Gagasan pencerahan Aufklärung mencapai puncaknya dengan terjadinya

SEJARAH ABAD PENCERAHAN

Daniel S. Stephanus (Anggota CU Sawiran)

PENGANTAR

Abad Pencerahan atau Zaman Pencerahan (bahasa Inggris: Age of Enlightenment; bahasa Jerman: Aufklärung) adalah suatu masa di sekitar abad ke-18 di Eropa yang diketahui memiliki semangat revisi atas kepercayaan-kepercayaan tradisional, memisahkan pengaruh-pengaruh keagamaan dari pemerintahan. Bertolak dari pemikiran ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya diskusi-diskusi dan pemikiran ilmiah. Ideologi Sekularisme menjadi dasar tonggak peradaban maju Eropa.

Semangat ini kemudian ditularkan pula kepada koloni-koloni Bangsa Eropa di Asia, termasuk Indonesia, walaupun Indonesia bukan negara yang berpaham Sekularisme. Contoh nyatanya adalah pendirian Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Museum Gajah), suatu perhimpunan untuk menelaah ditinjau dari riset-riset ilmiah.

Zaman Pencerahan terjadi sekitar tahun 1687-1789M, adalah masa-masa yang produktif bagi sejarah budaya barat. Seperti ditemukannya bubuk mesiu, mesin cetak, dan kompas yang menjadi perubahan besar, serta mempengaruhi dunia hingga saat ini,

Terdapat 4 ciri Transformasi di Zaman Pencerahan:

  1. Early Capitalism/ Mercantilism
  2. Kemandirian/ Individualism
  3. Berperannya aspek-aspek rasional
  4. Pesatnya kemajuan teknologi

Sejaran Abad Pencerahan

Sekilas Tentang Gerakan Pencerahan di Eropa Abad XVIII

Abad Pencerahan merupakan masa transisi akhir abad pertengahan menuju awal zaman modern, selama abad ke XVIII di Eropa terjadi peristiwa penting, yakni tercipntanya suatu kosmologi baru. Kosmologi pada zaman pencerahan diartikan sebagai suatu paham dari orang-orang intelektual Eropa yang mempercayai bahwa penggunaan akal pikir akan membimbing menusia untuk menemukan hukum-hukum alam (Human Culture) yang semuanya bisa memberi pencerahan. Zaman pencerahan atau abad pemikiran sering disebut dengan istilah Aufklarung. Adapun ciri-ciri abad pencerahan adalah sebagai berikut.

Penduniawian Terhadap Ajaran

Para filsuf dan ahli agama abad Pertengahan menafsirkan alam semesta dan manusia berdasar norma-norma kitab suci, sedangkan orang-orang pencerahan cenderung kepada peniadaan wewenang keagamaan dan makin berpaling pada penduniawian ilmu pengetahuan. Para pemikir abad pencerahan berkeyakinan bahwa pintu gerbang menuju ke pengertian bukanlah berdasar wahyu, melainkan berdasar pada ilmu pasti, pemikiran dan logika. Kepercayaan terhadap kebenaran gereja benar-benar telah digoncangkan. Kesangsian terhadap ajaran agama kemudian berkembang ke bidang filsafat dimana kebenaran menurut sudut pandang ilmu pengetahuan dapat dijelaskan oleh pemikiran manusia. Wahyu sebagai sumber kebenaran ditinggalkan, sedangkan tradisi dan adat dipatahkan oleh akal. Injil sebagai lambang kekuasaan juga mengalami kritik yang menuntut pertanggungjawaban dari segala gejala.

Keyakinan Pada Pemikiran

Zaman pencerahan merupakan abad keyakinan pada tingkat rasional dari alam dan pada hukum-hukum ilmiah yang langgeng. Pemikiran manusia adalah suatu penentu yang berkuasa penuh pada semua hal. Suatu penuntun yang kuat dan berfaedah, yang lebih agung daripada semua wewenang yang bersifat tradisional. Menurut orang-orang pencerahan, manusia telah ditentukan untuk menggunakan kemampuan intelektualnya dalam mengupas kegaiban alam yang berganda dan juga pikirannya sendiri. Menurut abad pencerahan, alam adalah suatu konsep yang keseluruhannya baik, alam merupakan dunia luar dimana mereka hidup, dimana segala sesuatu yang terjadi tidaklah semuanya alamiah. Mereka tidak percaya akan mukjizat dan kalau masih percaya pada tuhan, mereka menganggap tuhan sebagai “Tukang Mesin, pembuat jam” di alam semesta.

Paham Serba Guna

Jiwa zaman pencerahan bersifat serbaguna (Utilitaris) dan praktis. Manusia berusaha mencapai kebahagiaan serta kesejahteraan sendiri dengan membentuk kembali hidup dan masyarakatnya diatas bumi. Hal inilah yang memunculkan paham tentang martabat manusia. Ide dasar pencerahan merupakan kepercayaan bahwa semua umat manusia didunia ini bisa mencapai tingkatan yang sempurna. Manusia bertanggung jawab pada dirinya sendiri bukan pada Tuhan. Akal manusia telah menggantikan wahyu tuhan, asas pembebasan jiwa manusia bukan ditentukan oleh rahmat tetapi oleh akal. Manusia berhak mencari dan mengumpulkan kekayaan demi kebahagiaan dunia. Pikiran manusia yang bersifat serbaguna dan praktis dengan menempatkan kemajuan ilmu dan teknologi dapat meraih kemakmuran, sehingga muncullah paham tentang hak atas Kebahagiaan.

Optimisme dan Percaya Diri Sendiri

Orang-orang pencerahan sangat yakin dan optimisme, percaya penuh akan kemampuan mereka untuk menemukan hukum-hukum alam serta untuk menyempurnakan dunia dan hidup ini sesuai dengan pendapat mereka melalui ilmu pengetahuan yang bersifat alamiah, mereka yakin akan dapat memperoleh penemuan-penemuan yang mengarah pada kesempurnaan jatidiri manusia. Mereka yakin dan optimis melalui penyelidikan dan penelitian akan dapat mengungkap rahasia-rahasia alam.

Tokoh-tokoh pencerahan yang berpengaruh dan mempunyai minat beragam dalam membahas berbagai masalah yang menyangkut kehidupan manusia seperti ilmu tentang pengetahuan alam, filsafat, politik, kesusastraan serta sejarah.generasi pertama penyebar gerakan pencerahan yang bersifat moderat diantaranya adalah John Locke, Sir Issac Newton, Voltaire dan Montesquei.

Historiografi Pada Masa Pencerahan

Abad ke-18 dikenal sebagai abad Rasionalisme dan Sekularisme. Rasionalisme ditandai dengan adanya tuntutan manusia untuk berfikir menggunakan logika, kritis, skeptisis dan juga realistis, sedangkan sekularisme muncul karena adanya ketidak percayaan terhadap dogma agama yang selama abad pertengahan peran agama tidak memberi kontribusi nyata bagi kehidupan manusia, sehingga muncul pemikiran sekuler yang lebih menitikberatkan pada kehidupan duniawi. Kepercayaan akan rasio pada abad ke-18 sangat dimajukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu, misalnya Issac Newton telah mendasarkan fisika klasik dengan bukunya Philosophiae naturalis principia mathematica dan juga lahirnya ensiklopedi sebagai usaha untuk mengumpulkan segala pengetahuan secara sistematis. Pemikiran pada abad  pencerahan ini mempengaruhi penulisan sejarah pencerahan yang merupakan landasan dari penulisan sejarah modern. Perubahan besar yang terdapat dalam tema historiografi masa pencerahan diantaranya adalah:

Perubahan penekanan dari sejarah bentuk-bentuk pemerintahan dalam arti sempit menuju pada struktur sosial dimana lembaga-lembaga tersebut terbentuk.

Konsep sejarah siklis mulai digantikan oleh model linear dalam perkembangan manusia.

Selain berpengaruh terhadap penulisan historiografi, abad pencerahan juga berpengaruh pada tema central dalam filsafat, tema yang paling menonjol dalam filsafat sejarah pencerahan ialah teori kemajuan dan teori “empat tingkatan” dalam menjelaskan gerak sejarah. tokoh yang berperan dalam teori tahap-tahap perkembangan manusia antara lain adalah:

Adam Fergusson dalam “An Essay on the History of Civil Society” (1767) menyebutkan bahwa ilmu sosial semestinya bertitik tolak dari persoalan subsistensi (mata pencaharian) sebagai faktor oenentu dan bahwa ‘mode subsistensi’ berkembang dari masyarakat pemburu menuju masyarakat pedesaan dan pertanian, hingga akhirnya menjadi masyarakat komersial (kapitalis)

Jean Jacques Rousseau dalam “Discourse on the Origin of Inequality” (1755) mendeskripsikan tiga tahapan evolusi manusia keluar dari keadaan alaminya : 1) Pembentukan keluarga dan properti pribadi 2) Inovasi dalam teknologi pertanian dan metalurgi, menyebabkan pembagian kerja secara masif, dan 3) Pembentukan lembaga politik dan negara

Marquis de Condorcet menulis “Sketch for a Historical Picture of the Progress of the Human Mind”. Karya yg tidak selesai hingga penulisnya wafat pada 1794, menyebut tak kurang dari sepuluh tahapan sejarah manusia, yang diakhiri dengan masa Revolusi Prancis sebagai ‘akhir sejarah’ dalam tiga hal pokok: penghapusan ketidaksetaraan antar bangsa, kemajuan dalam hal kesetaraan manusia dalam diri bangsa-bangsa tersebut, serta tercapainya keadaan kesempurnaan / kebajikan bagi umat manusia

Giambatista Vico (1668-1744), ahli hukum dan filsuf-sejarawan asal Neapolitan, Italia menulis karya terbaiknya “The New Science” dimana ia mengungkapkan teori mengenai evolusi sosial yang paling maju pada masanya, sehingga ia juga dianggap sebagai pelopor menuju mazhab ‘historisisme’ dalam penulisan sejarah. Pemikiran Vico mempengaruhi konsep2 sentral dalam filsafat dan penulisan sejarah modern seperti “metode hipotetik-deduktif”, “imajinasi rekonstruktif”, atau “penalaran kontekstual”.

Sedangkan  filsafat pada abad pencerahan dicirikan sebagai berikut:

Hukum Alam sebagai prinsip dasar, adanya revolusi Sains dan filsafat Descartes memunculkan pandangan bahwa berbagai pemikiran (etika, sosial dan politik) harus didasarkan pada hukum alam daripada atas dasar agama/wahyu.

Teori mengenai perjanjian (kontrak) sosial ialah penjelasan ideal mengenai bagaimana suatu institusi sosial-politik harus dibangun untuk melayani kepentingan suatu kolektifitas manusia tertentu. Berbagai teori kontrak sosial telah dibahas dalam karya Thomas Hobbes, John Locke dan Jacques Rousseau

Gagasan mengenai kamajuan (progress) sebagai hukum alamiah dari kehidupan manusia. Teori ini dianut oleh sebagain besar filosof beraliran liberal akan tetapi yang paling utama dipelopori oleh Voltaire. Ia menolak filsafat sejarah kristen seperti digagas St. Augustinus bahwa sejarah digerakkan oleh pertentangan antara kekuatan ilahiah dan kegelapan, melainkan oleh perjuagan antara akal budi dan takhayul.  

Tokoh atau Penulis Sejarah Abad pencerahan

Tokoh pemikir atau Sejarawan abad pencerahan itu diantaranya adalah:

Edward Gibbon (1737 – 1794)

Gibbon adalah seorang sejarawan Inggris, yang juga pernah menjadi anggota parlemen Inggris  yang menulis mengenai keruntuhan kekaisaran Romawi yaitu Decline and Fall of the Roman Empire (1737 – 1788). Menurut Gibbon bahwa kekaisaran Romawi yang sangat besar dan kuat itu ternyata secara berangsur-angsur mengalami kerapuhan dari dalam.-Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada masa kejayaannya masyarakat Romawi sekaligus juga mulai mengalami kemerosotan (dekadensi) dalam bidang moril. Sebagai penyebabnya adalah karena rakyat Romawi itu sangat dimanja atau terlalu banyak diberi kesempatan untuk berfoya-foya dan bersenang-senang, yang dikenal dengan istilah “roti” dan “permainan”. Artinya bahwa memang sudah berkelebihan dalam memenuhi kebutuhan akan makan (subsistensi), rakyat Romawi juga banyak dihibur dengan pertunjukkan-pertunjukkan di Collesium, misalnya adu manusia (gladiator) melawan binatang, manusia lawan manusia dan lain sebagainya. Dengan demikian walaupun secara fisik peradaban bangsa Romawi itu lebih tinggi daripada suku-suku atau bangsa-bangsa lainya di Eropa, namun demkiann dari segi moril justru mengalami kemerosotan, atau bahkan bias dikatakan tidak beradab. Pada masa-masa seperti itulah bangsa Romawi tidak mampu menahan serangan suku-suku bangsa lain yang dianggap bar-bar oleh bangsa Romawi.

Mengenai teori Gibbon tersebut, seorang sejarawan modern yaitu Max Weber menyatakan menolak teori tersebutdan penjelasan: bahwa keruntuhan Romawi terutama disebabkan oleh golongan minoritas Kristen yang berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh masyarakat Romawi.

Voltaire (1694 -1778)

Voltaire dikenal sebagai penulis yang paling representative dari zaman pencerahan. Karya-karyanya berwawasan luas dan termasuk genre sastra, menunjukan nilai-nilai filsafat yang hidup. Voltaire dikenal dalam sejarah sebagai penyair, penulis drama, penulis essay, penulis cerita pendek, filosof, dan sejarawan. Ia menginginkan mendapat status sebagai penyair. Filsuf idolanya David Hume, ia menolak untuk bersubordinasi belajar dengan membatasi diri pada pengkajian tentang etika yang diterima sebagai doktrin keagamaan. “Hendriade” (1728) merupakan karyanya yang panjang. Filsafat menjadi inti puisi-puisi filosofisnya. Karya –karya Voltaire yang ditulis setelah perjalanannya ke Inggris, merapakan bom pertama yang akan menjatuhkan Rejim lama (Ancient Regime). Voltaire menyadari kekuatan dan arti karyanya yang berjudul The Philosophical Letters, sehingga ia berusaha menjaganya dari perdaran umum. Voltaire memuji toleransi beragama serta kebebasan yang dimiliki orang-orang Inggris sebaliknya ia mengecam hirarki gereja yang kaku dan penindasan-penindasan terhadap kebebasan yang paling mendasar di negerinya sendiri. Ia lebih menyukai para filsuf Inggris yang empiris, ia juga mengabaikan prasangka kebangsaan Di tempat tinggalnya di Cirey, ia menghasilkan karya-karyanya di bidang filsafat, eksperimen-eksperimen di bidang fisika dan usaha mempopulerkan metafisika Newton, serta menjadi pionir dalam melakukan kritik terhadap kitab injil. Yang terpenting bagi sejarawan, Voltaire-lah yang memulai penulisan sejarah modern dalam historiografi Perancis. Karyanya yang terkenal dibidang sejarah adalah The Age Of Louis XIV yang ditulis pada awal tahun 732.

Dengan membaca karya ini orang akan mengetahui atau memahami kebudayaan Perancis abad ke 17, maka tidak salah karya ini merupakan karya yang paling berharga. Tujuan penulisan karya ini adalah untuk melukiskan semangat zaman (ZeitGeist), dan ia berhasil. Karyanya yang lain yang berjudul “ The Essay on te Custom and the spirit of Nations”, karya ini sengaja di tulis khusus untuk istrinya Madame du Chatelet. Di publikasikan untuk pertama kalinya pada tahun 1756. Ia mengalihkan kembali pandangan Kristen tentang masa lalu, menjadi pandangan yang sama sekali sekuler dari seuatu sejarah umum. Voltaire menulis sejarah tidak lagi menjadikan kisah orang-orang pilihan dari suatu sudut di muka bumi ini. Dan injil tidak lagi menjadi otoritas historis tertinggi, dan geografi jauh melewati apa yang diketahui oleh kaum Kristen atau kaum Yahudi. Pengetahuan sejarah telah mengalami kemajuan sejak masa Voltaire Dia menunjukan bahwa sejarah profane adalah sejarah manusia dan itu adalah subjek yang pantas dalam study sejarah. Berbagai karya Voltaire yang terbit selama 30 tahun terakhir hidupnya, berdasarkan tujuan penulisan itu dapat digabungkan menjadi karya yang mewakili humanitas. Ada dua karya dari periode ini yang masih cemerlang sekarang adalah Candide (1759) yang merupakan kaya sastra social yang terbesar; dan Philosophical Dictionary( 1764) yang berisikan kritik tajam terhadap teologi Kristen. Ia meninggal pada tahanu 1778. Ia terkenal dengan usahanya untuk mewakili oaring Perancis yang tertindas.

Slogan Abad Pencerahan “sapere aude!”

Abad pencerahan (Age of Enlightenment/1685-1815) adalah suatu periode dalam sejarah manusia yang ditandai dengan optimisme yang tinggi pada kemampuan rasio manusia untuk mencipkatan kemajuan. Abad pencerahan merupakan era ketika manusia mencari cahaya baru melalui rasionya. Setelah itu, tuhan tidak terlibat atau campur tangan lagi dalam urusan dunia. Gagasan pencerahan semacam ini disebut dengan deisme. Abad pencerahan berlangsung pada abad 17-18 masehi (1685-1815). Sumber lain mengatakan, periode ini membentang antara apa yang disebut “The Glorius Revolution” 1688 di Inggris dan Revolusi Prancis 1789. Negara-negara pelopornya adalah Inggris dan Prancis. Gagasan pencerahan mencapai puncaknya dalam Revolusi Prancis (1789-1799) melalui Revolusi ini, tatanan sosial-politik hierarkis tradisional, seperti monarki Prancis, privilese-privilese bagi kaum bangsawan, serta kekuasaan politik dan otoritas gereja, dihancurkan secara kejam, kemudian digantikan oleh tatanan sosial-politik yang diilhami ide-ide pencerahan: kebebasan(liberte), kesetaraan(egalite), dan persaudaraan (fraternite).

Secara umum, umat manusia hanya berhasil melahirkan perkembangan dalam bidang humaniora: filsafat, politik, seni, sastra, hukum, dan semacamnya. Oleh filsuf Jerman, Immanuel Kant,(1724-1804), jawaban atas pertanyaan itu dirumuskan dengan padat, “karena manusia belum berani menggunakan rasionya”. Menurutnya manusia belum berani menggunakan rasionya karena masih dikuasai oleh otoritas-otoritas lain, seperti tradisi, Kitab suci, Gereja, dan Negara. Jadi, inilah kata-kata Kant yang kemudian menjadi slogan utama Abad Pencerahan, “Beranilah berpikir sendiri!(sapere aude!)”.

Pencerahan di Inggris dan Prancis

Ciri khas Pencerahan di Inggris adalah dianutnya Deisme. Pencerahan di Inggris juga memicu Revolusi Industri. Khususnya di Prancis, gerakan pencerahan berjalan secara amat Liberal dan Radikal dengan sentimen-sentimen anti Gereja. Voltaire (1694-1778), Misalnya, menyerukan pemusnahan gereja. Berbagai perang dan Revolusi di Abad ke 19, wabah penyakit, kemiskinan, eksploitasi buruh-buruh dan anak-anak, serta eksploitasi oleh manusia atas manusia lain melaui praktik imperialisme semakin membuktikan keterbatasan rasio.

Pemikiran Filsafat, Abad Pencerahan, & Revolusi Industri

Kehidupan umat manusia khususnya di Eropa dan di belahan dunia lain pada umumnya mengalami kemajuan di bidang industri,ekonomi,sosial dan budayanya tidaklah lepas dari terbebasnya pemikiran manusia atas dogma gereja di Eropa pada abad ke IV sampai ke XV.Ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia yang sebelumnya mengalami stagnan di bidang pemikiran,yang menghambat peradaban umat manusia.

Keterkekangan tersebut membuat para pemikir-pemikir Eropa saat itu melihat kejayaan pada masa filsafati Yunani-Romawi kuno dapat menopang peradaban besar saat itu,hal itulah yang membuat mereka terinspirasi untuk kembali membuka cakrawala pemikiran dengan dasar berfikir yang telah di paparkan oleh para filsuf zaman kuno Yunani seperti Sokrates, Aristoteles, Plato dan sebagainya.

Kemudian munculah tokoh-tokoh seperti Leonardo da vinci, Michelangelo, Francis Bacon, Niccolo Machiavelli. Salah satu jembatan pemikiran bagi generasi-generasi selanjutnya adalah Rene Descartes yang mengatakan “cogito ergo sum” (aku berfikir, maka aku ada), yang mengutamakan pikiran daripada materi.

Revolusi ilmiah yang didasarkan atas pemikiran yang bersandarkan pada pikiran ini,menghantarkan arti penting bagi terbitnya Abad pencerahan.Keberadaan ilmuwan dengan berbagai teorinya tentang alam semesta, memperlemah doktrin-doktrin gereja. Keajaiban, mitos, astrologi dan kekuatan adikodrati tidak lagi menjadi dasar berfikir para intelektual.Akhirnya,teologi mulai dipandang sebagai wilayah terpisah dari ilmu pengetahuan. Mereka semakin percaya bahwa alam dapat dikuasai,dimekanisasi,dianalisir,diatur, dan dimatematiskan. Inilah yang kelak berkembang menjadi ilmu industry dan mampu menjadikan peradaban Barat sebagai yang tertinggi pada jamanya.

Pada fase selanjutnya,ketika umat manusia telah mengenal Revolusi ilmiah sebagai dasar pemikiran untuk mengontrol alam,maka munculah zaman dimana ketika itu manusia mampu mengatasi kehidupanya atas alam,dan tidak bergantung lagi kepada alam,merupakan tonggak sejarah terbesar umat manusia Revolusi di bidang industri yang membuat kehidupan manusia akan lebih mudah dalam fase kehidupan selanjutnya.

Revolusi Industri sebagai tonggak sejarah terbesar umat manusia di dalam mengolah kehidupanya.  Revolusi Industri itu sendiri berarti yang menyatakan suatu istilah yang menandai perubahan yang radikal dan cepat terhadap perkembangan kemampuan manusia dalam menciptakan peralatan kerja untuk meningkatkan hasil produksi. Peralatan yang digunakan memakai sistem ban berjalan atau running the belt dan dijalankan secara mekanis (mesin-mesin). Selain itu juga didukung oleh modal yang besar dan tenaga buruh yang murah serta daerah pemasaran yang luas.Revolusi Industri ini mula-mula berkembang di Inggris dan yang akhirnya menjalar ke Eropa dan pelosok dunia lainya.

Menurut Marvin Perry didalam bukunya Desvian Bandarsyah dan Laely Armiyati Sejarah Eropa,mengatakan,alasan dimulainya atau penyebab munculnya Industrialisasi di wilayah Eropa Barat adalah Eropa Barat lebih kaya dibandingkan Negara di bagian lain,kekayaanya merupakan hasil ekspansinya sejak abad ke–XVI ke Dunia baru dan Afrika. Keterlibatan Negara-negara dalam persaingan militer dan komersial,mendorong pemerintah untuk terus berinovasi mencari strategi memperbesar industry persenjataan,seragam,kapal,dan mendorong perniagaan untuk menghasilkan pajak yang akan dipakai membiayai perang.

Tumbuhnya perniagaan memelihara ekonomi dan membawa semua lapisan masyarakat berpastisipasi.Meningkatnya populasi pada Abad ke–XIII memicu tingginya kebutuhan pangan,pekerjaan,dan barang-barang lainya.Selain iu,kapitalisasi pertanian sebagai akibat dari hilangnya pola-pola tradisional-perbudakan,kewajiban manorial menjadi bagian penting dalam mendorong proses industrialisasi. Dan terakhir adalah individualism dan rasionalisme (tradisi akal),yang menjadi bagian dari abad pencerahan.Individualisme memicu semangat untuk bisa menyejahterakan dirinya,sedangkan rasionalisme memicu hasrat umat manusia untuk menguasai dan mengontrol alam.

Diatas merupakan penyebab munculnya Revolusi Industri,yang selanjutnya menghasilkan penemuan-penemuan alat-alat seperti mesin uap oleh James Watt (1769), Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733). Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan Richard Arkwright (1769) dan lain sebagainya.

Revolusi Industri telah mengubah pola kehidupan umat manusia dari segi ekonomi, politik, sosial dan kebudayaanya. Yang akhirnya kehidupan manusia terus dengan pertentangan ritme sejarah antara tuan tanah dan petani,bangsawan dan budak,bourjuis dan proletar dan sebagainya. Kehidupan sebagai dialektika seperti kata Marx tesis, anthitesis dan sintesis. Suatu kehidupan yang ada akan berubah karena pengaruh dari ketidaknyamanan dan akan membentuk suatu pola kehidupan baru begitu seterusnya. Namun, yang terpenting dari dari itu semua adalah manfaat dari Revolusi Industri itu sendiri,yang membawa kemudahan bagi umat manusia dan disusul dengan Revolusi Industri II dan III, yang menghasilkan mobil, pesawat terbang, sepeda motor, televisi, handphone, dan lain-lainnya yang membuat dunia ini memasuki era teknologi modern beserta zaman globalisasi.

REFERENSI

http://anandaamelya76.blogspot.com/2016/10/abad-pencerahan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pencerahan

http://kumpulansejaraheropa.blogspot.com/2014/12/pemikiran-filsafatabad-pencerahan.html

http://sariaerahmawati.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Age_of_Enlightenment

Sundoro, M. H. (2007) Sejarah Peradaban Barat Abad Modern: Dari Renaisans sampai Imperialisme Modern.  Jember: Jember University Press

Supriyono, A. (2003). Historiografi Eropa Barat:  Kuno, Abad Tengah & Modern.  Semarang