Dalam pergaulan sehari-hari kita harus meninggal

Tegal – Sholat Dluha yang diadakan di SMA Ihsaniyah pada hari Sabtu,11 November 2017 terasa sangat spesial karena kedatangan tamu yang istimewa yaitu Plt. Walikota Tegal,  Drs. H.M. Nursholeh, M.M.Pd atau yang akrab dipanggil Kang Nursholeh.

Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Sekolah SMA Ihsaniah, Zaenal Muhtadi, SE Bahwa setiap hari di sekolah yang dipimpinnya setiap hari diadakan sholat Dluha berjamaah dan khusus hari sabtu di isi oleh tokoh masyarakat.

“Hari ini di sekolah kita ada tokoh spesial yaitu seorang walikota, walaupun datangnya dengan beberapa rombongan tetapi pada hakikatnya adalah membawa Kota Tegal, ini adalah suatu kehormatan,” ucap Zaenal Muhtadi.

“Disamping sholat Dluha, kami juga membiasakan adanya literasi diantaranya membaca kitab, siroh nabawi dan lainnya untuk memperdalam keilmuan tentang Islam,” tambah Zaenal Muhtadi.

Sementara itu dalam sambutannya Kang Nursholeh menekankan pentingnya Akhlakul karimah dalam pergaulan remaja.

“Akhlak karimah dalam pergaulan remaja amat penting di miliki, akhlak karimah menentukan martabat dan derajat manusia baik dalam pandangan Allah SWT. maupun dalam pandangan manusia termasuk remaja,” ucap Kang Nur.

“Oleh karenanya perilaku akhlak karimah dalam pergaulan remaja harus di terapkan agar menumbuhkan rasa solidaritas antara sesama dan bisa menambah keyakinan pada diri untuk melakukan hal-hal yang positif,” tambah Kang Nursholeh.

Ditambahkan oleh Pengurus dari Yayasan Ihsaniah Drs. Abdullah bahwa kedatangan Plt. Walikota Tegal,  Drs. H.M. Nursholeh, M.M.Pd ke sekolah Ihsaniyah memberikan rahmat, kenikmatan dan keberkahan sendiri.

Drs. Abdullah juga berpesan kepada anak anak didiknya di bawah yayasannya bahwa anak anak sekarang adalah masa depan dan kedatangan Kang Nur mudah mudahan akan memacu bahwa masa depan di mulai dari sekarang

Hadir mendampingi Kang Nursholeh, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Johardi dan Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat, Drs. Ali Rosyidi.

Acara dilanjutkan dengan nonton bareng film Iqra hasil kreasi dari sineas muda berbakat siswa siswi SMA Ihsaniah.

Sumber gambar: Pixabay

Sebagai orang Indonesia, sudah semestinya kita menyadari pentingnya Bahasa Indonesia. Bila perlu, kita pun dapat berkontribusi dengan memperkaya kosakata yang sudah ada. Dengan begitu, Bahasa Indonesia akan terus menjadi bahasa yang hidup.

Namun seringkali saya mendapati, sebagian orang yang terlalu bangga dengan menguasai bahasa Inggris, yang dikarenakan merupakan bahasa internasional. Kemudian juga pada beberapa bahasa asing lainnya, dengan alasan tertentu pula.

Sebenarnya bukan berarti memperlajari asing itu salah, tidak. Justru itu memanglah bagus, karena akan dapat berkomunikasi dengan orang asing. Tetapi bukan berarti lebih lancar bahasa asing dan membanggakannya melebihi bahasa nasional kita sendiri.

Dan tentu boleh menganggapnya sebagai prestasi. Namun ya tadi, jangan melupakan bahasa nasional. Bahasa Indonesia sendiri mewakili identitas bangsa, juga menandakan kita punya bahasa yang dikembangkan. Lebih-lebih bisa menyatukan orang Indonesia dari daerah manapun.

Secara pribadi, saya sendiri sebisa mungkin menggunakan Bahasa Indonesia di berbagai situasi, mungkin karena sudah kebiasaan. Seperti ketika memberi ucapan ultah, lebaran, natal, dll. Misal banyak teman yang menggunakan Happy Birthday, Happy Milad, dll, entah bagi saya rasanya lebih menyenangkan menggunakan Selamat Ulang Tahun. Atau untuk ucapan Natal bagi saya biasanya Selamat Hari Natal bukan Merry Christmas. Bahkan ketika lebaran, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Tapi tentu saya pribadi tidak mempermasalahkan dan semua orang pastinya bebas memilih menggunakan Happy Birthday, Merry Christmas, Minal Aidin Walfaizin, dll ataupun dengan versi Bahasa Indonesia. Lebih-lebih beberapa dari itu berkaitan dengan agama, saya justru khawatir nanti seolah-olah dikira melarang ucapan keagamaan, dan saya pun kurang tahu menahu apakah boleh Merry Christmas diganti sepenuhnya ke Selamat Natal dan Minal Aidin Walfaizin diganti ke Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin. Yang bisa menguji dan menentukan atau memastikan, tentu ahli agama tersebut masing-masing.

Hanya saja, saya pikir tidak masalah. Kan Bahasa Indonesia bahasa kita sendiri? Jadi tidak masalah kan menggunakan bahasa kita untuk pergaulan sehari-hari dan pada situasi apapun di Indonesia?

Ejaan yang Disempurnakan

Nah, saya ingin beralih ke hal yang lebih krusial di dalam upaya kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Yakni yang sesuai dengan EYD atau Ejaan yang Disempurnakan.

Faktanya, sampai sekarang ini sebagian orang Indonesia masih kurang memahami EYD ini. Hal ini mungkin dikarenakan pergaulan, kebiasaan, dan kurangnya minat baca. EYD dalam Bahasa Indonesia harus dimengerti para generasi muda penerus bangsa. Untuk itu, perlu kita pelajari dan tidak boleh diabaikan.

Sangat disayangkan jika seorang siswa sekolah mengatakan percuma memperlajari Bahasa Indonesia, karena berpikir sudah menguasai dan merasa tidak perlu mempelajarinya lagi. 

Page 2

Sebagai orang Indonesia, sudah semestinya kita menyadari pentingnya Bahasa Indonesia. Bila perlu, kita pun dapat berkontribusi dengan memperkaya kosakata yang sudah ada. Dengan begitu, Bahasa Indonesia akan terus menjadi bahasa yang hidup.

Namun seringkali saya mendapati, sebagian orang yang terlalu bangga dengan menguasai bahasa Inggris, yang dikarenakan merupakan bahasa internasional. Kemudian juga pada beberapa bahasa asing lainnya, dengan alasan tertentu pula.

Sebenarnya bukan berarti memperlajari asing itu salah, tidak. Justru itu memanglah bagus, karena akan dapat berkomunikasi dengan orang asing. Tetapi bukan berarti lebih lancar bahasa asing dan membanggakannya melebihi bahasa nasional kita sendiri.

Dan tentu boleh menganggapnya sebagai prestasi. Namun ya tadi, jangan melupakan bahasa nasional. Bahasa Indonesia sendiri mewakili identitas bangsa, juga menandakan kita punya bahasa yang dikembangkan. Lebih-lebih bisa menyatukan orang Indonesia dari daerah manapun.

Secara pribadi, saya sendiri sebisa mungkin menggunakan Bahasa Indonesia di berbagai situasi, mungkin karena sudah kebiasaan. Seperti ketika memberi ucapan ultah, lebaran, natal, dll. Misal banyak teman yang menggunakan Happy Birthday, Happy Milad, dll, entah bagi saya rasanya lebih menyenangkan menggunakan Selamat Ulang Tahun. Atau untuk ucapan Natal bagi saya biasanya Selamat Hari Natal bukan Merry Christmas. Bahkan ketika lebaran, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Tapi tentu saya pribadi tidak mempermasalahkan dan semua orang pastinya bebas memilih menggunakan Happy Birthday, Merry Christmas, Minal Aidin Walfaizin, dll ataupun dengan versi Bahasa Indonesia. Lebih-lebih beberapa dari itu berkaitan dengan agama, saya justru khawatir nanti seolah-olah dikira melarang ucapan keagamaan, dan saya pun kurang tahu menahu apakah boleh Merry Christmas diganti sepenuhnya ke Selamat Natal dan Minal Aidin Walfaizin diganti ke Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin. Yang bisa menguji dan menentukan atau memastikan, tentu ahli agama tersebut masing-masing.

Hanya saja, saya pikir tidak masalah. Kan Bahasa Indonesia bahasa kita sendiri? Jadi tidak masalah kan menggunakan bahasa kita untuk pergaulan sehari-hari dan pada situasi apapun di Indonesia?

Ejaan yang Disempurnakan

Nah, saya ingin beralih ke hal yang lebih krusial di dalam upaya kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Yakni yang sesuai dengan EYD atau Ejaan yang Disempurnakan.

Faktanya, sampai sekarang ini sebagian orang Indonesia masih kurang memahami EYD ini. Hal ini mungkin dikarenakan pergaulan, kebiasaan, dan kurangnya minat baca. EYD dalam Bahasa Indonesia harus dimengerti para generasi muda penerus bangsa. Untuk itu, perlu kita pelajari dan tidak boleh diabaikan.

Sangat disayangkan jika seorang siswa sekolah mengatakan percuma memperlajari Bahasa Indonesia, karena berpikir sudah menguasai dan merasa tidak perlu mempelajarinya lagi. 


Lihat Bahasa Selengkapnya

Page 3

Sebagai orang Indonesia, sudah semestinya kita menyadari pentingnya Bahasa Indonesia. Bila perlu, kita pun dapat berkontribusi dengan memperkaya kosakata yang sudah ada. Dengan begitu, Bahasa Indonesia akan terus menjadi bahasa yang hidup.

Namun seringkali saya mendapati, sebagian orang yang terlalu bangga dengan menguasai bahasa Inggris, yang dikarenakan merupakan bahasa internasional. Kemudian juga pada beberapa bahasa asing lainnya, dengan alasan tertentu pula.

Sebenarnya bukan berarti memperlajari asing itu salah, tidak. Justru itu memanglah bagus, karena akan dapat berkomunikasi dengan orang asing. Tetapi bukan berarti lebih lancar bahasa asing dan membanggakannya melebihi bahasa nasional kita sendiri.

Dan tentu boleh menganggapnya sebagai prestasi. Namun ya tadi, jangan melupakan bahasa nasional. Bahasa Indonesia sendiri mewakili identitas bangsa, juga menandakan kita punya bahasa yang dikembangkan. Lebih-lebih bisa menyatukan orang Indonesia dari daerah manapun.

Secara pribadi, saya sendiri sebisa mungkin menggunakan Bahasa Indonesia di berbagai situasi, mungkin karena sudah kebiasaan. Seperti ketika memberi ucapan ultah, lebaran, natal, dll. Misal banyak teman yang menggunakan Happy Birthday, Happy Milad, dll, entah bagi saya rasanya lebih menyenangkan menggunakan Selamat Ulang Tahun. Atau untuk ucapan Natal bagi saya biasanya Selamat Hari Natal bukan Merry Christmas. Bahkan ketika lebaran, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Tapi tentu saya pribadi tidak mempermasalahkan dan semua orang pastinya bebas memilih menggunakan Happy Birthday, Merry Christmas, Minal Aidin Walfaizin, dll ataupun dengan versi Bahasa Indonesia. Lebih-lebih beberapa dari itu berkaitan dengan agama, saya justru khawatir nanti seolah-olah dikira melarang ucapan keagamaan, dan saya pun kurang tahu menahu apakah boleh Merry Christmas diganti sepenuhnya ke Selamat Natal dan Minal Aidin Walfaizin diganti ke Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin. Yang bisa menguji dan menentukan atau memastikan, tentu ahli agama tersebut masing-masing.

Hanya saja, saya pikir tidak masalah. Kan Bahasa Indonesia bahasa kita sendiri? Jadi tidak masalah kan menggunakan bahasa kita untuk pergaulan sehari-hari dan pada situasi apapun di Indonesia?

Ejaan yang Disempurnakan

Nah, saya ingin beralih ke hal yang lebih krusial di dalam upaya kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Yakni yang sesuai dengan EYD atau Ejaan yang Disempurnakan.

Faktanya, sampai sekarang ini sebagian orang Indonesia masih kurang memahami EYD ini. Hal ini mungkin dikarenakan pergaulan, kebiasaan, dan kurangnya minat baca. EYD dalam Bahasa Indonesia harus dimengerti para generasi muda penerus bangsa. Untuk itu, perlu kita pelajari dan tidak boleh diabaikan.

Sangat disayangkan jika seorang siswa sekolah mengatakan percuma memperlajari Bahasa Indonesia, karena berpikir sudah menguasai dan merasa tidak perlu mempelajarinya lagi. 


Lihat Bahasa Selengkapnya

Page 4

Sebagai orang Indonesia, sudah semestinya kita menyadari pentingnya Bahasa Indonesia. Bila perlu, kita pun dapat berkontribusi dengan memperkaya kosakata yang sudah ada. Dengan begitu, Bahasa Indonesia akan terus menjadi bahasa yang hidup.

Namun seringkali saya mendapati, sebagian orang yang terlalu bangga dengan menguasai bahasa Inggris, yang dikarenakan merupakan bahasa internasional. Kemudian juga pada beberapa bahasa asing lainnya, dengan alasan tertentu pula.

Sebenarnya bukan berarti memperlajari asing itu salah, tidak. Justru itu memanglah bagus, karena akan dapat berkomunikasi dengan orang asing. Tetapi bukan berarti lebih lancar bahasa asing dan membanggakannya melebihi bahasa nasional kita sendiri.

Dan tentu boleh menganggapnya sebagai prestasi. Namun ya tadi, jangan melupakan bahasa nasional. Bahasa Indonesia sendiri mewakili identitas bangsa, juga menandakan kita punya bahasa yang dikembangkan. Lebih-lebih bisa menyatukan orang Indonesia dari daerah manapun.

Secara pribadi, saya sendiri sebisa mungkin menggunakan Bahasa Indonesia di berbagai situasi, mungkin karena sudah kebiasaan. Seperti ketika memberi ucapan ultah, lebaran, natal, dll. Misal banyak teman yang menggunakan Happy Birthday, Happy Milad, dll, entah bagi saya rasanya lebih menyenangkan menggunakan Selamat Ulang Tahun. Atau untuk ucapan Natal bagi saya biasanya Selamat Hari Natal bukan Merry Christmas. Bahkan ketika lebaran, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Tapi tentu saya pribadi tidak mempermasalahkan dan semua orang pastinya bebas memilih menggunakan Happy Birthday, Merry Christmas, Minal Aidin Walfaizin, dll ataupun dengan versi Bahasa Indonesia. Lebih-lebih beberapa dari itu berkaitan dengan agama, saya justru khawatir nanti seolah-olah dikira melarang ucapan keagamaan, dan saya pun kurang tahu menahu apakah boleh Merry Christmas diganti sepenuhnya ke Selamat Natal dan Minal Aidin Walfaizin diganti ke Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin. Yang bisa menguji dan menentukan atau memastikan, tentu ahli agama tersebut masing-masing.

Hanya saja, saya pikir tidak masalah. Kan Bahasa Indonesia bahasa kita sendiri? Jadi tidak masalah kan menggunakan bahasa kita untuk pergaulan sehari-hari dan pada situasi apapun di Indonesia?

Ejaan yang Disempurnakan

Nah, saya ingin beralih ke hal yang lebih krusial di dalam upaya kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Yakni yang sesuai dengan EYD atau Ejaan yang Disempurnakan.

Faktanya, sampai sekarang ini sebagian orang Indonesia masih kurang memahami EYD ini. Hal ini mungkin dikarenakan pergaulan, kebiasaan, dan kurangnya minat baca. EYD dalam Bahasa Indonesia harus dimengerti para generasi muda penerus bangsa. Untuk itu, perlu kita pelajari dan tidak boleh diabaikan.

Sangat disayangkan jika seorang siswa sekolah mengatakan percuma memperlajari Bahasa Indonesia, karena berpikir sudah menguasai dan merasa tidak perlu mempelajarinya lagi. 


Lihat Bahasa Selengkapnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA