Berikut nama tempat di Jakarta berdasarkan nama pahlawan adalah

Pemandangan Monumen Nasional (Monas) dari lantai 24 di Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2017). (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

IDEAonline - Menelusuri asal usul sebuah nama memang mengasyikkan.

Pasti di belakangnya ada penyebab kenapa ia diberi nama seperti itu.

Demikian juga halnya dengan kampung-kampung di Jakarta.

Namanya beragam dan ada yang berasal dari peristiwa yang terjadi di sana, ada yang diambil darinama seorang tokoh penting yang hidup di sana, ada pula nama yang didasarkan pada tumbuhan atau binatang yang banyak hidup di tempat itu.

Beberapa kampung telah diganti namanya oleh pemerintah Indonesia.

Tapi banyak juga yang masih lestari sampai saat ini.

Baca Juga : Unik, Inspirasi Desain Rumah 40 m2, Paduan Skandinavia dan Jepang

Berikut ini beberapa asal usul nama tempat di Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat yang dikutip dari Buku “Betawi: Queen of The East” karya Alwi Shahab; Jakarta Culture dan Heritage, Dinas Permuseuman dan Kebudayaan DKI Jakarta.

1. Senayan

Senayan berasal dari bahasa betawi “senenan”, yakni sejenis permainan ketangkasan berkuda.

Dulunya, di daerah ini orang-orang sering berkumpul untuk beradu ketangkasan senenan.

Baca Juga : Inspirasi Desain Kamar Anak, Efisien Satu Ruang untuk 3 Anak


Page 2


Page 3

Berikut nama tempat di Jakarta berdasarkan nama pahlawan adalah

KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Pemandangan Monumen Nasional (Monas) dari lantai 24 di Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2017). (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

IDEAonline - Menelusuri asal usul sebuah nama memang mengasyikkan.

Pasti di belakangnya ada penyebab kenapa ia diberi nama seperti itu.

Demikian juga halnya dengan kampung-kampung di Jakarta.

Namanya beragam dan ada yang berasal dari peristiwa yang terjadi di sana, ada yang diambil dari
nama seorang tokoh penting yang hidup di sana, ada pula nama yang didasarkan pada tumbuhan atau binatang yang banyak hidup di tempat itu.

Beberapa kampung telah diganti namanya oleh pemerintah Indonesia.

Tapi banyak juga yang masih lestari sampai saat ini.

Baca Juga : Unik, Inspirasi Desain Rumah 40 m2, Paduan Skandinavia dan Jepang

Berikut ini beberapa asal usul nama tempat di Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat yang dikutip dari Buku “Betawi: Queen of The East” karya Alwi Shahab; Jakarta Culture dan Heritage, Dinas Permuseuman dan Kebudayaan DKI Jakarta.

1. Senayan

Senayan berasal dari bahasa betawi “senenan”, yakni sejenis permainan ketangkasan berkuda.

Dulunya, di daerah ini orang-orang sering berkumpul untuk beradu ketangkasan senenan.

Baca Juga : Inspirasi Desain Kamar Anak, Efisien Satu Ruang untuk 3 Anak

Berikut nama tempat di Jakarta berdasarkan nama pahlawan adalah

Berikut nama tempat di Jakarta berdasarkan nama pahlawan adalah
Lihat Foto

KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR

Pahlawan asal Jakarta

KOMPAS.com - Pada masa penjajahan Indonesia dulu, Jakarta atau dulunya bernama Batavia adalah ibu kota Hindia Belanda. 

Semasa penjajahan dulu, terdapat banyak tokoh-tokoh nasional yang turut terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Ada lima tokoh pejuang terkenal yang berasal dari Jakarta. Mereka adalah:

  • Mohammad Husni Thamrin 
  • Pierre Tendean
  • W.R. Supratman 
  • Abdulrachman Saleh
  • Ismail Marzuki

Baca juga: Halim Perdanakusuma: Perjuangan, Kiprah, dan Akhir Hidup

Lihat Foto - Mohammad Husni Thamrin Mohammad Husni Thamrin 

Mohammad Husni Thamrin lahir di Jakarta Pusat, 16 Februari 1894. 

MH Thamrin dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia yang memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Thamrin memulai kariernya saat ditunjuk untuk menjabat di Geementeraad atau Dewan Kota Batavia. 

Semasa menjabat di Geementeraad, Thamrin menangani masalah terkait pembendungan Sungai Ciliwung untuk mengatasi banjir. 

Usahanya ini kemudian terbukti, proyek penanggulangan banjir berhasil dilakukan. 

Kemudian, pada 1927, Thamrin diangkat menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat). 

Ia membentuk Fraksi Nasional untuk memperkuat kedudukan golongan nasionalis dalam dewan.

Berikut nama tempat di Jakarta berdasarkan nama pahlawan adalah

Berikut nama tempat di Jakarta berdasarkan nama pahlawan adalah
Lihat Foto

KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES

Taman Menteng, Jakarta Pusat, dilihat dari udara, Jumat (6/2/2015). Ruang terbuka hijau menjadi salah satu penyeimbang dan oasis di tengah belantara gedung kota.

JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta sebagai kota kosmopolitan merupakan tempat pertemuan bermacam etnis, suku, dan budaya.

Secara toponimi, penamaan tempat dan wilayah di kota ini kerap dilakukan berdasarkan sejumlah hal seperti bentuk fisik lingkungan hingga nama pemilik lahan.

Selama 493 tahun Jakarta berdiri, ada banyak daerah yang secara fisik sudah berubah namun tetap memiliki nama yang merujuk pada kondisinya dahulu.

Berikut rangkuman sejumlah asal usul nama wilayah di Jakarta, berdasarkan sejumlah sumber. Di antaranya buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat, Tenabang Tempo Doeloe karya Abdul Chaer, dan Lexicografi Sejarah dan Manusia Betawi IV karya Ridwan Saidi.

Baca juga: Perda Tata Ruang Jakarta Siap Diubah, Begini Penjelasan Wagub DKI

Menteng

Nama Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, muncul karena kawasan itu dulunya merupakan hutan yang banyak ditumbuhi pohon buah menteng.

Kawasan yang dulunya merupakan kampung mulai tumbuh menjadi permukiman menengah atas, sekitar tahun 1912, kala Pemerintah Belanda membangun perumahan pegawainya di sana.

Menteng dipilih karena kawasannya asri, nyaman, dan indah. Sebuah kriteria permukiman yang digemari oleh masyarakat Eropa dan pribumi kelas menengah atas, sehingga tidak heran jika kini terdapat banyak rumah mewah dan megah di kawasan ini.

Beberapa di antaranya masih mempertahankan bentuk bangunan era kolonial Belanda.

Saat ini Menteng dikenal dengan keberadaan taman-taman terbuka. Taman terbesar adalah Taman Suropati, kemudian Taman Lawang, Situ Lembang, serta Taman Cut Meutia.
Bahkan dulu sempat berdiri Stadion Menteng, yang kini telah beralih fungsi menjadi Taman Menteng.

Tanah Abang

Hingga akhir abad ke-19, kawasan yang saat ini bernama Tanah Abang dijuluki ‘Nabang’, yang diambil dari nama jenis pohon yang banyak tumbuh di sana.

Dalam penulisan formal zaman Hindia Belanda, diberi partikel “De” sehingga menjadi De Nabang.

Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, Pemprov DKI Jakarta Awasi Penjualan Pangan di Kelapa Gading

Penduduk sekitar kemudian menyebutnya “Tenabang”, sebagai pelesetan dari De Nabang.

Lantaran dikira itu benar, perusahaan jawatan kereta api mencoba “meluruskan” nama tersebut menjadi Tanah Abang.

Belanda menyebut Ancol dulu sebagai tanah asin.

Republika/Agung Supriyanto

Warga menikmati matahari tenggelam saat menunggu berbuka puasa (ngabuburit) di Pantai Festival, Ancol, Jakarta, Kamis (30/6). (Republika/Agung Supriyanto)

Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Setelah dilakukan penelitian, penyebutan nama tempat dan nama kampung yang ada di Jakarta tidak sekadar asal nama. Hampir semua nama tempat dan kampung yang dikaji ternyata mempunyai riwayat sendiri-sendiri, seperti peristiwa sejarah yang pernah terjadi. Ada juga nama kampung atau tempat yang dikaitkan dengan vegetasi atau tumbuh-tumbuhan yang banyak ditemukan. Juga ada nama tempat atau kampung yang dikaitkan dengan seorang tokoh yang pernah tinggal di tempat itu.

Baiklah kita mulai dengan kawasan Ancol di Jakarta Utara, yang kini menjadi tempat rekreasi paling terkenal di tanah air. Ancol mengandung arti tanah rendah berpaya-paya. Dahulu, bila laut sedang pasang, air payau kali Ancol berbalik ke darat menggenangi tanah sekitarnya sehingga terasa asin. Wajarlah bila Belanda zaman VOC menyebut kawasan tersebut Zoutelande (tanah asin). Sebutan yang juga diberikan untuk kubu pertahanan yang dibangun di situ pada 1656.

Dari Ancol kita ke Angke, Jakarta Barat. Di sini kita menemukan masjid tua yang berusia hampir 300 tahun (dibangun pada 1714), yakni Masjid Al-Anwar. Kata Angke berasal dari bahasa Cina, ang, yang berarti darah, dan ke, yang artinya bangkai. Nama ini terkait peristiwa sejarah tahun 1740 ketika terjadi pemberontakan orang Cina di Batavia. Ribuan warga Cina yang dibantai Belanda mayatnya dihanyutkan ke kali, yang kemudian menjadi kali dan kampung Angke. Sebelumnya, kampung itu bernama Kampung Bebek. Karena, orang Cina yang tinggal di situ senang beternak bebek.

Sekarang kampung Gambir tinggal kenangan saja. Yang ada nama kelurahan dan stasioon Gambir. Kata Gambir sudah dikenal sejak Gubernur Jenderal Daendels mulai membuka daerah itu pada 1810. Kata ini mengacu pada sebutan masyarakat setempat yang melihat banyaknya pohon gambir yang tumbuh di kawasan tersebut. Sebelum dikembangkan oleh Daendels sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda yang dinamakan Weltevreden, kawasan itu masih merupakan daerah rawa-rawa dan padang ilalang. Pada abad ke-17 oleh pemiliknya, Anthony Paviljoen, daerah itu disewakan pada masyarakat Cina sebagai lahan pertanian tebu, sayur-sayuran dan persawahan.

Di daerah yang kini dikenal sebagai Lapangan Monas pernah tiap tahun diselenggarakan Pasar Gambir untuk memperingati HUT Ratu Wilhelmina, nenek Ratu Beatrix sekarang ini. Keramaian itu, kemudian, oleh Gubernur Ali Sadikin dilanjutkan dengan Jakarta Fair (Pekan Raya Jakarta) guna memperingati HUT Kota Jakarta.

Tidak jauh dari Gambir terdapat kampung Gondangdia yang kini berada di daerah pemukiman elite Menteng, Jakarta Pusat. Nama Gondangdia cukup dikenal di kalangan masyarakat awam di Jakarta karena sering disebut dalam lagu Betawi: Cikini si gondangdia, saya disini karena dia.

Ada beberapa versi nama kampung Gondangdia. Berasal dari nama pohon gondang (sejenis pohon beringin). Berasal dari nama binatang air sejenis keong gondang, yang artinya keong besar. Juga berasal dari nama seorang kakek yang terkenal dan disegani masyarakat sekitar kampung. Kakek ini punya nama kondang dan sering dipanggil ‘kyai kondang’. Nama tempat itu pun disebut gondangdia (kakek yang tersohor).

Dari Jakarta Pusat kita ke Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Di sini terdapat kawasan Kebantenan, karena sejak 1685 dijadikan salah satu tempat pemukiman orang-oroang Banten di bawah pimpinan Pangeran Purbaya, salah seorang putra Sultan Agung Tirtayasa.

Tentang keberadaan orang Banten di kawasan tersebut, kisahnya dimulai, setelah Sultan Haji mendapatkan bantuan Kompeni. Akibatnya Sultan Agung Tirtayasa terdesak, sampai terpaksa meninggalkan Banten, bersama keluarga dan abdi-abdinya yang masih setia kepadanya. Mereka berpencar, tetapi kemudian terpaksa menyerahkan diri: Sultan Ageng di sekitar Ciampea, Pangeran Purbaya di Cikalong kepada Letnan Untung (Untung Surapati).

Di Batavia awalnya mereka ditempatkan di dalam lingkungan benteng. Kemudian, Pangeran Purbaya beserta keluarga dan abdi-abdinya diberi pemukiman di Kebantenan, Jatinegara, Condet, Citreureup, Ciluwer, dan Cikalong.

Selain Kebantenan di Jakarta Utara, ada pula Kebantenan yang terletak antara Cikeas dengan Kali Sunter, sebelah tenggara Jatinegara, atau sebelah barat daya Kota Bekasi. Di salah satu rumah tempat kediaman Pangeran Purbaya yang berada di barat daya Bekasi itu ditemukan lima buah prasasti berhuruf Sunda kuno, peninggalan kerajaan Sunda, yang ternyata dapat sedikit membuka tabir kegelapan sejarah Jawa Barat.

Dari Kebantenan Jakarta Utara, kita menuju ke Kampung Ambon di Rawamangun, Jakarta Timur. Nama ini sudah ada sejak 1619. Pada waktu itu Gubernur Jenderal JP Coen menghadapi persaingan dagang dengan Inggris. Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon mencari bantuan dengan menambah pasukan dari masyarakat Ambon. Pasukan Ambon yang dibawa Coen kemudian ditempatkan di Batavia, yang kini menjadi Kampung Ambon.

Pada awal berdirinya VOC, Belanda menempatkan masyarakat untuk tinggal di kampung-kampung dengan nama etnis mereka. Karena itu, di Jakarta banyak nama tempat mengacu pada etnis, seperti Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Banda(n), Kampung Bugis, dan Kampung Makassar. Di masing-masing kampung itu Belanda menempatkan kapiten, yang dipilih dari tokoh masyarakat yang disegani dari tiap etnis.

Berikut nama tempat di Jakarta berdasarkan nama pahlawan adalah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...