Dataran endapan yang berbentuk kipas dan umumnya terdapat di muara sungai disebut

1)      Perbedaan Alluvial Fan dan Delta

     Aluvial fan atau yang biasa disebut kipas aluvial adalah kenampakan pada mulut lembah yang berbentuk kipas yang merupakan hasil proses pengendapan atau merupakan akhir dari sistem erosi-deposisi yang dibawa oleh sungai. Lingkungan ini umumnya berkembang di kaki pegunungan, dimana air kehilangan energi untuk membawa sendimen ketika melintasi dataran. Atau dapat diartikan pula bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya material kasar diendapkan dekat kemiringan lereng, sementara yang halus terendapkan lebih jauh pada pedataran, tetapi secara keseluruhan lingkungan ini mengendapkan sendimen-sendimen yang berukuran besar seperti bongkahan batuan.

Delta yaitu tanah datar hasil pengendapan yang dibentuk oleh sungai, muara sungai, dimana timbunan sedimen tersebut mengakibatkan propagradasi yang tidak teratur pada garis pantai (Coleman, 1968; Scott & Fischer, 1969). Delta terbentuk di gabungan dari lingkungan darat dan laut, banyak jenis sendimen yang dihasilkannnya dengan di dominasi oleh pasir, lanau dan lempung. Beberapa delta mempunyai kenampakan seperti kipas aluvial, tetapi berbeda – beda satu sama lain, perbedan tersebut yaitu : Pengendapan pada delta disebabkan oleh pengurangan kecepatan aliran yang masuk ke dalam air laut yang tetap (laut atau danau), Perluasan delta secara vertikal terbatas. Delta membentuk propagradasi yang tidak teratur pada garis pantai, Kemiringan permukaan delta lebih datar daripada besar kipas aluvial.

2)      Cara Membedakan Batuan Sendimen yang Diendapkan di Lingkungan Laut Dangkal dan Laut Dalam

      Salah satu cara untuk  membedakan antara batuan sendimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal dan laut dalam adalah dengan melihat material yang diendapkannya.

Pada umumnya Lingkungan sendimen laut dangkal dicirikan dengan susunan utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sebagian besar pada ‘Continental slope’ kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.

      Endapan Sedimen pada perairan laut dalam terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen, sendimen ini disebut Sedimen Biogenik Pelagis. Jenis lain dari dari sendimen dalam adalah Sedimen Terigen Pelagis yaitu lingkungan sendimen yang terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair.

 Refferensi:

1. Husain, Salahuddin. Proses Sendimentasi dan Batuan Sendimen. 2012. Jurusan Teknik    Geologi Fakultas Teknik UGM.

2. http://pinterdw.blogspot.com  (Diakses tanggal 17 Maret 2014)

Sedimentasi adalah proses pengendapan material batuan secara gravitasi yang dapat terjadi di dataran, zona transisi (garis pantai) atau di dasar laut karena diangkut dengan media angin, air maupun es. Pada saat pengikisan batuan hasil pelapukan terjadi, materialnya terangkut oleh angin maupun air sehingga kekuatan dari pengangkut material batuan berkurang maka batuan akan diendapkan di daerah alirannya. Tidak hanya angin maupun air, gletser juga termasuk ke dalam media pengangkutannya. 

Walaupun pergerakan oleh glester sangat lambat, tetapi daya pengangkutnya sangat besar. Pengendapan yang terjadi di dasar laut atau di danau mengakibatkan dasar laut menjadi dangkal. Sedimentasi juga dapat menjelaskan secara terperinci peristiwa apa saja yang terjadi di suatu daerah dengan kronologinya. Sehingga banyak peneliti atau geologis yang mencari sejarah dengan membuat kronologi oleh sedimen. Juga sangat berguna untuk bagian perminyakan. Nah berikut ini bentang alam yang terbentuk dari proses sedimentasi.

Dataran endapan yang berbentuk kipas dan umumnya terdapat di muara sungai disebut

Delta terbentuk di muara sungai, yaitu tempat pertemuan sungai dengan laut. Pada saat aliran sungai mendekati laut, arusnya melemah karena adanya pengaruh gelombang laut, sehingga material yang dibawa oleh aliran sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta.

Delta yang berkembang luas dapat menyatu dengan daratan sehingga akan menambah luas daratan. Dilihat dari bentuk fisiknya, ada beberapa bentuk delta yaitu Birdfoot, Lobate, Cuspate, Arcuate dan Estuarine.

Kenampakan ini terbentuk di kaki gunung. Pada tempat ini terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke, sehingga energi pengangkut (air) melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan. Materi yang terendapkan merupakan aluvium halus. Umumnya terbentuk di antara lembah curam dan sempit.

Tanggul alam terbentuk pada waktu terjadi banjir, akibatnya material-material dan air sungai meluap di kanan kiri sungai. Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.

Dataran banjir merupakan dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari material hasil pengendapan banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terebtuk dataran banjir.

Meander merupakan salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di bagian tengah suatu Das, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan tanah yang terbentuk pun menjadi kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang paling mudah yaitu materi batuan yang tidak resistan.

Di bagian tengah aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Disinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan di bagian lain dari tepi sungai yang alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini yang berlangsung secara terus-menerus.

Oxbow Lake ini dapat terbentuk akibat proses sedimen yang terjadi pada lekukan sisa sungai meander. Material sedimen yang terangkut oleh aliran sungai diendapkan pada bagian luar cekungan sungai. Proses ini bila berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, maka akan mengakibatkan material sedimen akan memotong alur sungai sehingga alur sungai tersebut berubah menjadi lurus. Sementara itu, cekungan alur sungai yang terpotong membentuk genangan air menjadi danau.

Tombolo dan spit merupakan kenampakan alam hasil proses sedimentasi di pantai. Tombolo merupakan endapan material sedimen yang menghubungkan daratan dengan pulau kecil. Sedangkan spit merupakan endapan material sedimen laut di bagian ujung tanjung. Di indonesia kenampakan tombolo dan tanjung dapat dijumpai di pulau bali. Wilayah sempit Jimbaran merupakan tombolo yang menghubungkan pulau bali dengan pulau kecil di bagian selatan.

Gumuk pasir merupakan bentang alam hasil pengendapan oleh angin. Bentang alam ini dapat terbentuk di pantai maupun gurun. Terbentuk karena adanya akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat sehingga pasir terangkut dan kemudian terendapkan membentuk gumuk pasir. Bentang alam semacam ini dapat ditemukan ketika mengunjungi pantai Parangtritis di daerah Yogyakarta.

Delta merupakan daratan yang terbentuk dari hasil pengendapan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Delta terbentuk hampir di semua benua di dunia kecuali di Antartika dan Greenland, yang wilayahnya tertutup salju, dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan dimensi yang luas dan jumlah material sedimen yang besar (Boggs, 1987). Sedimen merupakan faktor utama pembentuk delta. Sedangkan yang memainkan peranan penting dalam mengangkut dan mengendapkan sedimen adalah karena adanya transpor sedimen.

Dataran endapan yang berbentuk kipas dan umumnya terdapat di muara sungai disebut
Gambar 1. Delta Sungai (Sandy, 1985)

Proses transpor sedimen terbagi atas dua jenis muatan. Pertama, muatan tersuspensi yang di dalamnya mengandung kekuatan arus dari air atau udara menyebarkan partikel-partikel sedimen halus seperti lanau, lempung, dan pasir kemudian memindahkannya dalam aliran pada kolom air. Kedua, muatan pada lapisan dasar perairan dalam bentuk suspensi kolom air seperti boulder, pebbles, dan gravel ditranspor sepanjang dasar perairan (Rifardi, 2012).

Bentuk delta dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu proses fluvial, proses gelombang, dan dinamika pasang surut. Bila pengaruh proses fluvial dominan maka delta akan cenderung berbentuk delta kaki burung, seperti misalnya Delta Misissipi, USA. Bila pengaruh gelombang dan fluvial hampir seimbang maka akan membentuk delta lancip, seperti misalnya Delta Sungai Ebro, Spanyol. Tetapi bila pengaruh fluvial dan pasang surut hampir seimbang maka akan membentuk delta kipas seperti Delta Mahakam di Kutai Kalimantan (Summerfield, 1991).

Dataran endapan yang berbentuk kipas dan umumnya terdapat di muara sungai disebut
Gambar 2. Faktor-Faktor Pembentuk Delta Sungai (Summerfield, 1991)

Menurut Muryani (2010) dsalah satu contohnya adalah Delta Sungai Rejoso di Pantai Utara Pasuruan, Jawa Timur. Delta Sungai Rejoso terbentuk karena terdapat tiga sungai yang bermuara di wilayah tersebut. Tiga sungai tersebut antara lain Sungai Rejoso, Sungai Sodo, dan Sungai Petung yang secara bersama-sama mengendapkan sedimen. sehingga sedimentasi di wilayah muara ini berlangsung relatif cepat, dan terbentuklah delta sungai.

Dataran endapan yang berbentuk kipas dan umumnya terdapat di muara sungai disebut
Gambar 3. Delta Sungai Rejoso (Muryani, 2010)

Delta memiliki peran dan manfaat yang sangat penting di wilayah muara sungai, karena delta akan membentuk sebuah ekosistem baru dan memiliki ciri khas yang berbeda dari ekosistem lain. Ciri khas tersebut berupa vegetasi tumbuhan yang tumbuh di perairan payau (mangrove), seperti yang tumbuh di wilayah Delta Sungai Rejoso. Selain itu lahan delta di Muara Sungai Rejoso juga dimanfaatkan untuk tempat pemukiman, sawah irigasi, dan tambak.

Referensi:

Boggs Sam, Jr. 1987. “Principles of Sedimentology and Stratigraphy”. Merrill Publishing Company. A Bell and Howel Company. Columbus. Ohio.

Muryani, Chatarina. 2010. Analisis Perubahan Garis Pantai Menggunakan SIG Serta Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Muara Sungai Rejoso Kabupaten Pasuruan. Forum Geografi. 24 (2): 173-182. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Rifardi. 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern Edisi Revisi. Pekanbaru : UR Press.

Sandy, I Made. 1985. Geografi Regional Indonesia. Jakarta: Puri Margasari.

Summerfield. 1991. Global Geomorphology, An introduction to study of landforms. New York: Longman Scientific and Technical.

Hendrik Cahyono [Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura]

Email:

SHARE: