Rincian Diterbitkan hari Rabu, 22 Agustus 2012 00:00 Ditulis oleh Lily Teofilus Dibaca: 33117 kali
Show Baca: Lukas 9:22-27Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (Lukas 9:23)Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 49-50 Menyangkal diri biasanya sering diartikan dengan meninggalkan sesuatu yang baik dan diinginkan seperti keberhasilan karir dan kenyamanan materi, demi mengikut Kristus. Namun, banyak yang enggan meninggalkan karakter yang buruk demi mengikut Kristus. Mungkin kita pernah mendengar orang yang berkata: “Aku memang pemarah. Itu sudah turunan, tidak bisa diubah.” Atau, “Aku begini ya karena keluargaku berantakan.” Keluarga, masa lalu, dan situasi bisa jadi kambing hitam ketidakmauan orang untuk berubah. Yesus sangat jelas dengan tanggung jawab personal dalam mengikut Dia. “Setiap orang” punya tanggung jawab untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus. Apa pun latar belakang dan situasi orang itu. Ketika kita menyangkal tanggung jawab atas kebiasaan buruk kita, bukankah itu sama saja dengan berkata: “Tuhan, kalau aku disuruh berubah, aku tidak bisa ikut Engkau. Tuhan kan tahu situasiku.” Kita sama saja dengan orang yang berusaha “menyelamatkan diri sendiri” dan menyalahkan semua yang lain, termasuk Tuhan. Kita mau ikut Dia dengan catatan kita bebas menentukan bagaimana caranya. Bukankah itu menunjukkan bahwa kita sebenarnya sedang menolak mengikut Dia? Yesus menghendaki kita mengikuti Dia, meneladani hidup-Nya yang memuliakan Allah. Adakah kebiasaan buruk yang harus kita tinggalkan demi hal itu? Mari mengakui kebiasaan buruk itu sebagai kesalahan kita pribadi, bukan orang lain, masa lalu, atau situasi di sekitar kita. Meninggalkannya mungkin butuh perjuangan. Namun, itulah kehendak Yesus bagi kita. Dia yang memanggil akan memampukan kita untuk melakukannya!—LIT MENYANGKAL DIRI TERMASUK MENINGGALKAN SIFAT BURUK Respons:
Menyangkal Diri, Memikul Salib, dan Mengikut Tuhan - Konsekuensi KemuridanSaudari/saudara terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, pada hari Minggu pekan ke-XXII ini kembali kita mendengarkan dan mencari apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk dapat kita lakukan dalam perjalanan hidup kita lewat bacaan injil Matius 16:21-27. “Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikuti Dia”. Setia kepada komitmen dan pilihan hidup walaupun menghadapi berbagai rintangan dan pencobaan. Berusaha menerima semua dengan konsekuensi dan tidak menghindari atau lari dari kenyataan. Hal ini merupakan bentuk kongrit melaksanakan ajakan Yesus untuk mengikut Dia. Yesus sendiri telah menjalani konsekuensi sebagai Anak Allah yang dipilih untuk menyelamatkan manusia. Penderitaan, sengsara dan kematian merupakan konsekuensi pewartaan-Nya. Petrus yang merupakan perwakilan dari para murid yang sebelumnya menyatakan Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, tidak mampu menerima konsekuensi yang akan dialami Yesus, sehingga Yesus menegurnya dan menekankan bahwa : “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salib dan mengikut Aku”. Saudari/saudara terkasih, konsekuensi kemuridan adalah Salib. Menjadi murid Yesus berarti mengikut Dia dan meneladani-Nya sebagaimana para rasul yang dipanggil untuk mengalami konsekuensi untuk dapat berjalan bersama Yesus. Kita semua yang menamai diri sebagai murid Kristus, siap sedia mengabaikan kehendak diri, meninggalkan keinginan pribadi dan mengutamakan kebahagiaan dan keselamatan jiwa, mau dan berusaha menerima konsekuensi untuk melaksanakan ajakan Yesus untuk mengikuti Dia. Misalnya, setia pada pasangan hidup, menekuni profesi tertentu sebagai pilihan hidup, menyelesaikan tugas karya pelayanan. Setia menjalani panggilan khusus menjadi imam, bruder, suster dan frater dan semua bentuk panggilan hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Orang yang menamai diri sebagai pengikut Kristus tidak hanya sekedar mengaku sudah mengikut Kristus, namun harus setia dan bersedia menerima konsekuensinya. Marilah kita senantiasa memohon kekuatan dari Allah Bapa untuk dapat dengan setia menerima konsekuensi agar hidup kita sungguh-sungguh berkenan pada-Nya. Penulis : Sr. Loren SFMA Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa
Dua minggu yang lalu kita telah mengenal Jalan Salib, mulai dari latar belakang, isi doa dan penjelasannya. Menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah cukup mengenal Doa Jalan Salib dan mendoakannya setahun sekali di gereja bersama sama? Bagaimana caranya kita sendiri juga bisa memikul salib kita masing masing dengan sukacita seperti yang Tuhan perintahkan dan supaya tetap terus bisa mengikuti Dia? Dalam pembahasan kali ini, kita akan belajar lebih lagi tentang menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus, agar kelak kita boleh mengambil bagian dalam kebahagiaan kekal bersama Yesus di surga. Apakah pendapatmu / pengertianmu saat ini tentang menjadi seorang Katolik, secara lebih khusus tentang mengikuti Yesus, apakah hal itu kamu rasa mudah atau tidak? Sebelum kita membahas tentang “menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus” marilah kita membaca Injil Markus Bab 8: 31 38: Dari bacaan di atas, ayat mana yang menarik / menyentuhmu. Mengapa? Dengan menunjuk kepada diri-Nya sendiri, yaitu bahwa pelaksanaan misi-Nya membawa-Nya kepada salib, Yesus mengajarkan bahwa kita para pengikut-Nya juga harus melalui jalan yang sama. Hidup sebagai seorang Kristen, dengan segala tuntutannya, merupakan sebuah salib yang harus dipikul, untuk mengikuti Kristus. Kristus tidak mengajarkan jalan pintas berupa euforia sesaat, atau dedikasi yang hanya sesekali atau setengah- setengah, tetapi Ia menghendaki komitmen total seumur hidup -yang melibatkan penyangkalan diri- dengan ketaatan dan kesetiaan terhadap kehendak Allah, sebagaimana dicontohkan-Nya. Sebab tujuan yang ditentukan-Nya bagi manusia adalah kehidupan kekal. Maka kehidupan di dunia yang sementara ini harus dinilai dalam terang kehidupan kekal tersebut. Apa yang kita lakukan di dunia ini harusnya membantu mengarahkan kita kepada kehidupan kekal, dan bukan sebaliknya. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20) Pertanyaan: Dengan demikian, maksud-Nya adalah: barangsiapa yang mengutamakan hidup duniawi, ia akan kehilangan hidup surgawi, namun barangsiapa kehilangan hidup duniawi demi Tuhan Yesus dan Injil, ia akan memperoleh hidup surgawi. Apakah artinya ‘mengutamakan hidup duniawi’? Artinya: membiarkan hidup dipimpin oleh keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (lih. 1 Yoh 2:16). Maka kehilangan hidup duniawi artinya adalah penyangkalan diri terhadap ketiga kecenderungan ini; dan hidup seperti ini adalah hidup memikul salib, sambil selalu memikirkan hal- hal surgawi daripada yang duniawi (lih. Kol 3:1-2) Yesus menjanjikan kehidupan kekal kepada mereka yang dengan rela hati mau melepaskan kehidupan duniawi. Ia sendiri memberikan teladan, dengan menyerahkan nyawa-Nya, sebagaimana Gembala yang baik berkorban demi menyelamatkan domba-dombanya. “Tak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabat-Nya” (Yoh 15:13). Setiap manusia akhirnya akan diadili oleh Kristus. Ia adalah Hakim yang akan mengadili semua orang yang hidup dan yang mati (Mat 16:27). Keputusan akhir ini akan tergantung dari sejauh mana seseorang mengasihi Tuhan dan sesama demi kasihnya kepada Tuhan. Pada hari penghakiman itu, Kristus akan mengenali siapa yang setia dan siapa yang tidak setia, yaitu mereka yang malu untuk mengikuti teladan Kristus karena takut akan arus dunia, mereka yang gagal untuk hidup sesuai dengan imannya. Kita umat Kristen tidak boleh malu mengakui Injil (Rom 1:16), dan kita tidak boleh terbawa oleh arus dunia. Kita malah harus memberi pengaruh yang baik untuk mengubah dunia, tentu dengan bantuan rahmat Tuhan.Pertanyaan: Apakah selama ini kamu sudah merasa bangga dan tidak malu untuk mengakui dan mengikuti Yesus Kristus di dalam kehidupan kamu? Jika masih, sharingkan pengalamanmu, kendala kendala yang kamu hadapi, dan bagaimana pengalamanmu menghadapi hal itu? Adakah kasih yang lebih besar daripada kasih yang mampu memberikan hidup pada seseorang yang sudah mati? Betapa besar kasih karunia Tuhan, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita di dalam Kristus, yang memberikan kepada kita hidup ilahi-Nya! Betapa kita patut bersukacita karenanya! Sebab walaupun kita telah berdosa, dan layak menerima maut oleh karena kesalahan kita, Tuhan Yesus tetap mau mengampuni kita. Tuhan selalu memberikan kepada kita kesempatan untuk bertobat, sebagaimana Ia telah berkali-kali mengampuni bangsa Israel yang sering berubah setia (lih. 2Taw 36:14).Tuhan tetap mendorong kita umat-Nya, agar kembali kepada-Nya. Demikianlah, Tuhan selalu menyertai kita dengan kasih karunia-Nya, mendorong kita untuk senantiasa mengimani Dia dan melakukan perbuatan- perbuatan baik, agar kelak kita dapat beroleh kasih karunia-Nya yang berlimpah di Surga sampai selama-lamanya.Maka kasih karunia dan iman adalah dua hal yang tak terpisahkan (lih Injil Yoh 3:14-21). Dari pihak Allah, Ia telah menunjukkan kasih-Nya dengan mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal; dan dari pihak manusia, kita menanggapinya dengan percaya dan mengimani Dia. Hanya jika kita menanggapi kasih-Nya dengan percaya kepada-Nya, kita dapat beroleh hidup yang kekal.Maka kasih karunia Allah itu membutuhkan tanggapan dari kita, yang kita nyatakan dengan sejauh mana kita mau mengikuti Dia. Maukah kita hidup di dalam terang kasih-Nya dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik? Ataukah kita malah memilih hidup dalam kegelapan seturut kehendak kita sendiri? Sebab terang Kristus akan menyatakan apakah perbuatan kita adalah perbuatan yang baik atau sebaliknya. Kita diajak kembali kepada terang Kristus, dan kembali ke jalan-Nya. Memilih jalan Tuhan—rela mengampuni, berbelas kasih, menghindari segala dosa—memang tidaklah mudah. Seringnya dibutuhkan pengorbanan, yaitu untuk mematikan ke-ego-an kita, agar kita bisa mengikuti teladan-Nya. Oleh karena jalan pengorbanan itulah yang dipilih oleh Kristus untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita, maka tak mengherankan, bahwa jalan itu pulalah yang dapat menyatakan kasih kita kepada-Nya dan kepada sesama. Dan jika Kristus telah melakukannya dengan sukacita, maka kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Jika dalam kehidupan ini, kesulitan dan pergumulan tidaklah secara total dapat dihindari, maka pilihannya bagi kita adalah, apakah kita akan menerimanya sambil bersungut-sungut, atau menerimanya dengan sukacita? Sebab bersama Yesus, salib kehidupan itu akan diubah-Nya menjadi kemuliaan pada waktu-Nya.Maka marilah mengikuti Yesus dengan sukacita ke Yerusalem, ke Kalvari, kepada Salib itu, dan salib kehidupan kita. St. Jose M. Escriva mengatakan, “Bukankah benar, ketika kamu berhenti takut kepada salib, kepada apa yang orang katakan sebagai salib, dan ketika kamu berketetapan akan menerima kehendak Tuhan, di saat itulah kamu akan menemukan kebahagiaan, dan semua kekuatiranmu, dan semua penderitaanmu, akan sirna?” (The Way of the Cross, Second Station). Semoga Tuhan memberikan kepada kita sukacita sejati, sebab kita percaya bahwa kasih karunia-Nya akan mendatangkan kebaikan bagi kita yang percaya dan berharap kepada-Nya.Pertanyaan: Menurutmu, apa salib yang sedang kamu pikul saat ini? Apakah kamu merasa itu sebagai beban, atau adakah sukacita yang kamu rasakan saat memikul salibmu? Closing PrayerAllah Bapa di surga, kami bersyukur atas teladan salib yang Engkau berikan dalam Yesus Kristus. Engkau sungguh mengasihi kami anak anakmu, karena Yesus sendiri telah merendahkan diri, memikul salib, memberikan nyawaNya bagi kami. Tuhan Yesus, dengan setia dan sukacita Engkau memanggul salibmu buat dosa kami, buat kebahagiaan kami. Berilah kami rahmatMu, agar kamipun sanggup menyangkal diri, memanggul salib kami masing masing, dengan rela dan sukacita, dan mengikuti jejakMu, agar kamipun boleh mengambil bagian dalam kebahagiaan abadi bersama Engkau di surga. Tuhan Yesus, kami anak anakmu penuh dengan kelemahan dan kekurangan, tetapi dengan rahmatMu, dengan darahMu di kayu salib, kami percaya, bahwa kami sanggup memikul salib kami masing masing, hingga kami boleh memperoleh kemengan yang Tuhan sediakan. Semua ini kami mohon demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin References
|