Sistem Navigasi Astronomi: Navigasi astronomi adalah suatu system penentuan posisi kapal melalui observasi benda angkasa seperti matahari, bulan, bintang dan planet-planet (sayarat). Instrumen navigasi yang digunakan adalah sextant, chronometer, dan kompas dengan perhitungan tabel-tabel serta almanak nautika. 4.2.1.2. Definisi terkait dengan bulatan angkasa Koordinat benda-benda angkasa pada bulatan angkasa dapat ditentukan dengan 3 (tiga) tata koordinat yaitu : (1) tata koordinat horizon dengan argumentasi azimuth dan tinggi benda angkasa; (2) tata koordinat katulistiwa dengan argumentasi sudut jam barat (LHA = Local hour angle) dan zawal benda angkasa; (3) tata koordinat ekliptika dengan argumentasi lintang astronomis dan bujur astronomis benda angkasa. Beberapa definisi terkait dengan tata koordinat angkasa adalah sebagai berikut :
Credit: Silvester Gambar 13 : Bulatan angkasa dan koordinat angkasa dari sebuah bintang. Terlihat pengukuran busur azimuth dan tinggi bintang diatas cakrawala (horizon) 4.2.1.3. Segitiga Paralaks
Credit: Silvester Gambar 14 : Sebuah segitiga bola di angkasa Keterangan gambar 14 : titik puncak pengamat atau zenith (T), kutub diatas cakrawala atau kutub angkasa (P) dan benda angkasa (S) sebagai titik sudut dan sisi-sisinya PT (90o – l); PS (90o – z) dan sisi TS (90o – ts) Segitiga paralaks merupakan dasar yang dipakai untuk menghitung azimuth benda angkasa dan menghitung titik tinggi/lintang/bujur. Rumus perhitungan titik tinggi menggunakan dasar posisi duga untuk mendapatkan tinggi hitung (th), yang dijabarkan selisihnya dengan tinggi sejati (ts) dari benda angkasa yang diukur tingginya dengan menggunakan sextant. Rumus ini ditemukan oleh Commander Adolphe Laurent Anatole de Blonde de Saint Hilaire (French Navy, tahun 1875). Rumus dasarnya :
4.2.1.4. Penentuan Sudut Jam (LHA) Matahari Koordinat-koordinat ini menjadi istilah baku yang dipakai dalam navigasi astronomi, baik dalam penggunaan tabel-tabel, diagram maupun dalam almanak nautika. Lukisan bulatan angkasa yang ada pada gambar 14 diatas berlaku bagi pengamat yang berada di lintang utara (karena kutub Utara angkasa berada diatas titik utara) Credit: Silvester Gambar 15 : Diagram Sudut Jam Barat Keterangan gambar 15 : G = Meridian Greenwich ? = Matahari atau bintang/planet γ = Aries ? = bulan Dari diagram diatas dapat dijabarkan ke dalam rumus untuk matahari, bulan, planet/sayarat dan bintang, sebagai berikut :
Dalam pengamatan bintang digunakan titik Aries (γ) sebagai titik tetap dan SHA * dihitung dari titik tersebut karena perubahan SHA * tersebut tidak terlalu besar. Data bintang (*) di almanak nautika hanya dicantumkan nilai SHA dan deklinasi setiap 3 (tiga) hari. Planet atau sayarat yang dipakai dalam navigasi astronomi ada 4 (empat) yaitu Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Karena dalam almanac nautika nilai GHA diberikan dalam derajat, maka bujur dari derajah yang bersangkutan dapat segera diterapkan untuk mendapat LHA dalam suatu derajat. Bilamana jumlah derajat lebih kecil dari 1800, maka sudut jam adalah barat dan bila nilai antara 1800 dan 3600 maka sudut jam menjadi sudut jam timur dengan mengurangkan jumlah nilai yang didapat dari 3600. Nilai yang lebih besar dari 3600 akan dikurangi dahulu dengan 3600. 4.2.1.5. Rumus Dasar LHA (Local Hor Angle)
Credit: Silvester Gambar 16 : Ilustrasi irisan sudut jam barat, dan sudut jam Greenwich untuk matahari Keterangan : Ku = Kutub Utara; GR = Greenwich; M = matahari; T = pengamat; EQ/Kat = katulistiwa; BB = Bujur barat; BT = Bujur timur LHA ? = GHA ? + BT LHA ? = GHA ? - BB Untuk menghitung sudut jam barat bintang diperlukan sebuah titik tetap yaitu γ (Aries). Sudut Jam Barat = sebagian busur katulistiwa angkasa dihitung dari titik Aries searah gerakan harian maya sampai titik kaki bintang. SHA * = 3600 – Rambat lurus * Credit: Silvester Gambar 17 : Ilustrasi irisan sudut jam barat, dan sudut jam Greenwich untuk bintang Keterangan : Ku = Kutub Utara; GR = Greenwich; M = matahari; T = pengamat; γ = titik Aries EQ/Kat = katulistiwa; BB = Bujur barat; BT = Bujur timur LHA * = GHA γ + SHA * + BT SHA * = Siderial Hour Angle sebuah bintang yaitu sudut yang diukur dari derajah Aries ke arah barat sampai ke derajah bintang yang bersangkutan SHA ialah sebuah bilangan untuk mencari GHA dengan perantaraan GHA ? GHA ? = Greenwich Hour Angle Aries yaitu sudut yang diukur dari derajah Greenwich ke arah barat sampai derajah ?
Perhitungan sudut (P) benda angkasa merupakan salah satu argument yang digunakan di dalam rumus titik tinggi. Nilai yang diperoleh dari LHA benda angkasa dengan tanda Timur atau Barat seperti contoh sebagai berikut : Misalnya : LHA 4000 B, maka P = 0400 B atau LHA = 3000 B, maka P = 0600 T Credit: Silvester Gambar 18 : Ilustrasi perhitungan sudut jam barat Keterangan : Ku = Kutub Utara; GR = Greenwich; T = pengamat; P = Sudut jam
Hubungan antara LHA ? dan P LHA ? antara 00 dan 1800, P = LHA ? = Barat LHA ? antara 1800 dan 3600, P = 360 - LHA ? = Timur LHA ? antara 3600 dan 5400, P = LHA ? – 3600 = Barat LHA ? antara 5400 dan 7200, P = 7200 – LHA ? = Timur Nilai GHA untuk tanggal dan jam GMT tertentu dapat dicari di dalam almanak nautika untuk tahun yang bersangkutan. Jam bulatnya dicari pada halaman harian dibawah kolom “sun” dan untuk menit serta detiknya dicari pada halaman increment juga pada kolom “sun”. Perhitungan sudut jam bintang agak berbeda dengan perhitungan sudut jam matahari. Karena jumlah bintang di langit ada sekian banyaknya, maka sebelum kita mengukur tinggi sebuah bintang, namanya harus diketahui lebih dahulu. Salah satu cara untuk menentukan nama bintang ialah dengan melihat rasinya. Kalau dengan pengenalan rasi bintang agak sulit, nama bintang tadi dapat pula dicari dengan star finder & identifier. Mula-mula dihitung dahulu LHA ?, kemudian dengan mencocokan LHA ? dan menggunakan piringan untuk lintang yang terdekat dengan lintang duga, maka dengan unsur tinggi dan azimuth, nama bintang tadi dapat diperoleh dengan mudah. Contoh perhitungan sudut jam (P) untuk benda angkasa matahari, planet dan bintang Pada tanggal 16 Januari 2018 di tempat duga 340 16’U/1750 18’T jam 09.00 waktu di kapal, diadakan pengamatan matahari (?) pada ppw = 08-12-13; ddk pengukur waktu = + 01-25-16. Hitung P matahari (?) Jawab : Waktu kapal = 09-00-00 (16 Jan) GHA ? = 1320 31’,7 BT (dlm waktu) = 11-41-12 - Incr = 90 22’,3 GMT duga = 21-18-48 (15 Jan) Bu T =1750 18’,0 + Ppw = 08-12-13 LHA ? = 3170 12’,0 Duduk = 01-25-16 + P matahari (?) = 0420 48’,0 T GMT = 09-37-29 = 21-37-29 (15 Jan)
Penjabarannya sebagai berikut : GMT : 12-21-34 ------- 12 Des 2018 GHA = 10 33’,0 zawal = 23006’,3 S Incr = 5023’,5 + d=0,2 = 0’,1 GHA = 6056’,5 zawal= 23006’,4 S Bujur Timur = 158012’,0 LHA = 165008’,5 diperoleh dari (158012’,0 + 6056’,5)
Penjabarannya sebagai berikut : GMT : 04-27-31---------4 Agust 2018 GHA = 2380 28’,1 zawal = 17015’,7 U Incr = 6052’,8 d=0,7 = -0’,3 GHA =245020’,9 zawal = 17015’,4 U Bujur Barat = 28039’,4- LHA = 216040’,5 = 143019’,5 diperoleh dari (3600 - 216040’,5 ) Pada tanggal 14 Pebruari 2018, tempat duga 20042’,0 U/1360 27’,0 T, jam 23.10 ZT diadakan pengamatan planet Jupiter pada ppw 11-42-10; duduk pw = + 00-39-05. Hitung : P planet Jupiter Jawab : ZT = 23-10-00 (14 Peb) GHA Jup = 940 07’,7 ZD = 09-00-00 - Incr = 50 18’,8 GMT duga = 14-10-00 (14 Peb) Bu T = 1360 27’,0 V cor = + 0’,8 (v = 2,3) Ppw = 11-42-10 LHA Jup = 235054’,3 Duduk = 00-39-05 + P Jup = 124005’,7 T GMT = 12-21-15 (14 Peb) 4.2.1.6. Penentuan Sudut Jam (GHA) Bintang Penentuan GHA dari bintang tidak dapat langsung dilaksanakan dari almanac nautika, karena sulit untuk membuat GHA dari tiap-tiap bintang yang akan diamati mencari GHAnya seperti yang sudah dilaksanakan untuk matahari. GHA Aries (γ) adalah sudut jam barat Aries terhadap derajah Greenwich dan kedudukannya diberikan setiap jam GMT. Untuk menit dan detik GMT dapat dicari di halaman belakang almanac nautika di halaman “increments and corrections” namun perubahan setiap jamnya dari Aries tiap 150, seperti matahari, namun 15002’,5 per jam waktu menengah. Contoh menentukan GHA Aries Untuk GMT : 09-12-32 tanggal 16 Juni 2018, kita peroleh GHA Aries sebagai berikut : GHA = 39035’,0 Incr. = 3008’,5 + GHA Aries = 42043’,5 -------------untuk Aries biasa ditulis GHA γ Nilai yang dinamakan SHA (Siderial Hour Angle) sebetulnya adalah nilai sudut jam barat dari bintang terhadap titik Aries. Siderial Hour Angle dari bintang-bintang diartikan busur dari katulistiwa yang dihitung dari titik Aries sejalan dengan pergerakan harian maya sampai dengan lingkaran zawal dari bintang tersebut (perhatikan gambar 14). Dalam halaman belakang almanak nautika, terdapat daftar dari 173 bintang serta SHA dan zawalnya. Untuk memudahkan maka terdapat juga daftar bintang-bintang yang sering dipakai untuk navigasi karena terang dan letaknya yang dapat dibaca di halaman-halaman harian dengan SHA dan zawalnya (57 bintang). Selain itu dalam halaman almanac nautika juga terdapat sebuah halaman lepas terbuat dari kertas tebal dengan nama bintang-bintang sesuai abjad. Magnitude bintang artinya terangnya bintang dan untuk bintang yang terang magnitudenya lebih kecil. Contoh untuk Sirius mag. -1,: Vega = 0,1. Contoh perhitungan sudut jam (P) untuk benda angkasa bintang
duduk pada waktu itu adalah (-) 0.04.07 Hitunglah : Sudut Jam Bintang (P *) Bellatrix Jawab : ZT di kpl = 22-15-00 (7 Maret) ZD = 04-00-00 GMT duga = 02-15-00 (8 Maret) ppw = 02-57-18 ddk =(-)0-04-07 + GMT = 02-53-11 (8/3) GHA ? (02j) = 1950 43’,9 Incr. (53’11”) = 130 19’,9 SHA * = 278028’,6 + GHA* = 4870 31’,4 BB = 0670 14’,0 - LHA * = 4200 17’,4 P * = 0600 17’,4 B
Penjabarannya sebagai berikut : GMT : 01-32-18-----------12 Desember 2017 GHA γ = 950 55’,5 Incr = 8005’,8 SHA * Deneb = 49029’,7 + GHA Deneb = 153031’, 0 Bujur Timur = 121024 LHA * = 274055’,0 = 85005’,0 T (diperoleh dari 3600 - 274055’,0)
Menurut Martopo ( 1992), seorang navigator di kapal harus mampu melayarkan kapalnya sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan aman. Kecermatan perhitungan dan pengamatan ditunjang oleh kemampuan mengambil keputusan secara tepat waktu dan tepat sarana, merupakan tuntutan terhadap kemampuan seorang perwira nautika. Dibandingkan dengan sistem navigasi yang lain, tingkat keseksamaan navigasi astronomi cukup baik khususnya jika kapal berada jauh dari daratan. Pada sistem navigasi satelit yang dimulai dari NNSS (Navi Navigation Satelite System) hingga GPS (Global Positioning System) posisi juga diperoleh secara akurat, sebagai salah satu alternatip dalam penentuan posisi kapal di laut. Menyadari sepenuhnya bahwa navigasi memerlukan banyak keterampilan praktik, maka pengalaman berlayar sebagai perwira kapal pelayaran samudera selama sedikitnya lima tahun mutlak diperlukan. Dalam observasi benda angkasa pada navigasi astronomi terdapat beberapa kemungkinan kesalahan yang dapat mengakibatkan ketelitian posisi kapal berkurang. Kesalahan yang nilai dan tandanya sama untuk setiap observasi atau mempunyai prosentase yang sama. Misalnya keslahan pribadinavigator, kesalahan menjabarkan koreksi indeks sextant dan keslahan pada nilai ptlm (penundukan tepi langit maya) Kesalahan dengan nilai dan tanda yang berbeda untuk setiap observasi, misalnya kesalahan yang dilakukan karena pembulatan pembacaan sextant, pembulatan pembacaan chronometer dan pembulatan koreksi indeks sextant Kesalahan cukup besar dan disebabkan oleh kekurangahlian (kemampuan teknis), misalnya salah membaca tinggi ukur sextant, salah dalam mengitung dan salah membaca waktu pada chronometer. |