Contoh standar emas dalam perdagangan internasional

Contoh standar emas dalam perdagangan internasional

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Contoh standar emas dalam perdagangan internasional
Membahas mengenai perekonomian tentu sangat berkaitan erat dengan keuangan yang perlu untuk diatur serta dikendalikan oleh negara.

Pengaturan dan pengendalian ini tertuang dalam kebijakan moneter yang berlaku dengan berbagai unsur pokok di dalamnya, salah satunya adalah standar uang.

Sistem standar emas merupakan salah satu standar uang yang terdapat dalam kebijakan moneter dan akan diulas lebih lanjut pada pembahasan kali ini.

Apa Itu Sistem Standar Emas?

Sistem standar emas merupakan standar uang yang menjadikan emas sebagai acuan dalam menentukan nilai mata uang yang berlaku di suatu negara. Emas juga dijadikan sebagai dasar untuk menentukan nilai tukar dengan mata uang negara lain dalam melakukan transaksi. Hal ini untuk menggantikan sistem pembayaran yang menggunakan emas dan perak sebagai alat pembayaran transaksi ranah internasional.

Emas sendiri merupakan logam mulia yang menjadi salah satu alat pembayaran tertua di dunia, dimana koin emas telah digunakan sejak tahun 700 SM. Kelangkaan emas membuatnya bernilai lebih berharga, dan sampai sekarang pun masih ada negara yang menggunakannya sebagai alat tukar seperti Arab Saudi. Namun emas tidak cukup praktis untuk bisa dibawa kemana-mana, sehingga munculah uang kertas yang kini digunakan sebagai alat pembayaran.
Prinsip dasar dalam sistem standar emas adalah satuan mata uang negara tersebut harus dinyatakan dalam bobot emas tertentu, seperti dalam bobot oz (ons). Selain itu, uang yang dimiliki masyarakat harus bisa ditukar kapanpun dengan emas sesuai dengan nominalnya. Pada sistem standar emas ini pasar emas memang lebih bebas untuk bergerak tanpa banyak hambatan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Yang perlu diperhatikan juga dalam sistem standar emas adalah jumlah uang yang ada dalam suatu negara harus mengikuti dan menyesuaikan nilai emas yang dimiliki. Dengan begitu pemerintah dapat mencetak uang kertas untuk diedarkan selama jumlahnya sesuai dengan nilai emas yang ada. Namun di sisi lain, pemerintah juga perlu menjaga agar persediaan emas negara tetap berada dalam jumlah yang mencukupi untuk melakukan transaksi jual beli.

Hal ini yang kemudian membuat pemerintah perlu untuk berhati-hati dan tidak bisa sembarangan mencetak serta mengedarkan uang. Jika uang yang beredar jumlahnya melebihi persediaan emas negara, kepercayaan masyarakat terhadap nilai uang akan menurun dan menukarkan uang mereka dengan emas. Kalau sudah begitu, persediaan emas negara tentunya akan merosot tajam dan memberikan dampak buruk bagi perekonomian nasional.

Mengapa Diberlakukan Sistem Standar Emas?

Alasan utama mengapa emas dijadikan standar dalam menetapkan mata uang adalah karena nilai emas yang cenderung stabil dibanding logam mulia lainnya. Hal ini dapat membantu dalam menjaga stabilitas mata uang, terutama terhadap pertukaran dengan kurs nilai tukar atau valuta asing. Kestabilan nilai emas yang berlaku di hampir semua negara ini diharapkan dapat menciptakan keseragaman dalam sistem moneter dunia.

Sedangkan bagi pembiayaan yang dilakukan negara sendiri, sistem standar emas dapat membantu dalam menjaga agar neraca pembayaran tetap berada dalam kondisi stabil. Meskipun terjadi defisit atau surplus pembayaran, jumlahnya tidak besar dan dapat menyusut seiring dengan berjalannya waktu. Dengan begitu, neraca pembayaran pun dapat menjadi seimbang dan kembali ke posisi semula.

Alasan lain penggunaan sistem ini adalah tingginya kepercayaan masyarakat terhadap emas yang dipandang sebagai logam mulia yang berharga. Kepercayaan ini juga dipengaruhi dengan stabilitas nilai emas dan penggunaannya yang bisa diterapkan maupun ditukar dimana saja. Bahkan meskipun sistem standar emas tidak digunakan lagi, sampai sekarang masyarakat masih menggunakan emas sebagai bentuk investasi mereka.

Kekurangan Sistem Standar Emas

Meskipun sistem standar emas memiliki berbagai keunggulan yang menjadikannya alasan kuat untuk diterapkan dalam perekonomian negara, tetap saja ada kekurangan di dalamnya. Kelemahan yang utama adalah jumlah emas yang terbatas bahkan cukup langka, sehingga dapat mengancam persediaan emas suatu negara. Sebagai logam mulia dan sumber daya yang tak dapat diperbaharui, cadangan emas yang terbatas akan sulit mengikuti pertumbuhan ekonomi dunia.

Selain itu, nilai emas cukup tinggi untuk digunakan sebagai standar nilai tukar dan alat pembayaran yang berlaku dalam keseharian masyarakat. Nilai yang tinggi ini membuat adanya kesulitan dalam melayani transaksi yang bernilai lebih kecil dibanding dengan nilai emas. Penerapan sistem ini juga akan memicu munculnya oknum yang melakukan perbuatan curang, seperti mengurangi kadar emas atau bahkan memalsukan emas.

Penerapan Sistem Standar Emas

Penggunaan sistem standar emas sebagai acuan dalam menentukan nilai mata uang mulai dilakukan sejak abad ke-19, tepatnya di tahun 1821. Saat itu, pemerintah Inggris menggunakan sistem standar emas dalam menentukan nilai pondsterling sebagai alat pembayaran. Penerapan sistem standar emas ini pun diikuti oleh negara-negara lain di Eropa seperti Jerman dan Prancis, hingga sampai digunakan juga oleh Amerika Serikat.

Sistem standar emas pun menjadi sistem moneter yang berlaku dalam kancah internasional, dimana hampir semua negara menggunakan sistem tersebut. Terlebih lagi negara yang menjadi sektor utama dalam perekonomian dunia, seperti negara-negara adidaya. Sistem ini mulai ditinggalkan ketika terjadi kekacauan politik di Eropa yang mengakibatkan pecahnya Perang Dunia I dan II.

Demikianlah pembahasan mengenai sistem standar emas, mulai dari pengertian hingga penerapannya di dunia. Sistem ini memang tidak lagi digunakan sebagai standar dalam menentukan mata uang atau nilai tukar, namun tetap menjadi elemen penting dalam sejarah kebijakan moneter.

Dalam prosesnya, kebijakan moneter memang terus berkembang dan disesuaikan dengan perubahan jaman serta kondisi yang ada. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda!

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang sejarah uang, standard emas dan untung ruginya, semoga bermanfaat bagi Anda semua.

Contoh standar emas dalam perdagangan internasional
Contoh standar emas dalam perdagangan internasional

Apa itu: Standar emas (gold standard) adalah sistem moneter di mana pemerintah mematok mata uang domestik ke emas. Di bawah sistem ini, nilai nominal uang anda setara dengan emas yang akan anda peroleh ketika menukarnya. Jadi, pemerintah sepakat untuk mengkonversi uang kertas menjadi emas dalam jumlah tetap. Oleh karena itu, jumlah uang yang beredar akan berubah sesuai dengan persediaan emas di sebuah negara. 

Standar emas tergantung pada persediaan emas. Negara yang miskin mineral emas tidak serta merta kaya karena tidak bisa menambang emas. Mereka hanya mengandalkan pasokan dari ekspor barang. Oleh karena itu, secara umum, standar ini dianggap membatasi perekonomian untuk tumbuh.  

Tapi, sistem moneter ini juga mendukung stabilitas harga jangka panjang. Jumlah uang yang beredar lebih terukur daripada ketika mengadopsi uang kertas.  

Sejarah singkat standar emas

Dalam sistem moneter dengan standar emas, anda dapat mengkonversi secara bebas menjadi sejumlah emas dengan takaran tetap. Standar emas populer di beberapa negara selama abad ke 19 hingga awal abad ke-20.

Pada 1821, Inggris menjadi negara pertama yang secara resmi mengadopsi standar emas.  Kemudian, standar emas internasional muncul pada tahun 1871 setelah Jerman mengadopsinya.  Pada 1900, sebagian besar negara maju melakukan kebijakan serupa. 

Penjaminan uang kertas dengan logam berharga, seperti emas, mengalami pasang surut. Itu sejalan dengan kondisi politik dan ekonomi pada waktu itu. Bahkan, uang kertas yang sudah beredar sempat tidak dijamin sama sekali dengan simpanan emas sesaat setelah Perang Dunia I. 

Baru, paska Perang Dunia II akan berakhir, negara-negara Barat utama bertemu untuk mengembangkan Perjanjian Bretton Woods. Perjanjian tersebut menjadi kerangka kerja bagi sistem mata uang global sampai tahun 1971. 

Di bawah sistem Bretton Woods, semua negara mematok uang mereka ke dolar AS, yang mana menjadi menjadi mata uang cadangan dunia. Kemudian, pada gilirannya, dolar AS dipatok ke emas dengan nilai tukar resmi sekitar US$35 per ons. Opsi penukaran ini hanya berlaku untuk bank negara dan tidak tersedia bagi perusahaan atau individu.

Tapi, kesepakatan tersebut tidak berjalan lama. Sistem Bretton Woods mulai runtuh di tahun 1968. Banyak negara anggota enggan untuk bekerja sama untuk mempertahankan kesepakatan tersebut.  

Pada tahun-tahun selanjutnya, Belgia dan Belanda menguangkan dollar untuk mendapatkan emas. Demikian juga, Jerman dan Prancis melakukan langkah serupa. Pada bulan Agustus 1971, Inggris mengikutinya dan meminta emas, memaksa tangan campur tangan presiden Amerika Serikat saat itu, Richard Nixon, untuk mengakhiri konvertibilitas dolar AS menjadi emas pada 15 Agustus 1971. Sejak saat itu,  mata uang dunia tidak dipatok sama sekali dengan emas.   

Saat ini, standar emas sudah tidak berlaku di sebagian besar negara. Uang fiat sepenuhnya menggantikannya. Uang fiat adalah sebuah istilah untuk merujuk pada mata uang yang tidak memiliki nilai intrinsik tetapi menjadi alat pembayaran. Kertas untuk membuat uang tidak senilai dengan nominal yang tertera dari uang. Jadi, itu kita katakan uang tidak memiliki nilai intrinsik. 

Uang fiat dapat diterima semua orang karena pemerintah menjaminnya. Jadi, itu berharga dan berguna sebagai alat pembayaran karena pemerintah mengatakan demikian.

Kelebihan dan kekurangan standar emas

Emas telah menjadi bagian penting dalam sistem nilai tukar. Itu menjadi mata uang dan telah menjadi salah satu aset untuk menyimpan nilai. 

Tidak seperti uang kertas, emas memiliki nilai intrinsik. Semua orang mengakuinya berharga, bahkan jika tidak ada jaminan dari pemerintah. 

Ada sejumlah kelebihan dari standar emas. Berikut adalah beberapa diantaranya:

  • Memungkinkan stabilitas harga jangka panjang. Di bawah standar ini,  pasokan uang akan lebih terkendali. Inflasi tinggi jarang terjadi, dan hiperinflasi pada dasarnya tidak mungkin. Alasannya adalah jumlah uang beredar hanya dapat tumbuh pada tingkat yang yang sebanding dengan peningkatan pasokan emas. Jadi, standar tersebut mengurangi kemungkinan peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan.
  • Mengurangi ketidakpastian perdagangan internasional. Di bawah standar emas, nilai tukar internasional tetap antara negara-negara yang berpartisipasi. Ketika mengimpor, sebuah negara secara tidak langsung membayarnya dengan emas, itu mengurangi jumlah uang beredar. Di sisi lain, ketika mengekspor mereka mendapatkan emas sebagai pembayaran. Jadi, secara neto, jumlah uang yang beredar lebih terkendali. 

Meskipun demikian, standar emas juga memiliki sejumlah kelemahan

  • Menguntungkan negara yang penghasil emas. Emas adalah langka. Tidak semua negara memiliki tambang emas. Akibatnya, standar emas akan lebih menguntungkan bagi negara-negara yang memiliki cadangan emas besar, seperti Cina, Australia, AS, Afrika Selatan, dan Rusia. Bagi negara yang tidak memiliki tambang emas, mereka hanya dapat memperolehnya melalui surplus perdagangan. 
  • Membatasi kemampuan perekonomian untuk tumbuh. Ketika kapasitas produktif suatu ekonomi tumbuh, maka jumlah uang beredar harus meningkat. Karena mematoknya dengan emas, itu berarti pasokan emas dalam perekonomian juga harus tumbuh pada tingkat yang setara. Dan, itu tentu saja sulit karena sumber daya emas adalah langka. Opsi satu-satunya adalah pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang lebih rendah. 
  • Kebijakan moneter tidak berguna untuk menstabilkan perekonomian. Di bawah standar, persediaan emas menentukan jumlah uang beredar. Jadi, itu bertambah ketika negara tersebut mencatatkan surplus perdagangan atau ketika mereka menambang lebih banyak emas.

Mengapa standar emas ditinggalkan

Selama Depresi Hebat orang tidak lagi percaya terhadap uang kertas. Orang lebih menyukai aset safe haven untuk melindungi kekayaan. Mereka kemudian mengkonversi uangnya dengan emas. Itu mendorong lonjakan permintaan emas sampai di titik di mana bank sentral kehabisan emas. Itu menyebabkan standar emas kolaps.

Inggris Raya adalah negara pertama yang keluar dari standar emas. Mereka melakukannya pada tahun 1931. Depresi Hebat membuat cadangan emas di negara tersebut menyusut tajam seiring dengan lonjakan konversi uang menjadi emas. Negara-negara Eropa kemudian mengikutinya.

Tapi, Amerika Serikat masih mempertahankan standar emas  selama dua tahun lagi, membuat perekonomiannya semakin terperosok akibat Depresi Hebat. Amerika Secara efektif meninggalkan standar emas pada tahun 1933 selama pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt. Kemudian, negara tersebut secara resmi meninggalkan standar emas pada tahun 1971 ketika Presiden Richard Nixon mengakhiri perjanjian Bretton Woods.