidupan di dunia ini. Dan kepandaian juga dapat membahayakan orang, bila digunakan untuk kejahatan.

Sering juga, kepandaian itu dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang dilarang oleh ajaran agama misalnya menipu, memperalat orang, memfitnah, mengacau, membuat isu-isu dan korupsi. Dan semua itu dapat menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Demikianlah kepandaian itu bila diliputi oleh kegelapan, dan akan menimbulkan­ keburukan serta membahayakan bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Oleh karena itu kepandaian harus diimbangi oleh ajaran agama. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:171).

Kulina artinya keturunan. Keturunan memang mempunyai arti yang penting. Orang dipandang terhormat disegani, dapat dipercaya, karena dikenal berasal dari keturunan orang-orang berjasa, baik budi dan karyanya dapat dinikmati oleh banyak orang. Orang tuanya yang berjasa dan terhormat, tapi sampai keturunannyapun ikut menjadi terhormat.

Seringkali dari adanya keturunan ini, orang merasa bangga akan dirinya, karena ia merasa keturunan orang-orang terhormat, maka dengan kebanggaan ini lalu ia menjadi orang yang berderajat tinggi, sombong dan angkuh, sehingga kemudian menghina orang lain. la menganggap orang lain itu rendah dan bodoh. Orang yang demikian tidak dapat dibenarkan sikapnya oleh agama dan masyarakat. Kita hidup adalah saling hormat menghormati, saling harga-menghargai. Menghargai orang lain berarti kita menghargai diri sendiri. Oleh karena itu Kulina atau keturunan yang terhormat itu bukan untuk menghina, merendahkan, dan menghancurkan orang lain.

Yowana artinya masa muda. Masa muda atau masa remaja ini penuh dengan kegairahan hidup, masa gemilang penuh dengan kreatif. Masa inilah sebenarnya merupakan kesempatan untuk berbuat banyak dalam menimba berbagai ilmu untuk bekal di kemudian hari. Tetapi masa muda ini juga penuh tantangan seperti tidak tetap pendirian, goyah, emosi dan belum ada keseimbangan pikiran, sehingga belum tahu kemanakah arah hidupnya kelak.

Karenanya seringkali perbuatan yang dilakukan kurang terarah, ia lalu berbuat hanya untuk menarik perhatian orang lain. Maka sering tindakan keliru yang dilakukan seperti; melanggar kesopanan, kesusilaan yang dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu kitab Sarasamuccaya memberikan pedoman seperti:

"Yuwaiwa dharmmam anwicched

tiryyag bhawati wai dharbha

"Matangnya deyaning wwang, pengponganikang kayowanan, panedeng ning awak, sadanakena ri karjananing dharmma, artha, jnana, kunang apan tan pada kacaktining atuha lawan rare, drstanta nahan yangalalang atuha, telas rumepa, marin alandep ika," (Sarasamuccaya, 27)

"Pergunakanlah kesempatan selagi masih muda, selagi badan kuat untuk mencari berbagai macam ilmu berdasarkan dharma. Sebab kekuatan sesudah tua jauh lebih merosot dibandingkan dengan pada waktu masih muda. Ibarat padang alang-alang semasih muda ia tajam, tapi setelah tua ia menjadi lemah dan rebah", (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:172).

Dengan memperhatikan petikan sloka di atas dapat diambil intinya bahwa masa muda harus diisi dengan hal-hal yang baik. Masa inilah masa menuntut ilmu, bekerja keras, menciptakan sesuatu yang berguna dan beraktivitas yang baik. Kalau masa muda ini disalahgunakan, atau dimanfatkan untuk merusak dan merugikan orang lain, maka masa muda yang demikian disebut dengan Yowana. Hal ini perlu dihindari.

Sura artinya minuman keras. Minuman itu kalau diminum melebihi batas akan membuat orang mabuk. Kemabukan membuat orang kehilangan kesadaran, dan akhirnya akan membuat malapetaka. Hal ini harus dijauhi.

Kasuran artinya keberanian. Setiap orang perlu memiliki keberanian. Tanpa keberanian orang akan selalu merasa takut. Keberanian di sini dipergunakan untuk dapat mengatasi berbagai masalah dan liku-liku kehidupan. Keberanian yang dilakukan tanpa didasari oleh Dharma maka keberanian itu akan menjurus kepada perbuatan kejam dan sadis. Keberanian yang demikian itu disebut dengan Kasuran. Hal yang demikian perlu dihindari, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:173).

Sudirga, Ida Bagus dan Yoga Segara, I Nyoman. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti                 Untuk SMA/SMK Kelas X (cetakan ke-1). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Sapta Timira (dalam bahasa Indonesia berarti "Tujuh Kegelapan") adalah tujuh unsur atau sifat yang menyebabkan pikiran orang jadi gelap. Kata sapta timira berasal dari bahasa Sansekerta, yakni "sapta" yang berarti tujuh, dan kata "timira" yang berarti gelap atau suram (awidya).

Ketujuh unsur kegelapan tersebut ada pada setiap diri manusia. Bagaimana nantinya dampak sifat tersebut ditentukan oleh bagaimana seorang manusia meggunakannya. Sifat awidya yang ada pada diri manusia apabila tidak dikendalikan akan menimbulkan berbagai macam tindakan kejam,seperti marah,kejam,denki,iri hati,suka mempitnah,merampok dan yang lainnya.

  1. Surupa atau Rupa(tampang) Karena wajah atau rupa yang tampan, ganteng atau cantik. Kegantengan atau kecantikan seseorang kadang kala menyebabkan yang bersangkutan menjadi angkuh, sombong dan tinggi hati. Semestinya kegantengan atau kecantikan wajah dibarengi dengan perilaku yang baik, budi yang luhur. Orang yang ganteng atau cantik, hendaknya dapat mengendalikan diri dengan membuang jauh-jauh sikap dan perilaku yang tidak baik.
  2. Dhana atau Kekayaan(Harta Benda) Karena banyak mempunyai harta benda atau kekayaan. Banyaknya harta benda yang dimiliki sering kali menyebabkan seseorang menjadi lupa diri, menepuk dada, angkuh dan sombong dan tidak ingat dengan teman-temannya. Pada hal kepemilikan harta benda seyogianya dibarengi dengan dharma, perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama. Karena itu orang yang memiliki banyak harta benda seyogianya dapat menjaga diri, tidak menepuk dada atau tidak sombong dengan harta bendanya.
  3. Guna atau Kecerdasan(Ilmu Pengetahuan) Karena mempunyai kepintaran atau kepandaian. Orang yang pintar juga kadang lupa diri, menganggap orang lain tidak tahu apa-apa. Orang seperti ini cenderung angkuh dan kurang disukai oleh masyarakat. Oleh karena kepandaian semestinya dibarengi dengan perbuatan yang baik, disertai dengan budi pekerti yang luhur. Kepintaran semestinya diamalkan, dipergunakan untuk maksud-maksud yang baik, sehingga dapat membantu masyarakat yang kurang mempunyai pengetahuan.
  4. Kulina atau Garis keturunan (Kasta) Karena keturunan. Faktor keturunan juga sering mengakibatkan orang lupa diri. Seorang keturunan bangsawan, keturunan raja, kadang kala juga menganggap remeh orang lain yang tidak seketurunan. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi orang tersebut. Keturunan orang-orang terkenal, berpangkat atau bangsawan, sebaiknya mempunyai perilaku yang baik, berbudi luhur sejalan dengan ajaran agama. Mereka seharusnya dapat menjadi panutan dapat memberikan contoh yang baik terhadap masyarakat sekitarnya.
  5. Yowana atau Masa Muda (Usia Muda) Karena masa remaja atau masa muda. Anak muda remaja karena kurang pendidikan dan pengalaman, sering kali lebih menyukai kebebasan dan hura-hura, sering kali sok jagoan dan suka berkelahi. Sebaikanya semasa masih remaja, anak-anak itu diberi pendidikan agama yang memadai, diberi pelajaran mengenai etika, bagaimana harus berperilaku di dalam masyarakat, sebagaimana harus membawa diri dan lain-lain, supaya mereka dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Masa remaja adalah masa yang baik untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bagi nusa dan bangsa serta agama.
  6. Sura atau kemabukan (Lupa daratan/Ambisi) Karena minuman keras. Minuman keras merupakan musuh yang sangat buruk. Ia dapat membuat orang mabuk, lupa diri dan berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Karena itu manusia beragama sebaiknya menjauhi minuman keras.
  7. Kasuran atau Keberanian (Rasa Berani) Karena merasa mempunyai keberanian. Keneranian kadang kala membuat orang lupa diri. Keberanian tanpa disertai dengan pikiran yang sehat dan baik dapat mengakibatkan kerugian atau kesulitan bagi orang lain maupun yang bersangkutan sendiri. Keberanian hendaknya selalu dilandasi oleh kebenaran dan Dharma, oleh perbuatan yang luhur sesuai dengan ajaran agama.

 

Artikel bertopik agama Hindu ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sapta_Timira&oldid=18967473"