Hormon tumbuhan yang berfungsi untuk mengatur proses pembusukan adalah

Hormon tumbuhan yang berfungsi untuk mengatur proses pembusukan adalah

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan zat yang dihasilkan secara alami maupun buatan (sintetis) dengan campur tangan manusia ataupun melalui rekayasa. ZPT dapat mengatur proses  pembelahan dan pemanjangan sel diantaranya untuk pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah.ZPT alami sebenarnya sudah ada dalam tanaman itu sendiri secara alami dan biasanya disebut hormon pertumbuhan. Tanaman perlu tambahan ZPT untuk beberapa tujuan, seperti merangsang pertumbuhan tunas, pembungaan dan pembuahan. Tambahan ZPT pada tanaman umumnya tergantung dengan tujuannya. Pengaplikasian ZPT bisa digunakan dengan dua cara yaitu dengan disemprot dan dicelup. Beberapa ZPT alami bisa langsung diguankan seperti air kelapa muda. Beberapa lainnya seperti bawang merah, ekstrak tomat, ekstrak tauge dan bonggol pisang dengan cara difermentasi.

Berikut beberapa hormon pertumbuhan utama tanaman :

  1. Hormon Auksin
    Hormon auksin berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel pada daerah titik tumbuh,  merangsang pertumbuhan akar pada stek atau cangkokan dan merangsang pembentukan buah tanpa biji. Auksin juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara serempak, untuk mengatur pembuahan dan untuk mencegah gugur buah. Auksin alami banyak terdapat didalam cairan biji jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi, umbi bawang merah, ekstrak tauge, ekstrak tomat dan air kelapa.Penambahan hormon auksin pada stek dan cangkokan sebaiknya terhindar dari sinar matahari. Hormon auksin tidak dapat bekerja dengan baik saat terkena sinar matahari. Namun penggunaan auksin dengan dosis yang tinggi justru menimbulkan sebaliknya. Penggunanan dosis yang tinggi dapat merangsang produksi Etilen dimana Etilen dapat memperlambat pertumbuhan, menyebabkan gugur daun dan bahkan membunuh tanaman.
  2. Hormon Giberelin atau Asam Giberelat
    Hormon giberelin berfungsi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak. Giberelin alami banyak terdapat dari bahan alami, seperti umbi bawang merah, rebung bambu, ektrak tomat, jagung muda dan enceng gondok. Hormon giberelin sebaiknya ditambahkan pada saat tanaman sebelum masuk masa pembungaan.Kekurangan dari penggunaan giberelin ini  dapat menyebabkan pembungaan dan pematangan buah tergganggu, buah berukuran kecil, mengakibatkan kerdil pada tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terhambat.
  3. Hormon Sitokinin
    Hormon sitokinin mempercepat pembelahan sel, merangsang pembentukan akar cabang, merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa dan merangsang pembentukan akar cabang. Sitokinin bisa untuk merangsang pertumbuhan tunas ketiak. Sitokinin alami dapat dihasilkan dari beberapa tanaman, antara lain air kelapa, bongkol pisang, ekstrak tomat dan jagung muda. Sitokinin sebaiknya ditambahkan saat awal penanaman / pembibitan.
  4. Hormon Asam absisat (ABA)
    Hormon ABA dapat merangsang pertumbuhan tunas anakan dengan cepat dan serentak. Saat tanaman mengalami stress, hormon ini digunakan untuk menyamakan pertumbuhan batang agar tanaman terlihat sangat baik.  Bahan alami ABA didapat dari ekstrak tomat. Kekurangan dari ABA ini dapat menghambat  pembelahan sel kambium pembuluh yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman juga terhambat. ABA sebaiknya ditambahkan saat tanaman mengalami lingkungan ekstrim seperti kekeringan. Dengan penambahan ABA ini tanaman bisa menutup stomata sehingga mengurangi transmirasi, bisa digunakan untuk penyimpanan benih  yang berfungsi untuk memperpanjang masa dormansinya. (tnt)

Hormon yang dapat mempercepat penuaan daun dan merangsang gugurnya daun adalah asam absisat. Hormon merupakan faktor internal yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan perkembangan.


Pembahasan

Kata hormon merupakan salah satu kata dalam bahasa Yunani yakni hormaein yang berarti menggiatkan. Kata hormon dipopulerkan oleh pada ahli fisiologi. Kemudian berkembang dan umum digunakan untuk lingkungan ilmu manusia, hewan, maupun ilmu tumbuhan. Hormon pada tumbuhan disebut disebut juga dengan fitohormon.

Berbagai golongan zat yang termasuk hormon tumbuhan yaitu auksin, giberilin, sitokinin, etilen, kalin dan traumalin. Setiap hormon memiliki fungsi tertentu yang menjadi ciri khasnya. Fungsi utama hormon adalah sebagai pengatur tumbuh tumbuhan.

Pengertian hormon yang saat ini umum dimasyarakat adalah suatu zat yang yang dibuat secara alami dalam tubuh tumbuhan dalam konsentrasi rendah yang dapat mengatur pertumbuhan dan proses fisiologis pada tumbuhan tersebut. Kendati demikian hormon yang dulunya dikenal hanya dapat diproduksi sendiri oleh tumbuhan, saat ini berkat kemajuan teknologi manusia dapat memproduksi hormon tumbuhan sendiri secara sintetis. Hormon yang dibuat secara sintesis disebut zat pengatur tumbuh (ZPT).

Beberapa hormon yang sering dimanfaatkan atau secara tidak langsung terdapat dalam kultur jaringan antara lain auksin, giberilin dan sitokinin.

1. Hormon Auksin

Hormon auksin merupakan hormon tumbuhan yang ditemukan pertama kali pada ujung kecambah gandum Avena sativa oleh Frits Went. Auksin alami terdiri dari dua macam yaitu auksin a dan b.

Letak auksin berada pada meristem apikal (ujung) dan diproduksi di tempat tersebut. Perpindahan hormon auksin selalu menjauhi cahaya matahari, atau rentan dengan cahaya matahari.

Hormon auksin memiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Merangsang perpanjangan sel (elongasi sel).

b. Merangsang pembentukan bunga dan buah.

c. Merangsang pemanjangan titik tumbuh.

d. Mempengaruhi pembengkokan batang tanaman.

e. Merangsang pembentukan akar lateral atau samping.

f. Merangsang terjadinya proses diferensiasi atau perubahan bentuk.

Hormon auksin memegang peranan penting dalam bioteknologi tumbuhan yaitu kultur jaringan.

2. Hormon Sitokinin

Hormon sitokonin merupakan hormon yang dikenal karena fungsinya dalam pembelahan sel tumbuhan atau sitokinesis.

Hormon yang pertama kali ditemukan pada ragi santan kelapa tersebut dinamai kinetin. Hormon ini ditemukan pada bagian tumbuhan yang aktif membelah misalnya pada jaringan meristem, kambium serta pada santan kelapa.

Hormon sitokonin berkaitan erat dengan hormon auksin. Apabila hormon auksin tidak ada, maka sitokonin tidak mampu melakukan pembelahan sel dengan cepat. Hal tersebut karena untuk membelah, dinding sel tumbuhan harus menjadi lunak. Untuk melakukannya dibutuhkan kehadiran hormon auksin.

Fungsi Hormon Sitokinin (Kinetin) sebagai berikut:

a. Mengatur pembentukan bunga dan buah.

b. Membantu proses pertumbuhan akar dan tunas pada proses pembuatan kultur jaringan.

c. Memperkecil dominansi apikal (pertumbuhan ujung) dan juga dapat menyebabkan pembesaran daun muda.

d. Merangsang pembelahan sel dengan cepat.

e. Kombinasi dengan hormon auksin dan giberelin dapat menyebabkan pertumbuhan normal bagi tumbuhan yang kerdil.

f. Memperlambat terjadinya pengguguran daun, bunga dan buah pada tumbuhan karena terjadi peningkatan transport zat makanan.

3. Hormon Giberelin

Hormon giberelin merupakan hormon yang pertama kali ditemukan pada jamur Gibberella fujikuroi oleh Eiichi Kurosawa. Hormon giberelin berfungsi hampir sama dengan hormon auksin, akan tetapi dengan letak yang berbeda.

Fungsi Hormon Giberelin sebagai berikut:

a. Mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel.

b. Mempengaruhi perkembangan embrio dan perkecambahan

c. Menghambat pembentukan biji.

d. Mempengaruhi pemanjangan batang.

e. Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, bunga, dan bunga.


Pelajari lebih lanjut

1. variabel penelitian: brainly.co.id/tugas/13829841

2. peranan hormon pertumbuhan: brainly.co.id/tugas/15492985

3. faktor pertumbuhan: brainly.co.id/tugas/13156922


Detil jawaban

Kelas: 12

Mapel: Biologi

Bab: Bab Pertumbuhan dan Perkembangan

Kode: 12.4.1


Kata kunci: hormon pertumbuhan, auksin, giberelin, sitokinin, kultur jaringan

Hormon tumbuhan, atau fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.[1] "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter.

Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel.

Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan ("endogen"). Pemberian hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan ("eksogen"). Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh tumbuhan (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon tumbuhan.

Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan sendiri (endogen) maupun yang dihasilkan oleh organisme non-tumbuhan atau yang sintetis buatan manusia (eksogen). Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan efek fisiologis yang serupa, bukan berdasarkan kemiripan struktur kimia semata. Mengikuti kesepakatan banyak ahli, terdapat lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (AUX), sitokinin (CK), giberelin (atau asam giberelat, GA), etilena (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA). Tiga kelompok yang pertama cenderung bersifat positif bagi pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung maupun menghambat pertumbuhan, dan asam absisat terutama merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan. Selain kelima kelompok itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi serupa hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan saja atau merupakan hormon eksogen, yaitu brasinosteroid, asam jasmonat, asam salisilat, poliamina, dan karrikin. Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).

Ada sembilan auksin, 14 sitokinin, 52 giberelin, tiga asam absisat, dan satu etilena yang dihasilkan secara alami dan telah diekstraksi orang.[1] ZPT sintetik ada yang memiliki fungsi sama dengan ZPT alami, meskipun memiliki struktur kimia yang berbeda. Dalam praktiknya, sering kali ZPT sintetik (buatan manusia) lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk kepentingan usaha tani daripada ekstraksi ZPT alami.

Auksin

Auxins merupakan senyawa yang berfungsi mempengaruhi perbesaran sel, pembentukan tunas dan menumbuhkan akar. Auksin juga berfungsi mempromosikan produksi hormon lain dan bersamaan dengan sitokinin mengatur pertumbuhan batang, akar dan buah sekaligus mengubah batang menjadi bunga.[2]

Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat (NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi.

Fungsi auksin ialah merangsang perpanjangan sel, merangsang aktivitas kambium, merangsang pembekokan batang, merangsang pantenokarpi, dan merangsang dominasi apikal.[3][4]

Sitokinin

Golongan sitokinin (bahasa Inggris: cytokinin), sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait pembelahan sel"). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma ikan hering, tetapi kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel.[5] Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP.

Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin) (PBA).

Giberelin atau asam giberelat

Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan diberi nama dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). GA3 merupakan substansi yang diketahui menyebabkan pertumbuhan membesar pada padi yang terserang fungi Gibberella fujikuroi.

Etilena

Etilena atau etena merupakan satu-satunya zat pengatur tumbuh yang berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien). Selain itu, etilena tidak memiliki variasi bentuk yang lain. Peran senyawa ini sebagai perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktik tanpa mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan tindakan menaikkan konsentrasi etilena di sekitar jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah tindakan pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara sebagian akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi etilena.

Berbagai substansi dibuat orang sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti ethephon (asam 2-kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH). Senyawa BOH dapat pula memicu pembentukan bunga pada nanas.

Kalium nitrat diketahui juga merangsang pemasakan buah, tetapi belum diketahui secara pasti hubungannya dengan perangsangan pembentukan etilena secara endogen.

Asam absisat

Asam absisat atau ABA merupakan kelompok fitohormon yang terkait dengan dormansi dan perontokan daun (senescense). ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk turunan tidak aktif yang disebut sebagai ABA metabolit. ABA sering dikelompokkan sebagai hormon inhibitor karena perannya yang kerap terkait dengan penundaan proses.

Inhibitor sintetik

Berbagai senyawa sintetik dibuat dan diperdagangkan untuk menghambat atau menunda proses metabolisme, seperti MH, (2-kloroetil)trimetilamonium klorida (CCC, merek dagang Cycocel dan Chlormequat), SADH, ancymidol, asam triiodobenzoat (TIBA), dan morphactin.

Pemahaman terhadap fitohormon atau hormon pada tumbuhan ini pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan Cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.

  • Fitoaleksin
  • Feromon
  • Hormon

  1. ^ a b Rimando T.J. 1983. Chemical control of plant growth. Dalam Bautista O.K. et al. Introduction to Tropical Agriculture. Department of Horticulture, College of Agriculture, University of The Phillippines at Los Baños. Manila. Hal. 266.
  2. ^ Osborne, Daphne J.; McManus, Michael T. (2005). Hormones, Signals and Target Cells in Plant Development (Developmental and Cell Biology Series). Internet Archive. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 158. ISBN 978-0-521-33076-3.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ Majda, Mateusz; Robert, Stéphanie (2018). "The Role of Auxin in Cell Wall Expansion". International Journal of Molecular Sciences. 19 (4): 1. doi:10.3390/ijms19040951. 
  4. ^ Pujiasmanto, Bambang (2020). Janner, Simarmata, ed. Peran dan Manfaat Hormon Tumbuhan: Contoh Kasus Paclobutrazol Untuk Penyimpanan Benih. Yayasan Kita Menulis. hlm. 4. ISBN 9786236761359.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ David W. S. Mok, Machteld C. Mok (1994). CRC Press. hlm. 8. ISBN 0-8493-6252-0.  Parameter |http://id.wikipedia.org/w/index.php?title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan) (available from Google books)

 

Artikel bertopik biologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hormon_tumbuhan&oldid=20490216"