7 jendral yang gugur pada G30 S PKI. /mamikos.com/ PORTAL MAJALENGKA - Insiden G30S PKI menjadi sejarah yang kelam untuk bangsa Indonesia hingga kini. Tragedi tersebut juga menjadi isu yang sensitif di kalangan masyarakat. Pasalnya, G30S PKI menjadi salah satu peristiwa yang menimbulkan banyak korban. Namun, sebelum terjadinya insiden berdarah pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 itu, terdapat beberapa peristiwa penting yang muncul di Indonesia. Diberitakan Berita DIY Sebelumnya, dalam artikel yang berjudul 4 Peristiwa Penting Sebelum Tragedi G30S PKI : Pemberontakan Madiun hingga Isu Dewan Jenderal, peristiwa-peristiwa sebelum G30S PKI ini juga menjadi bagian dari perjalanan sejarah kelam Indonesia. Untuk mengetahuinya, berikut peristiwa-peristiwa sebelum G30S PKI. Baca Juga: Gawat, Jatibarang Field Manager Disandera Teroris Baca Juga: Zona Merah Sampai Pekan Ini, Kota Cirebon Salah Satunya >Pemberontakan Madiun Sebelum terjadinya G30S PKI, muncul pemberontakan yang dipimpin Muso pada tanggal 18 September 1948 di Madiun, Jawa Timur. Pemberontakan ini dijalankan dengan tujuan utama untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis. Pemberontakan ini juga disebut akan mengganti dasar negara Pancasila dengan paham komunis. Namun, pemberontakan ini dapat digagalkan. Jawaban yang tepat dari pertanyaan diatas adalah A. Untuk lebih detailnya, yuk pahami penjelasan berikut: Pada bulan Mei 1965, PKI melempar isu adanya Dewan Jenderal dalam tubuh Angkatan Darat. Menurut PKI, Dewan Jenderal ditafsirkan sebagai badan yang mempersiapkan perebutan kekuasaan dari Presiden Sukarno. Dalam menanggapi adanya isu Dewan Jenderal, pimpinan Angkatan Darat meyakinkan presiden akan kesetiaan mereka terhadap pemerintah. Pimpinan Angkatan Darat menyatakan bahwa dewan yang ada dalam Angkatan Darat bukan Dewan Jenderal, melainkan Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) yang bertugas memberikan usul kepada Men/Pangad tentang promosi jabatan dan pangkat para perwira tinggi.
Dewan Jenderal disebut akan mengkudeta Presiden Sukarno. Selasa , 02 Oct 2018, 07:00 WIB Republika/Mardiah Red: Karta Raharja Ucu REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi ShahabDalam sidang tahunan MPR Agustus 2003, ada tuntutan agar Ketetapan (Tap) MPRS No 25/MPRS/1966 dicabut, dan ajaran komunis yang dilarang melalui Tap tersebut dibolehkan kembali. Tap ini keluar setelah ditumpasnya pemberontakan G30S/PKI pada 30 September 1965. Kini, lepas dari adanya berbagai pendapat tentang peristiwa 53 tahun silam, saya punya pengalaman tidak terlupakan. Saat itu, sebagai wartawan pemula di Kantor Berita Antara, saya ditugaskan meliput pidato Presiden Sukarno pada Rapat Teknisi di Istora Senayan. "Bung cukup dengar dari televisi. Tapi, yang Bung liput hanya amanat Bung Karno. Pidato-pidato lainnya tak usah," kata pimpinan redaksi memberi penugasan kepada saya. Kala itu TVRI yang baru mulai siaran sore hari diwajibkan siaran langsung bila presiden memberikan amanat pada rapat-rapat umum yang hampir tiap malam digelar. Dalam pidatonya, Bung Karno menyitir dialog antara Kresna dan Arjuna dalam perang Baratayudha. Arjuna ragu-ragu karena dalam perang ini ia harus berhadapan dengan kerabat dan gurunya sendiri.
Situasi menjelang G30S memang sangat memanas dan menegangkan. Hampir setiap hari demo-demo kelompok kiri bermunculan. Sasaran utamanya, antara lain menuntut pembubaran HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang dituduh antek DI/TII dan Masyumi. DI/TII dan Masyumi kala itu telah dilarang pemerintah, seperti dilarangnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) saat ini.Beberapa hari menjelang G30S, Aidit dalam rapat umum Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), organisasi mahasiswa di Indonesia yang terkait dengan PKI, mengatakan, "CGMI lebih baik pakai sarung kalau tidak bisa bubarkan HMI." Kala itu HMI merupakan organisasi mahasiswa militan yang banyak pengikutnya dan dapat mengimbangi kekuatan mahasiswa kiri. Soeharto dan G30S PKI Pertentangan sengit juga terjadi antara PKI dan Partai Murba. Kala itu beredar isu: Dalam sidang kabinet yang dipimpin Bung Karno di Istana Bogor terjadi perdebatan sengit antara Aidit dan Chaerul Saleh, Ketua MPRS, yang dekat dengan Bung Karno. Konon, Chaerul yang juga tokoh Partai Murba yang antikomunis itu telah meninju Aidit. Menjelang G30S Murba pun dibubarkan.Pada 30 September 1965 koran-koran memuat berita pernyataan tokoh PKI Anwar Sanusi. "Ibu pertiwi hamil tua, dan peraji (dukun beranak)-nya sudah siap untuk kelahiran sang bayi." Sebelumnya, Wakil PM/Menlu Subandrio mengatakan, "Akan terjadi kristalisasi, di mana yang dulunya kawan akan menjadi lawan." Sementara pertentangan antara kelompok militer (AD) dengan komunis makin meruncing. Terutama mengenai usul PKI untuk membentuk angkatan ke-5 dengan mempersenjatai buruh dan tani. Selain itu, nasakomisasi di tubuh ABRI pun mendapat tentangan kuat, kecuali dukungan Menteri/KSAU Marsekal Omar Dhani.
sumber : Pusat Data Republika
Tujuan PKI menyebarkan isu Dewan Jenderal sebelum terjadi peristiwa G 30 S/PKI adalah?
Jawaban: B. Memfitnah pimpinan TNI, baik AD maupun TNI AL agar memiliki citra buruk dalam masyarakat Dilansir dari Encyclopedia Britannica, tujuan pki menyebarkan isu dewan jenderal sebelum terjadi peristiwa g 30 s/pki adalah memfitnah pimpinan tni, baik ad maupun tni al agar memiliki citra buruk dalam masyarakat. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Didalam usaha menciptakan suasana revolusioner, PKI melakukan kegiatankegiatan? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap. Dewan Jenderal adalah sebuah istilah yang dikemukakan oleh dewan pimpinan PKI kepada Presiden Soekarno di era demokrasi terpimpin untuk menuduh beberapa jenderal TNI AD yang dicurigai akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno pada hari angkatan bersenjata, 5 Oktober 1965.[1] Menurut Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani, kelompok ini sebenarnya bernama resmi Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi (Wanjakti) dan hanya berfungsi sebagai penasihat bagian kenaikan pangkat dan jabatan dalam Angkatan Darat.[2] Situasi di istana semakin memanas ketika berkembang isu bahwa Dewan Jenderal akan merencanakan pameran kekuatan (machts-vertoon) di hari Angkatan Bersenjata 5 Oktober 1965 dengan mendatangkan pasukan-pasukan dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sesudah terkonsentrasinya kekuatan militer yang besar ini di Jakarta, Dewan Jenderal akan melakukan kudeta kontra-revolusioner.[3] Beredar isu juga yang menyebutkan susunan kabinet Dewan Jenderal yang sudah disiapkan setelah kudeta, yang terdiri dari:[4]
Sebagai tandingan, PKI membentuk gerakan yang dinamai Dewan Revolusi Indonesia, yang nantinya berperan dalam Gerakan 30 September (G30S). Bertindak sebagai Ketua Dewan Revolusi adalah Letkol Untung Syamsuri, salah satu perwira angkatan darat yang berada dibawah pengaruh PKI.[5] Namun, setelah peristiwa G30S hingga pemakaman para jenderal di tanggal 5 Oktober 1965, keberadaan Dewan Jenderal yang dituduhkan PKI tidak terbukti.[6]
https://ditulis.id/dewan-jenderal-vs-dewan-revolusi/ Page 25 Oktober adalah hari ke-278 (hari ke-279 dalam tahun kabisat) dalam kalender Gregorian.
2001-2010
4 Oktober - 5 Oktober - 6 Oktober
|