Dampak negatif penggunaan alat dan mesin PERTANIAN

Negara Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bekerja di sekotir pertanian. Kemajuan teknologi bidang pertanian mempunyai dampak positif maupun negatif terhadap tradisi dan budaya agraris.

Aneka ragam kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia menjadikan Negara yang satu ini terkenal akan warna warni budayanya. Bermacam-macam kebudayaan ini turut serta dalam proses pembentukan kepribadian suatu Negara. Oleh karena itu,budaya yang dimiliki oleh suatu negara dapat menjadikan tolak ukur kadar suatu pola pikir masyarakatnya.

Indonesia sejak jaman dahulu dikenal sebagai Negara agraris, dimana semua sumber daya alam yang dimiliki dapat dimanfaatkan. Mulai dari pegunungan hingga lautan, Indonesia memilki semua itu. Sehingga atas kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia ini maka negara yang tengah berkembang ini dikenal sebagai negara agraris. Kebudayaan Indonesia menganut kebudayaan ketimuran, Gotong royong, sopan santun, ramah tamah, tolong menolong dan banyak lagi telah bersatu dalam kehidupan pertanian.

Dewasa kini pengaruh kebudayaan Industri atau teknologi pertanian modern selain memberikan dampak positif dari segi produktivitas dan efisiensi waktu namun tanpa disadari telah memberikan dampak negatif bagi tradisi dan kebudayaan agraris dalam pertanian tradisional. Sebagai contoh yaitu berkembangnya mesin-mesin pertanian secara tidak langsung telah menggeser tenaga kerja manusia yang akan berdampak pada keadaan sosial masyarakat maupun tradisi-tradisi nenek moyang. Sebagai generasi muda, selayaknya kita ikut berperan aktif dalam mensinergikan antara kebudayaan agraris milik kita dengan teknologi modern yang lebih menguntungkan petani, tidak merusak lingkungan serta menjaga perilaku dan kepribadian masyarakat atau petani.

  1. Tujuan
  2. Memberikan gambaran dampak positif maupun negatif mengenai perkembangan teknologi pertanian terhadap masyarakat
  3. Memberikan contoh-contoh tradisi atau budaya agraris serta alat pertanian dalam pertanian tradisional yang telah hilang seiring perkembangan teknologi pertanian modern.

Negara Indonesia adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian harus benar-benar di perhatikan oleh pemerintah untuk bisa memakmurkan rakyatnya. Kemajuan teknologi pertanian menjadi hal terpenting dalam meningkatkan hasil panen para petani. Kemajuan teknologi bidang pertanian mempunyai dampak positif maupun negatif. Dengan hadirnya teknologi mesin-mesin pertanian, pekerjaan yang dilakukan oleh petani semakin ringan dan membetuhkan waktu yang relatif sedikit dibandingkan dengan tanpa menggunakan teknologi pertanian. Sebagai contoh yaitu pengolahan lahan yang luas membuat para petani memerlukan waktu yang lama tanpa adanya traktor, Orang dapat menghabiskan waktu 1 hari dalam mengolah lahan pertanian seluas 3 hetar. Namun dengan adanya traktor petani akan lebih mudah dan cepat dalam mengolah lahan mereka. Namun disamping semua itu penggunaan alat atau mesin-mesin pertanian secara tidak langsung telah berdampak pada keadaan sosial masyarakat. Dimana dengan adanya alat modern tersebut telah terjadi pergeseran kehidupan atau keadaan sosial yang dulunya kehidupan bermasyarakat kini menjadi kehidupan individual. Hal ini dikarenakan setiap orang yang sudah punya alat-alat pertanian modern tidak membutuhkan lagi bantuan tenaga dari orang lain. prinsip gotong royong perlahan akan menghilan dan hubungan sosial berupa tolong menolong antar petani dalam mengelola lahan maupun budidayanya sedikit demi sedikit akan sirna. Disamping dampak negatif mengenai kedaan sosial budaya dalam bermasyarakat, hadirna teknologi mesin-mesin pertanian juga mengeser penggunaan alat pertanian dan tradisi atau budaya-budaya pertanian tradisional yang telah jarang ditemui:

Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Dengan ani-ani tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu, namun keuntungannya ialah, berbeda dengan penggunaan sebuah clurit atau arit, tidak semua batang ikut terpotong. Dengan demikian, bulir yang belum masak tidak ikut terpotong. Didalam penggunaan ani-ani terdapat suatu proses ikatan emosional antara objek dengan petani. disini ojek atau padi diperlakukan secara baik sebagai wujud kasih sayang terhadap makhluk ciptaan Tuhan

Bajak atau luku adalah alat yang biasa digunakan petani untuk mengolah tanah mereka sebelum di tanami dengan cara membalik tanahnya. Hal ini di maksudkan agar kesuburan tanah sawah tetap terjaga walaupun sudah di tanami tanaman beberapa kali. Bentuk bajak sendiri biasanya berupa kayu berbentuk segitiga dengan disambungkan ke hewan-hewan untuk menarik bajak tersebut. Hewan yang dipakai untuk membajak sendiri biasanya yaitu hewan-hewan yang jinak tapi kuat. Seperti halnya sapi dan kerbau.

Alu atau antan merupakan alat pendamping lesung atau lumpang dalam proses pemisahan sekam dari beras. Biasanya alu dibuat dari kayu. Bentuk alu memanjang seperti tabung dengan diameter sekitar 7 cm (tergantung besarnya lesung). Alu digunakan sebagai penumbuk gabah, sehingga beras terpisah dari sekam secara mekanik sedangkan lesung adalah alat tradisional dalam pengolahan padi atau gabah menjadi beras. Fungsi alat ini memisahkan kulit gabah (sekam, Jawa merang) dari beras secara mekanik. Lesung terbuat dari kayu berbentuk seperti perahu berukuran kecil dengan panjang sekitar 2 meter, lebar 0,5 meter dan kedalaman sekitar 40 cm.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Teknologi, kata ini tidak lagi asing ditelinga masyarakat dari tua, muda, laki-laki maupun perempuan. Karena pada masa sekarang teknologilah yang selalu berdampingan dengan manusia. Dengan teknologilah pekerjaan berat menjadi ringan seperti halnya mesin cuci, traktor, internet, dan banyak lagi teknologi-teknologi lainnya. Teknologi sendiri pun dibuat oleh manusia untuk manusia, maka dari itu pembuatannya pun berdasarkan hajat manusia selagi manusia masih ada, teknologipun akan terus berkembang menyesuaikan masanya. Pada masa sekarang, teknologi berkembang dengan sangat pesat buktinya 10 tahun yang lalu kita masih belum mengenal gadget touchscreen,  pada saat itu barang tersebut menjadi hal yang tabu khususnya masyarakat pedesaan. Bahkan saat ini gadget touchscreen dianggap menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi setiap insan dari penduduk kota hingga pedesaan.

Pengaruh yang luas tersebut membuat teknologi sendiri memberikan banyak pengaruh kesegala sisi dalam ruang kehidupan, salahsatunya ialah dalam bidang pertanian. Dalam bidang pertanian teknologi memberikan banyak dampak positif yang tak terhitung. Teknologi dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam bekerja terutama dalam bidang pertanian itu sendiri, bidang ini merupakan bidang yang memiliki banyak tahapan yang pasti memerlukan waktu yang cukup lama dan dibutuhkan sikap disiplin. Akan tetapi tidak semua orang dapat menikmati hal seperti itu, sehingga sebagaian orang dengan pengetahuannya mulai menerapkan teknologi-teknologi guna memangkas waktu yang dibutuhkan dalam tahapa-tahapan tersebut. Mulai dari mempersiapkan teknologi yang dapat mepengaruhi genetika suatu tumbuhan sehingga dapat panen dengan waktu yang lebih singkat, maupun menciptakan alat-alat  yang dapat mebantu pekerjaan petani dalam waktu yang singkat , misalnya penggunaan mesin pemanen padai atau mesin combine harvester. Dengan alat ini petani hanya membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam untuk memanen sawah dengan luas satu hektar, dibandingkan dengan tenaga manusia yang mebutuhkan waktu hingga 8 sampai 9 jam untuk sawah dengan luas satu hektar.

Dampak teknologi dalam pertanian juga dapat menghemat onkos petani. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS), ongkos produksi padi sawah untuk luas satu hektar pada tahun 2017 yaitu Rp. 13.559.300,00 merupakan 73% dari hasil produksi padi sawah untuk luas satu hektar. Dengan besarnya onkos tersebut, teknologi, memberikan solusi penghematan. Misalkan dalam proses panen padi menggunakan mesin combine harvester, biaya yang dikeluarkan untuk sawah seluas satu hektar yaitu Rp. 2. 400.000 ditambah dengan konsumsi untuk operator dan pembantunya kurang lebih sekitar Rp. 200.000,00. Jadi total pengeluarannya mencapai Rp. 2.600.000,00. Beda halnya dengan menggunakan teknik tradisional, untuk teknik tradisional sendiri dengan menggunkan sistem Borongan (non individu) biasanya untuk sawah seluas satu hektar dikenankan biaya Rp. 2.800.000,00. Sedangkan untuk konsumsinya dapat mencapai Rp. 1.500.000,00 dikarenakan dalam sistem Borongan (non individu) tersendiri biasanya  terdiri kurang lebih 30 buruh tani. Jadi tak mengherankan jika nominal biaya yang dikeluarkan cukup banyak, sehingga total biaya yang dikeluarkannya adalah   Rp. 4.300.000,00. Dari sini terlihat jelas perkiraan penghematan yang dapat dilakukan oleh petani.

Selain memberikan dampak positif, teknologi pun memberikan dampak negatif terhadap bidang pertanian. Salahsatunya berdampak terhadap buruh tani. Mereka hanyalah pekerja dipertanian yang tidak memiliki lahan, mereka menggantungkan nasib dengan pekerjaan dibidang pertanian seperti menanam padi, mencabut rumput di sawah, memanen padi, dan lain-lain. Dengan adanya mesin combine harvester tersebut membuat banyak pekerjaan dari mereka yang tergantikan, dari 30 buruh tani hanya 3 orang yang dipekerjakan.

Demikian dampak teknologi terhadap bidang pertanian. Dengan damapak positifnya membuat banyak kemudahan dipihak yang lain terutama petani tetapi dibalik itu buruh tani mendapatkan dampak negatif dari teknologi tersebut. Oleh karena itu diharapkan pemerintah dapat menemukan solusi terbaik sehingga teknologi terus berkembang dan semua elemen masyarakat mndapatkan haknya yaitu kesejahteraan.