Harapan dan dukungan gereja terhadap remaja dalam bentuk pelayanan adalah berkembang dalam hal

ragam suku keluarga bermakna​

gerakan pertama dalam tari Zapin Melayu Riau adalahterima kasih​

Berikut yang menjadi lawan dari bani Quraisy ketika perang Fijar adalah .... a. Bani Israil b. Bani Zuhrah C. Bani Hawazin d. Bani Hasyim​

Apa yang terjadi denga adanya kedatangan portugis di masa kerajaan ternate tidore

Jatuh ke tangan belanda pada 5 januari 1815, ibu kota kerajaan indragiri kembali dipindahkan oleh sultan indragiri xvii atau sultan ibrahim ke rengat. … pada masa pemerintahan sultan indragiri xvii inilah undang-undang kerajaan mulai disusun. selain itu, sultan ibrahim diketahui pernah ikut dalam perang teluk ketapang untuk merebut malaka dari belanda pada 18 juni 1784

1.Sebutkan beberapa keahlian yang dimiliki oleh Ibnu Al-Baitar!2. Jelaskan secara singkat mengenai isi karya Daud Al-Antaki, yaitu Risalah fil Ta’ir w … al Ukabi!3. Sebutkan nama lengkap Abdul Latif bin Yusuf bin Muhammad Al-Baghdadi!4. Jelaskan yang dimaksud dengan tawakkul!5. Sebutkan 3 (tiga) ulama dan ilmuwan muslim pada masa Dinasti Ayyubiyah!​

Jelaskan pengaruh pd 1 terhadap perubahan bentuk pemerintahan beberapa kekaisaran besar eropa.

Latar belakang terjadinya insiden hotel yamato disebabkan karena .... * jepang meracuni cadangan air minum rakyat pasukan sekutu ingin merampas sennja … ta milik rakyat beberapa orang belanda mengibarkan bendera belanda kedatangan pasukan sekutu membonceng tentara nica

Mengapa pate kadir (katir) melakukan rencana perlawanan terhadap portugis

Pada tahun 1999 timor-timur memisahkan diri dari nkri melalui jejak pendapat lepasnya timor-timurdari nkri tidak lepas dari campur tangan pihak asing … yang melakukan intimidasi dan provokasi terhadap urusan dalam negeri negara indonesia .uraian tersebut merupakan contoh ancaman dibidang....

Salah satu indikator yang umum digunakan dalam melihat keberhasilan sebuah gereja lokal adalah jumlah persentase jemaat yang melayani, tidak terkecuali para generasi muda. Bagaimana keterlibatan kaum muda di Indonesia dalam pelayanan di gereja ? Apakah keterlibatan tersebut mempengaruhi aspek spiritualitas pribadinya ?

Untuk menjawab hal tesebut, mari kita melihat hasil survei Bilangan Research Center (BRC) yang berjudul Spiritualitas Generasi Muda Kristen di Indonesia. Pada tahun 2018, BRC telah melakukan survei terhadap 4.095 generasi muda Kristen (15 – 25 tahun) yang tersebar di 42 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

Hasil survei mengatakan bahwa 7 dari 10 generasi muda Kristen di Indonesia yang rutin beribadah terlibat dalam pelayanan. Rata-rata mereka melayani sebagai pengurus kaum muda, tim pujian dan penyembahan, tim pelayanan musik, penerima tamu, kolektan, dan panitia beberapa acara besar gereja. Persentase perempuan yang melayani di gereja lebih banyak dari pada laki-laki. Jika dilihat berdasarkan wilayah, Sulawesi memiliki persentase terbesar (73.9%) dalam hal tingkat partisipasi, sedangkan yang paling sedikit adalah Jabodetabek (61.9%).

Kembali pada pertanyaan utama, apakah keterlibatan dalam pelayanan tersebut mempengaruhi spiritualitas mereka ? Mari kita lihat implikasinya pada kemungkinan untuk bersaksi dan membimbing pertumbuhan kerohanian orang lain. Mereka yang terlibat dalam pelayanan 47% lebih mungkin untuk bersaksi tentang Yesus dan mengajak untuk ikut Yesus dibandingkan dengan yang hanya rutin beribadah. Selain itu, mereka juga 26% lebih mungkin untuk membimbing dan menolong pertumbuhan kerohanian orang lain.

Keikutsertaan dalam pelayanan juga berdampak positif pada kedisiplinan rohani. Mereka cenderung 4 kali lebih mungkin untuk membaca Alkitab secara rutin dan 3 kali lebih mungkin untuk mengambil waktu berdoa (selain makan dan tidur) secara rutin. Standar rutin yang dimaksud dalam survei ini adalah minimal 3 kali dalam seminggu.

Berdasar hasil survei tersebut dapat dikatakan bahwa keterlibatan kaum muda dalam pelayanan di gereja berpengaruh sangat signifikan terhadap kehidupan spiritualitas. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan persentase keterlibatan tersebut. Lalu, hal-hal apa saja yang dapat membuat kaum muda ikut dalam pelayanan di gereja ? Jika dikelompokkan, terdapat 2 faktor utama yang secara cukup signifikan dapat membuat kaum muda yang rutin ke gereja untuk ikut dalam pelayanan, yaitu gereja dan orang tua

1. Gereja

Gereja adalah pihak yang paling mempengaruhi remaja untuk ikut tidaknya dalam pelayanan. Kaum muda yang merasa bahwa gereja mendorong untuk terlibat pelayanan akan cenderung 1.6 kali lebih mungkin untuk terlibat pelayanan. Mereka yang punya mentor juga 1.4 kali lebih mungkin untuk melibatkan diri dalam pelayanan.

Selain dorongan secara aktif yang diberikan oleh gereja, ada juga mereka yang tergerak karena mendapatkan manfaat dari gereja itu sendiri. Mereka yang menemukan teman sejati (komunitas) akan cenderung 1.4 kali lebih mungkin untuk ikut melayani. Sedangkan mereka yang mendapatkan manfaat dari program-program gereja, baik itu khotbah hari Minggu, Bible Study, seminar, maupun diskusi akan 1.3 kali lebih mungkin untuk terlibat dalam pelayanan dibandingkan dengan yang tidak mendapat apa-apa.

2. Orang Tua

Orang tua sebagai lingkungan terkecil dan role model juga cukup berpengaruh bagi generasi muda untuk aktif dalam pelayanan di gereja. Mereka yang orangtuanya sangat rajin beribadah akan 1.4 kali lebih mungkin untuk terlibat melayani, sedangkan mereka yang ayahnya sangat aktif dalam pelayanan cenderung 1.3 kali lebih mungkin untuk aktif melayani. Selain itu juga mereka yang spiritualitasnya dibimbing dengan baik oleh orangtuanya akan cenderung 1.2 kali lebih mungkin untuk ikut pelayanan. Dalam survei tidak ditanyakan keaktifan ibu dalam pelayanan, sehingga tidak dapat dilihat dampaknya.

Lalu, apa yang gereja dapat lakukan ?

1. Hamba Tuhan perlu mengkomunikasikan visi yang besar dan menantang bagi generasi muda

Hasil lain dalam survei ini menyatakan bahwa kaum muda masa kini membutuhkan visi yang besar dan menantang. Untuk lebih memahami hal ini, mari kita melihat hasil survei Barna pada kaum muda di Amerika yang dirilis dalam buku Gen Z. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa Generasi Z adalah generasi yang paling berorientasi pada kesuksesan. Mereka menganggap bahwa pencapaian personal baik pendidikan maupun pekerjaan adalah hal yang paling utama dalam hidup (43%), melebihi keluarga (34%) dan agama (34%). Tanda paling kedewasaan paling utama bagi mereka adalah kebebasan secara finansial (42%), jauh melebihi kedewasaan emosional (23%) dan usia (17%). Hal yang ingin mereka capai sebelum usia 30 antara lain mengejar mimpi (55%), menikmati hidup sebelum menjalankan tanggung jawab sebagai orang dewasa (38%), dan mencari jati diri (31%). Jika fenomena ini juga terjadi di Indonesia, akan sangat menjelaskan alasan mengapa kaum muda saat ini suka dengan gereja atau kotbah yang memberi visi besar dan menantang, karena sesuai sesuai dengan kebutuhan atau target dalam kehidupan mereka.

Dengan adanya kesesuaian antara apa yang ditawarkan gereja dengan kebutuhan kaum muda, serta hasil berupa semakin berkembangnya kaum muda karena berusaha mewujudkan tujuan besar dalam hidup mereka tersebut, maka gereja telah memberikan manfaat yang positif bagi generasi muda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika kaum muda mendapat manfaat dari gereja maka mereka akan lebih mudah untuk ikut dalam pelayanan yang ada di gereja.

2. Komunikasi yang rutin dengan digital media / omni channel

Media komunikasi sangat penting dalam mengajak kaum muda untuk berpartisipasi dalam pelayanan. Pemilihan media yang tepat serta cara yang sesuai dengan gaya hidup kaum muda akan menciptakan komunikasi yang baik dan efektif antara gereja dan kaum muda.

Salah satu keuntungan dari hidup di masa kini adalah kita dapat berkomunikasi dengan para remaja dan pemuda di mana pun dan kapan pun, tidak hanya menunggu saat bertemu di gereja. Data dari Google Consumer Barometer edisi Januari 2019 menunjukkan bahwa 56% penduduk Indonesia sudah menggunakan internet dan 79% di antaranya mengakses internet setiap hari. Mereka menggunakan internet rata-rata 8.5 jam per hari dan menggunakan media sosial 3.5 jam per hari. Ini merupakan peluang yang besar bagi gereja untuk membangun komunikasi melalui hal-hal tersebut. Gereja dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup ini untuk menjalin hubungan dengan kaum muda gereja serta mengajak mereka untuk bergabung dalalam pelayanan di gereja.

Sudah saatnya gereja melakukan komunikasi melalui internet atau dunia digital, baik melalui website, media chatting (WhatsApp, LINE, dan lainnya), maupun media sosial (Instagram, LINE, dan sebagainya). Yesus semasa hidupnya menghabiskan banyak waktu dengan para murid-Nya. Yesus memberikan pemaknaan hidup yang baru dan mentransformasi hidup mereka. Ini adalah metode penggembalaan yang dipakai oleh Yesus pada masa itu. Memang pada masa kini hal tersebut sulit dilakukan, karena perbedaan sosiologis dan budaya. Akan tetapi, dengan kemajuan penggunaan internet pada masa ini para Hamba Tuhan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan penggembalaan pada kaum muda karena dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja jika memanfaatkan segala media digital yang tersedia.

3. Pembentukan kepanitiaan untuk berbagai program camp atau program pelayanan

Untuk dapat melibatkan semakin banyak kaum muda dalam pelayanan, maka dibutuhkan wadah kepanitiaan atau kepengurusan yang cukup untuk menampung dan sesuai dengan kapabilitas dan minat dari kaum muda yang ada di gereja. Kepanitiaan dalam berbagai program camp dapat menarik minat anak muda, karena dalam sebuah acara camp pasti dibutuhkan berbagai macam talenta seperti kreativitas acara, dekorasi, musik, dan lain sebagainya. Mereka bisa mengaktualisasikan diri mereka dan terutama talenta mereka dalam kepanitiaan tersebut.

Selain itu juga perlu membuka peluang bagi kaum muda untuk melayani di berbagai program pelayanan mingguan, agar mereka dapat menyalurkan talenta dan sekaligus menghargai keberadaan mereka dalam gereja. Penting untuk membuat mereka merasa dihargai dan dibutuhkan dalam pelayanan di gereja. Tentu saja membuat mereka merasa dibutuhkan bukan dalam artian pelayanan bergantung pada generasi muda, tetapi lebih menganggap kesetaraan atas keberadaan mereka di gereja, bukan sebagai “jemaat kelas dua”.

Tentu saja jika kaum muda sering terlibat dalam pelayanan, semakin banyak teman dan komunitas dalam gereja yang mereka miliki. Hal ini membuat mereka memiliki komunitas yang baik dan juga mereka semakin aktif melayani di gereja.