Jelaskan apa yang dimaksud dengan kebudayaan Bacson Hoabinh dan sebutkan ciri khas kebudayaan Bacson Hoabinh?

Perkembangan masyarakat prasejarah di Indonesia tidak dapat terlepas dari pengaruh kebudayaan bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara. Salah satu kebudayaan yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan masyarakat prasejarah Indonesia adalah kebudayaan Bacson-Hoabinh yang identik dengan alat kebutuhan hidup yang terbuat dari batu.

Kebudayaan Bacson-Hoabinh berasal dari peradaban manusia purba di lembah sungai Mekong, Vietnam dan dari kawasan tersebut menyebar ke Asia Tenggara dan Oseania. Budaya ini muncul pada zaman mesolitikum dimana manusia masih menggunakan batu-batuan sebagai bahan dasar alat-alatnya.

Sebagai salah satu kebudayaan utama pada zaman batu, Bacson–Hoabinh dianggap sebagai salah satu pusat kebudayaan zaman batu di Asia Tenggara dan Indochina. Adapun jejak kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di gua-gua dan bukit-bukit kerang yang terletak di sebelah utara Vietnam tepatnya di provinsi Hoabinh.

Istilah kebudayaan Bacson-Hoabinh diperkenalkan oleh Madeleine Colani, arkeolog Prancis yang melakukan penggalian di kawasan itu. Kebudayaan ini kemudian tersebar sampai ke Thailand, Malaka, dan Sumatera Bagian Timur. Persebaran kebudayaan itu berlangsung secara sambung menyambung.

Bacson–Hoabinh di Indonesia

Dalam sejarahnya, kebudayaan Bacson–Hoabinh muncul di lembah sungai Mekong, Vietnam sekitar 10.000 hingga 4.000 tahun yang lalu. Seiring dengan berjalannya waktu, manusia-manusia ini bermigrasi ke selatan atau ke kepulauan Indonesia sekitar 2.000 tahun sebelum masehi.

(Baca juga: 5 Kebudayaan Indonesia yang Sudah Mendunia)

Pengaruh utama budaya Bacson-Hoabinh terhadap perkembangan budaya di Indonesia adalah berkaitan dengan tradisi pembuatan alat kelengkapan hidup manusia yang terbuat dari batu. Batu yang dipakai untuk alat umumnya berasal dari batu kerakal sungai dan alat ini dikerjakan dengan teknik penyerpihan menyeluruh pada satu atau dua sisi batu.

Hasil penyerpihan menunjukan adanya keragaman bentuk, ada yang berbentuk lonjong, segi empat, segi tiga, dan beberapa diantaranya ada yang berbentuk berpinggang. Alat-alat khas kebudayaan Bacson-Hoabinh ternyata banyak ditemukan di Indonesia khususnya Sumatera yang berupa kapak genggang Sumatera atau Sumatralith. Alat ini juga ditemukan di Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, meskipun tidak sebanyak di Sumatera.

Peralatan mesolitikum itu ditemukan di bukit-bukit kerang (kjokkenmoddinger) dan gua-gua (abris sous roche). Kondisi itu menunjukan pengaruh kebudayaan Bacson-Hoabinh selama berlangsungnya zaman Mesolitikum di Indonesia. Pengaruh kebudayaan Bacson-Hoabinh diperkuat oleh bukti kehadiran ras Papua Melanosoid sebagai pelaku kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche di Indonesia.

Ras itu pulalah yang menjadi pelaku kebudayaan di Tonkin. Di perkirakan ras ini menyebar ke Asia Tenggara pada zaman es saat Dangkalan Sunda dan Sahul terhampar sebagai daratan luas. Ke berbagai tempat mereka menyebar, memperkenalkan, dan menerapkan tradisi kehidupan menetap sementara dalam gua-gua dan membuat peralatan batu yang lebih baik dari peralatan paleolitikum.

Kebudayaan Bacson-Hoabinh – Pusat kebudayaan zaman mesolitikum di Asia berada di dua tempat, yaitu di Bacson dan Hoabinh. Kedua tempat tersebut berada di wilayah Tonkin di Nidocina (Vietnam). Istilah Bacson-Hoabinh pertama kali digunakan oleh arkeolog Prancis yang bernama Madeleine Colani pada tahun 1920-an.

Nama tersebut digunakan untuk menunjukkan suatu temapt pembuatan alat-alat batu yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.

Daerah penemuan peninggalan kebudayaan Bacson-Hoabinh yaitu di seluruh wilayah Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga provinsi-provinsi selatan dari kurun waktu antara 18.000 hingga 3.000 tahun yang lalu.

Namun, pembuatan kebudayaan Bacson-Hoabinh terus berlangsung di beberapa kawasan sampai masa yang lebih baru.

Di daerah Vietnam ditemukan tempat pembuatan alat dari batu yang sejenis dengan alat-alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh. Di gua Xom Trai (dalam buku Pham Ly Houng; Radiocarbon Dates of the Hoabinh Culture in Vietnam, 1994) ditemukan alat-alat batu yang sudah diasah pada sisi yang tajam.

Alat-alat batu dari gua Xom Trai tersebut diperkirakan berasal dari 18.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangan selanjutnya, alat-alat batu atau yang dikenal dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh, tersebar dan berhasil ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara, baik daratan ataupun kepulauan, termasuk wilayah Indonesia.

Kebudayaan Bacson-Hoabinh mempunyai ciri khas yaitu penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran sekitar satu kepalan dan sering kali seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam.

Hasil penyerpihannya itu menunjukkan berbagai bentuk seperti lonjong, segi empat, segi tiga, dan beberapa di antaranya ada yang berbentuk berpinggang.

Menurut CF. Gorman dalam bukunya The Hoabinhian and after; Subsistance Patterns in South East Asia during the latest Pleistocene and Early Recen Periode (1971) yang manyatakan bahwa penemuan alat-alat dari batu paling banyak ditemukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah Vietnam bagian utara, yaitu daerah Bacson, pegunungan Hoabinh.

Di samping alat-alat dari batu juga ditemukan alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa tulang-belulang manusia yang di kuburkan dalam posisi terlipat yang ditaburi zat warna merah.

Kebudayaan Batu di Indonesia

Di Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua. Di Sumatra, alat-alat dari batu yang sejenis dengan kebudayaan tersebut ditemukan di Lhokseumawe dan Medan.

Benda-benda ini berhasil ditemukan pada bukit-bukit sampah kerang yang berdiameter 100 meter dengan kedalaman 10 meter. Lapisan kerang tersebut diselang-seling dengan tanah dan abu. Bukit kerang ini ditemukan pada tempat dengan ketinggian hampir sama dengan permukaan air laut sekarang.

Pada zaman kala holosen, daerah tersebut merupakan garis pantai. Namun, ada beberapa tempat penemuan yang sekarang ini berada di bawah permukaan laut. Tetapi, sebagian besar tempat ditemukannya alat-alat dari batu di sepanjang pantai telah terkubur di bawah endapan tanah.

Hal ini dikarenakan akibat terjadinya proses pengendapan yang berlangsung selama beberapa ribu tahun yang lalu.

Di Jawa, alat-alat batu sejenis kebudayaan Bacson-Hoabinh di temukan didaerah Lembah Sungai Bengawan Solo. Penemuan alat-alat dari batu ini ketika dilakukan penggalian untuk mencari fosil-fosil manusia purba.

Peralatan batu yang berhasil ditemukan memiliki usia jauh lebih tua dari peralatan batu yang ditemukan pada bukit-bukit sampah kerang di Sumatra.

Hal ini dapat dilihat dar cara pembuatannya. Peralatan batu yang ditemukan di daerah Lembah Sungai Bengawan Solo dibuat dengan cara yang sangat sederhana dan belum diserpih atau di asah.

Batu kali langsung digunakan dengan cara menggenggam. Menurut Von Koenigswald, peralatan dari batu yang digunakan oleh manusia purba Indonesia sejenis Pithecanthropus erectus. Berdasarkan penelitiannya, alat-alat dari batu tersebut berasal dari daerah Bacson-Hoabinh.

Di daerah Cabbenge, Sulawesi Selatan, berhasil ditemukan alat-alat dari batu yang berasal dari kala pleistosen dan holosen. Penggalian dan upaya menemukan alat-alat tersebut juga dilakukan di daerah pedalaman Maros, sehingga dari beberapa tempat penggalian berhasil ditemukan alat-alat dari batu, termasuk alat serpih berpunggung dan mikrolit yang dikenal dengan toalian.

Alat batu toalian diperkirakan berasal dari 7.000 tahun yang lalu. Perkembangan peralatan batu di daerah Maros ini diperkirakan bersamaan dengan munculnya tembikar di kawasan tersebut.

Di samping daerah-daerah itu, peralatan batu kebudayaan Bacson-Hoabinh juga ditemukan di daerah lain seperti daerah pedalaman Semenanjung Minahasa, Flores, Maluku Utara, dan daerah lain di Indonesia.

Baca: Peninggalan kebudayan zaman Dongson

Kebudayaan Bacson-Hoabinh terletak di sebelah utara Vietnam. Sistem peralatan dan perlengkapan hidupnya terbuat dari batu-batu yang dipakai untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Ciri khas pada kebudayaan Bacson-Hoabinh yaitu adanya penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu dengan diasah hingga membuat tepiannya menjadi tajam. Dengan kata lain, hasil Kebudayaan Bacson-Hoabinh menghasilkan alat-alat yang terbuat dari batu dengan permukaan yang masih kasar. Kebudayaan Bacson-Hoabinh memiliki bentuk yang sangat beragam, ada yang lonjong, segiempat, segitiga dan lain-lain.
 

Kebudayaan Bacson Hoabinh ini merupakan kebudayaan zaman batu yang berasal dari daerah lembah sungai Mekong, Vietnam. Kebudayaan ini masuk ke Indonesia sekitar 10.000 hingga 4.000 tahun yang lalu. Budaya ini muncul pada zaman mesolitikum dimana manusia masih menggunakan batu-batuan sebagai bahan dasar alat-alatnya. Sebagai salah satu kebudayaan utama pada zaman batu, Bacson-Hoabinh dianggap sebagai salah satu pusat kebudayaan zaman batu di Asia Tenggara dan Indochina. Manusia pendukung dari kebudayaan bacson-hoabinh ini adalah manusia-manusia dari ras Papua melanesoid. Ciri utama dari kebudayaan Bacson-Hoabinh ini adalah alat-alat sehari-harinya yang terbuat dari bebatuan. Umumnya, batu yang digunakan adalah batu kali (batu sungai) yang sudah dihaluskan dan juga ditajamkan dengan menggunakan batu lain ataupun alat serpih khusus. Batu tersebut juga dapat dikikis sehingga menciptakan bentuk-bentuk lain yang variatif. Oleh karena itu, pada zaman ini alat-alat batuan sudah cukup bervariasi bentuknya dan fungsinya.

Dengan demikian, ciri utama dari kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah penggunaan batu-batu alam yang diserpih pada satu atau dua sisi.

Jadi, jawaban yang tepat adalah A.