Contoh karya ilmiah yang salah dan perbaikannya

Nama   : Yogi Aprianto                                                           korektor : Indah Tri Rahayu

NIM    : H1021131032                                                           total kesalahan : 61

Prodi   : FISIKA

KODE : A

Tema  

Pentingnya Mengontrol Aktifitas Remaja Usia Sekolah

1.      Latar Belakang

Seorang manusia memiliki suatu tahap-tahap pertumbuhan usianya. Ada saat pertumbuhan usia seorang manusia yang akan mengalami tahap transisi (perubahan) yang sangat penting yaitu tahap usia remaja. Pada tahap remaja seorang manusia mulai memunculkan rasa keingintahuannya yang besar terhadap sesuatu. Rasa keingintahuan itu diwujudkannya dengan melakukan berbagai macam akifitas, supaya apa yang menjadi rasa keingitahuannya terjawab(seharusnya diberi tanda titik [-2]) contoh pada saat seorang anak remaja melihat seekor burung terbang dia akan bertanya-tanya apa yang menyebabkan burung itu bisa terbang dan rasa keingintahuannya tersebut diwujudkannya dengan aktifitas membaca buku tentang burung.

Seorang anak usia remaja juga memiliki aktifitas yang wajib ia lakukan yaitu bersekolah. Pada aktifitas bersekolah anak remaja akan lebih dalam mempunyai rasa keingitahuannya tentang sesuatu(seharusnya diberi tanda koma [-2]) karena di sekolah ia akan menemukan hal-hal baru baginya. Aktifitas bersekolah seorang anak remaja tidak hanya terpaku pada rasa keingitahuannya tentang ilmu pengetahuan yang didapatnya tetapi,(seharusnya koma setelah kata “didapatnya”[-2]) ada juga hal-hal yang(diksi [-5]) sia-sia yang menjadi rasa keingintahuan remaja yang salah yaitu,(seharusnya koma setelah kata “salah”[-2])  ketika remaja memiliki rasa keingintahuan tentang pergaulan dan mewujudkan aktifitasnya dengan cara mengabiskan waktu untuk terus bersama-sama dengan teman-teman pergaulannya. Pergaulan yang(diksi) akan menjadi aktifitas yang salah jika,(seharusnya koma setelah kata “salah” [-2]) aktifitas itu dilakukan hanya untuk bermain-main dan mengabaikan belajarnya, hal ini juga yang dapat mengindikasikan pergaulan menjadi hal yang negatif walaupun,(seharusnya koma setelah kata “negatif” [-2])  tidak semua pergaulan suatu hal yang negatif.

Pergaulan yang mengabaikan proses belajar inilah yang harus dikontrol dalam perwujudan nyatanya. Peran kedua orang tua sangat penting dibutuhkan dalam mengontrol pergaulan seseorang anak remajanya (seharusnya diberi tanda koma [-2]) supaya tidak terjerumusan(seharusnya “tidak terjerumus” [-5]) dipergaulanan yang terindikasi pergaulan yang negatif. Pengontrolan aktifitas pergaulan juga perlu ditelaah dahulu bagi orang tua, karena pergaulan juga penting selama pergaulan itu bersifat positif bagi seorang anak usia remaja.

2.      Rumusan Masalah

2.1.   Bagaimana cara orang tua untuk mengontrol aktifitas seorang anak dalam pergaulannya?

2.2.   Pergaualan seperti apa yang menyebabkan suatu masalah bagi seorang anak remaja? 

2.3.   Seberapa besar(diksi -5]) penting peran orang tua untuk mengontrol aktifitas seorang anak remaja mereka?

3.      Batasan Masalah

3.1.      Cara-cara yang efektif untuk mengontrol aktifitas pergaualan seorang anak remaja.

3.2.      Jenis-jenis pergaulan apa saja yang dikategorikan positif dan negatif bagi anak? (struktur kalimat [-10])

3.3.      Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya dalam mengontrol seorang anak remajanya.

4.      Tujuan Penelitian

4.1.      Menemukan cara-cara yang efektif untuk mengontrol aktifitas pergaulan anak remaja (seharusnya diberi tandai titik [-2])

4.2.      Mengetahui jenis-jenis pergaulan yang positif dan negatif bagi seorang anak remaja (seharusnya diberi tandai titik [-2])

4.3.      Menumbuhkan kesadaran bagi kedua orang tua(pemborosan kata, kata “kedua” seharusnya dihilangkan[-5]) akan pentingnya peran untuk mengontrol pergaualan anaknya (seharusnya diberi tandai titik [-2])

5.      Manfaat Penelitian

5.1.      Mengajarkan cara-cara yang efektif untuk mengontrol aktivitas pergaulan anak remaja (seharusnya diberi tandai titik [-2])

5.2.         Dapat mengklasifikasikan dan membedakan aktifitas pergaualan yang positif dan negative(seharusnya kata “negative” dimiringkan, karena termasuk bahasa asing[-5]) (seharusnya diberi tandai titik [-2])

5.3.         Menjadi bahan sumber referensi bacaan bagi kedua orang tua(pemborosan kata, kata “kedua” seharusnya dihilangkan)dalam mencari pengetahuan tentang mendidik anaknya (seharusnya diberi tandai titik [-2])

Jakarta -

Sudah pernah menyusun karya ilmiah? Setiap mahasiswa perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi akademik, didorong untuk menyusun karya ilmiah akademik.

Rupanya, meskipun praktik penyusunan tulisan ilmiah ini sudah lama dilakukan, masih banyak kesalahan umum penulisan karya ilmiah yang dilakukan mahasiswa.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran (Unpad) Lina Meilinawati menuturkan, ada sejumlah kekeliruan umum mahasiswa saat menyusun karya ilmiah. Kekeliruan ini termasuk aspek teknis maupun nonteknis pembuatan karya ilmiah.

Lina menuturkan, kesalahan penyusunan karya ilmiah ini terjadi baik di laporan tugas akhir, skripsi, tesis, maupun disertasi. Hal ini ia temukan saat melakukan peelitian ke sejumlah karya ilmiah di berbagai fakultas di Unpad, seperti dikutip dari situs resmi Unpad.

Ia menambahkan, kekeliruan ini tidak hanya dilakukan mahasiswa jenjang S1, namun juga mahasiswa Pascasarjana.

Berikut kekeliruan yang umum ditemui di karya ilmiah:

1. Ketidaksesuaian Analisis dengan Identifikasi Masalah

Lina mengatakan, kekeliruan umum yang paling banyak dijumpai adalah identifikasi masalah yang tidak sesuai dengan analisisnya.

Ia mengibaratkan, identifikasi masalah merupakan janji yang dikeluarkan oleh penyusun karya ilmiah. Janji ini harus ditepati melalui analisis yang sesuai. Sayangnya, banyak analisis yang dilakukan tetapi tidak sesuai dengan identifikasi masalah yang diajukan.

"Contohnya, pertanyaan penelitiannya ada dua, tetapi ternyata analisisnya ada tiga, atau malah sebaliknya," kata Lina, seperti dikutip dari situs resmi Unpad, Kamis (27/5/2021).

Ia menambahkan, penyusun juga tidak menerapkan teori saat melakukan penelitian. Hal ini umum terjadi pada skripsi yang ditulis oleh mahasiswa jenjang sarjana.

"Karena mungkin kelemahan mahasiswa S1 itu ada pada teori. Jadi biasanya teorinya tidak dipakai di dalam analisis," kata Lina.

2. Tidak Fokus ke Masalah

Dosen Program Studi Sastra Indonesia Unpad ini memaparkan, mahasiswa sering tidak fokus dalam menjelaskan tema penelitian. Hal ini terlihat dari bab pertama atau pendahuluan yang menjadi mukadimah suatu karya ilmiah.

Lina mengatakan, kadang mahasiswa menulis pendahuluan untuk menjelaskan paparan dengan terlalu luas. Padahal, Lina menganjurkan agar mahasiswa sebaiknya fokus langsung menjelaskan tema penelitian.

"Sebetulnya sekarang menulis itu temanya mau apa, kenapa tidak itu saja yang langsung diangkat dalam tulisan, hingga orang itu tertarik untuk membaca tulisan," kata Lina.

3. Kesalahan Berbahasa

Lina menuturkan, kesalahan berbahasa juga menjadi kekeliruan yang kerap dijumpai pada karya ilmiah. Kekeliruan ini terlihat dari segi penulisan maupun logika berbahasa.

Ia mengatakan, dari segi kesalahan penulisan, rata-rata mahasiswa tidak bisa membedakan antara kalimat tunggal dan majemuk. Salah satu contohnya adalah penggunaan kalimat majemuk yang tidak lengkap.

"Dalam kalimat majemuk ternyata hanya anaknya saja, induk kalimatnya tidak ada," terangnya.

Lina menambahkan, kekeliruan dalam menggunakan tanda baca, kaidah penulisan huruf kapital, hingga pemilihan kata juga banyak dijumpai dalam karya ilmiah. Sementara dari sisi logika berbahasa, kebanyakan karya ilmiah memiliki kelemahan di sisi tersebut.

Ia menggarisbawahi, logika kalimat merupakan hal yang penting, tetapi banyak yang tidak mengindahkan.

Lina mencontohkan, salah satu logika berbahasa yang keliru adalah pemakaian konjungsi atau kata hubung dalam satu kalimat. Ia mengatakan, terkadang ada penulis yang menggunakan dua konjungsi atau lebih dalam satu kalimat.

Padahal, adanya dua konjungsi atau lebih dalam satu kalimat sudah jelas membuat logika kalimat menjadi tidak jelas.

Ia menambahkan, hal menarik yang ia temui dalam penelitiannya adalah kesalahan berbahasa ini justru banyak ditemukan pada tesis dan disertasi.

Lina mengatakan, ada banyak faktor yang memengaruhi kesalahan berbahasa di penulisan tesis dan disertasi. Salah satunya adalah kebiasaan berbahasa.

"Masih banyak yang dibesarkan tidak dengan logika berbahasa yang baik, dan itu tercermin dalam tulisan," ujarnya.

4. Pengutipan

Lina mengatakan, pengutipan menjadi hal penting yang mesti diperhatikan oleh penulis. Kesalahan dalam mengutip bisa berakibat fatal. Ia menambahkan, tuduhan plagiat bisa saja terjadi hanya karena kesalahan mengutip.

Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan Fakultas Ilmu Budaya Unpad, ada sejumlah aturan pengutipan berdasarkan standar sitasi yang dikeluarkan organisasi APA (American Psychological Association), antara lain:

a. Kutipan langsung yang berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat (baik dalam bahasa aslinya, maupun terjemahannya) yang terdiri atas tidak lebih dari tiga baris, dapat dimasukkan ke dalam teks dengan jarak tetap diikuti dengan nama penulis, tahun, dan halaman

(2) Kutipan langsung (bisa dalam bahasa aslinya atau terjemahannya) yang terdiri dari empat baris atau lebih, ditik terpisah dari teks dengan jarak satu spasi dan menjorok masuk lima ketukan dari margin kiri teks, diikuti nama penulis, tahun, dan halaman, dibubuhi tanda kutip dua

3) Kutipan tidak langsung yang menggunakan gagasan atau pemikiran seorang penulis buku, artikel, dsb., walaupun disusun dengan menggunakan kata-kata sendiri, harus mencantumkan namanya. Apabila perlu, dapat pula dicantumkan judul karya tulisnya dan tahun buku atau artikel itu ditulis, sesuai dengan kebiasaan penulis pada tiap-tiap disiplin ilmu. Penulisannya tidak dibubuhi tanda kutip, nama dan tahun.

(4) Kutipan dalam kutipan dilakukan dengan penanda pembubuhan tanda baca "...'....'....".

Gimana detikers, ada kekeliruan penyusunan karya ilmiah yang pernah kamu lakukan? Nah, jangan lupa lagi, ya!

Simak Video "Jelang Demo, Lalin di Kawasan Patung Kuda Masih Normal"


[Gambas:Video 20detik]
(pal/pal)