Istilah bhineka tunggal ika terdapat dalam kitab sutasoma karangan

Asked by wiki @ 26/08/2021 in IPS viewed by 3417 persons

Asked by wiki @ 30/07/2021 in IPS viewed by 3087 persons

Asked by wiki @ 02/08/2021 in IPS viewed by 2563 persons

Asked by wiki @ 12/08/2021 in IPS viewed by 1827 persons

Asked by wiki @ 08/12/2021 in IPS viewed by 1672 persons

Asked by wiki @ 05/08/2021 in IPS viewed by 1634 persons

Asked by wiki @ 08/12/2021 in IPS viewed by 1553 persons

Asked by wiki @ 02/08/2021 in IPS viewed by 1527 persons

Asked by wiki @ 16/08/2021 in IPS viewed by 1513 persons

Asked by wiki @ 01/08/2021 in IPS viewed by 1485 persons

Asked by wiki @ 10/08/2021 in IPS viewed by 1456 persons

Asked by wiki @ 29/07/2021 in IPS viewed by 1431 persons

Asked by wiki @ 30/07/2021 in IPS viewed by 1313 persons

Asked by wiki @ 20/08/2021 in IPS viewed by 1270 persons

Asked by wiki @ 03/08/2021 in IPS viewed by 1260 persons

Istilah bhineka tunggal ika terdapat dalam kitab sutasoma karangan

Pelayang menerbangkan layang-layang bergambar Garuda Pancasila saat Jakarta International Kite Festival 2013 digelar di Kawasan Monas, Jakarta (30/11). ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila, yang tak bisa dipisahkan dengan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila merupakan lambang negara Indonesia yang mana seluruh asas kenegaraan di simbolkan melalui Pancasila.

Terdapat potongan semboyan Negara Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 66 tahun 1951 "Lambang Negara", kata tersebut merupakan semboyan yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Semboyan tersebut berdasarkan kehidupan banngsa Indonesia yang sejak dulu memiliki banyak keragaman, secara khusus sejarah semboyan Bhinneka Tunggal Ika telah ada sekitar abad ke-14 masa Kerajaan Majapahit.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam kitab kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular yang alami gubahan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang tak lain merupakan Raja Rajasanagara Majapahit.

Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular menemukan titik temu agama-agama yang berbeda di Nusantara, yang berarti mengajarkan toleransi antar agama yang kemudian tersebut menjadi ajaran yang dianut oleh pemeluk agama Hindu dan Buddha.

Istilah Bhinneka Tunggal Ika ini berasal Kakawin Sutasoma, dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap berbunyi: Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Artinya, Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Sebagai informasi, ada dua Kakawin yang ditulis oleh mpu Tantular yakni Arjunawijaya dan Sutasoma. Dilansir dari Indonesia.go.id, Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dilambangkan pita dicengkeraman kaki-kaki garuda atas rancangan Sultan Hamid II atau Syarif Abdul Hamid Alkadrie, disebarluaskan kepada publik pada tanggal 15 febuari 1950 saat sidang Kabinet RIS (Republik Indonesia Serikat) yang dipimpin Bung Hatta.

Frasa bahasa Jawa Kuno secara harfiah diartikan “berbeda-beda namun tetap satu jua", itu ada pada sela-sela sidang BPUPKI, Mei sampai Juni 1945 saat rapat terbatas yang dilakukan Muhammad Yamin, Bung Karno, juga I Gusti Sugriwa. Muhammad Yamin dipercaya sebagai pengusulnya.

Impian bangsa Indonesia supaya dapat hidup berdampingan dan berdaulat tanpa adanya diskriminasi diharapkan dapat diperteguh melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini. Hikayat Hari Lahir Pancasila dan semboyan itu tak bisa dipisahkan.

TIKA AYU

Baca: Kronologi Hari Lahir Pancasila, Panitia Sembilan Rumuskan Gagasan Sukarno

Istilah bhineka tunggal ika terdapat dalam kitab sutasoma karangan
Foto: Dewi Irmasari/detikcom

Jakarta - Indonesia punya semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' yang memiliki arti 'berbeda-beda tetapi tetap satu'. Semboyan itu menjadi moto bangsa Indonesia yang melambangkan persatuan di tengah keberagaman Indonesia.Sebenarnya frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' telah tercipta jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan penciptanya pun bukan seorang pejuang kemerdekaan. 'Bhinneka Tunggal Ika' adalah sebuah frasa yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma. Kakawin sendiri berarti syair dengan bahasa Jawa kuno. Kakawin Sutasoma merupakan karangan Mpu Tantular yang dituliskan menggunakan bahasa Jawa kuno dengan aksara Bali. Diketahui, Kakawin Sutasoma dikarang pada abad ke-14. Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' sendiri terdapat dalam petikan pupuh 139 bait 5 pada Kakawin Sutasoma.Bila diterjemahkan tiap kata, Bhinneka punya arti 'beraneka ragam'. Kata tunggal berarti 'satu' dan ika berarti 'itu'. Sehingga, bila mengacu berdasarkan arti secara harfiahnya, 'Bhinneka Tunggal Ika' memiliki arti 'beraneka ragam itu satu'.

Istilah bhineka tunggal ika terdapat dalam kitab sutasoma karangan
Foto: Dewi Irmasari/detikcom

Kakawin Sutasoma kini bisa dilihat secara langsung dalam Pameran Pancasila yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pameran tersebut diadakan di Museum Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Barat, No 12, Gambir, Jakarta Pusat. Kakawin Sutasoma yang dipamerkan telah dituliskan kembali di atas daun lontar berukuran 40,5 X 3,5 cm pada tahun 1851 dengan isi 182 halaman dan tiap halamannya ditulis dalam 4 baris. Namun, tak diketahui siapa yang menuliskan ulang Kakawin Sutasoma tersebut, karena tidak ada petugas yang bisa ditanya perihal informasi lengkap kakawin tersebut.

detikcom mengunjungi Pameran Lahirnya Pancasila, Sabtu (2/6/2017). Dalam pameran yang berlangsung sejak 2 hingga 15 Juni 2017 ini, Kakawin Sutasoma bisa ditemukan tepat di tengah setelah gapura pintu masuk pameran. Pengunjung yang masuk pun dikenai biaya Rp 5.000 per orang. Jam bukanya yaitu pukul 08.00 WIB sampai 15.00 WIB. (irm/tor)

Jakarta -

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Istilah tersebut diadaptasi dari sebuah kakawin peninggalan Kerajaan Majapahit. Seperti apa sejarahnya?

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali diungkapkan oleh Mpu Tantular dalam kitabnya, kakawin Sutasoma. Dalam bahasa Jawa Kuno kakawin artinya syair. Kakawin Sutasoma ditulis pada tahun 1851 dengan menggunakan aksara Bali, namun berbahasa Jawa Kuno.

Bahan naskah yang digunakan untuk menulis kakawin Sutasoma terbuat dari daun lontar. Kitab tersebut berukuran 40,5 x 3,5 cm. Sutasoma menjadi sebuah karya sastra peninggalan Kerajaan Majapahit.

Dilansir laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), kakawin Sutasoma merupakan kitab yang dikutip oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam merumuskan semboyan NKRI.

Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' terdapat pada pupuh 139 bait 5. Berikut bunyi petikan pupuh tersebut:

"Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa".

Kalimat di atas artinya "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecahbelahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Mpu Tantular mengajarkan makna toleransi antar umat beragama dan dianut oleh pemeluk agama Hindu dan Buddha. Semboyan "Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa" sendiri digunakan untuk menciptakan kerukunan di antara rakyat Majapahit dalam kehidupan beragama.

Dikutip dari situs resmi Portal Informasi Indonesia, frasa Jawa Kuno tersebut secara harfiah mengandung arti berbeda-beda namun tetap satu jua. Bhinneka artinya beragam, tunggal artinya satu, ika artinya itu, yakni beragam satu itu.

Konon, pendiri bangsa yang pertama kali menyebut frasa Bhinneka Tunggal Ika adalah Moh Yamin. Dia mengucapkannya di sela-sela sidang BPUPKI. Sontak, I Gusti Bagus Sugriwa, tokoh yang berasal dari Bali, menyahut dengan ucapan "tan hana dharma mangrwa".

Dalam pendapat lain, Bung Hatta mengatakan bahwa frasa Bhinneka Tunggal Ika adalah usulan Bung Karno. Gagasan tersebut secara historis diusulkan setelah Indonesia merdeka, saat momen munculnya kebutuhan untuk merancang lambang negara dalam bentuk Garuda Pancasila.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara, Bhinneka Tunggal Ika ditulis dengan huruf latin dalam bahasa Jawa Kuno tepat di bawah lambang negara. Sebagaimana bunyi Pasal 5 sebagai berikut:

"Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-Kuno, yang berbunyi: BHINNEKA TUNGGAL IKA."

Jadi, semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali diungkapkan oleh Mpu Tantular dalam sebuah buku berjudul kakawin Sutasoma.

Simak Video "Kekuasaan Kerajaan Majapahit, Kejayaan Nusantara"



(kri/pay)