Berikut ini yang tidak termasuk teater modern adalah

Halllo sobat kami dari rumussoal.com akan menyampaikan Artikel tentang Teater Transisi – lengkap dengan pengertian, ciri ciri, jenis, manfaat, tujuan, contoh dan gambar supaya mudah dipahami.

Teater Transisi – adalah salah satu penciptaan karya seni dari seorang seniman yang berhubungan dengan media dari berbagai model dengan pengunaan yang berbeda, sehingga hal ini mengandung estetika sebagai bentuk seni yang akan ditujukan pada nilai dan keindahan yang berkebnag di berbagai daerah.

Langsung saja simak pembahasan dibawah ini…?

Pengertian Teater Transisi

Berikut ini yang tidak termasuk teater modern adalah

Transisi adalah sebuah kelompok teater daerah / tradisional telah mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain tetapi teater ini masih diklasifikasikan sebagai kelompok teater tradisional dengan elemen yang disebut teater bangsawan.

Perubahan budaya maka teater ini diubah dalam bentuk cerita pendek deskripsi singkat cerita per adegan yang menyajikan cerita di atas panggung dan di dekorasi yang memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan.

Hal ini juga disebut sebagai karya seni tradisional karena pengaruh budaya lain sebagai kelompok teater tradisional dengan panutan dari penggabungan sebagai unsur-unsur dengan teknik tertentu.

Selama masa transisi ini yang mengenal teater non-tradisional dan akan dipengaruhi oleh teater barat yang dimulai pada 1821 dengan pembangunan gedung Schouwburg kesenian.

Baca Juga: Sejarah Musik Barat

Sejarah Teater Transisi

Pengenalan orang Indonesia dengan teater non-tradisional yang berdiri pada tahun 1891 dengan pertunjukan yang mengikuti dari berbagai budaya yang tidak menggunakan naskah drama / teater pada waktu itu.

Selama masa transisi dilakukan oleh Belanda sekitar 1805 dan kemudian menyebar ke Betawi pada 1821 dengan fondasi gedung, dari masa sastra yang dimulai Soerio Retno pada tahun 1901 dan diikuti oleh berbagai seniman dari bergabai daerah.

Kemudian lahir dalam kelompok drama lain,

  • Opera Stambul
  • Komidi Bangsawan,
  • Indra Bangsawan,
  • Teater Orion,
  • Opera Abdoel Moeloek,
  • Teater Tjahaja Timoer

Oleh karena itu teater saat itu menggunakan nama lakon dengan cerita yang disajikan disebut drama dengan Istilah teater untuk rakyat Indonesia baru dikenal setelah zaman kemerdekaan.

Baca Juga: Tarian Thailand

Ciri Ciri Teater Transisi

  • Mneggunakan bahasan yang baik dan bahasa lokal
  • memiliki elemen bernyanyi dan menari
  • Ditemani oleh Tetabuhan
  • Slapstick / Spanyol yang selalu berwarna
  • Terdapat keakraban antara pemain dan penonton
  • Suasana santai

Baca Juga:  Tari Kreasi Nonetnik

Contoh Teater Transisi

Berikut ini yang tidak termasuk teater modern adalah

Teater transisi pada dasarnya sebagai karya yang dekenal sebagai tarian tradisional dengan gaya pementasannya yang telah mendapatkan pengaruh dari teater barat.

Pengaruh teater barat terlihat dari cara penyajiannya yang menggunakan naskah-naskah dan berkembang dalam masyarakat perkotaan dan dimainkan oleh para migran dengan mencerminkan aspirasi seluruh penduduknya.

Dari apa yang sudah kami sampaiakn diatas, maka kami juga akan memberikan beberapa contoh, diantaranya adalah sebagai berikut.

  • Comedie Stamboel,
  • Bermain Raden Beij Soerio Retno,
  • Karina Adinda,
  • Pelawak India Timoer,
  • Drama Dardanella (The Malay Opera Dardanella),
  • Opera Stambul,
  • Korsel bangsawan,
  • Bangsawan Indra,
  • Orion Theater,
  • Opera,
  • Abdoel Moeloek,
  • Memainkan Tjahaja Timoer,
  • dan lainnya,

Demikianlah sobat yang dapat kami sampaikan pembahasan tentang, Teater Transisi, lengkap dengan ciri-cirinya, semoga apa yang sudah kami sampaikan diatas dapat berguna dan bermanfaat, sekian dan terima kasih.

Baca Juga: Jenis Musik Barat

Secara etimogis kata teater berasal dari bahasa Yunani "Theaomai" dan bahasa Inggris "Theatre" yang berarti dengan takjub melihat dan mendengar. Kemudian kata teater mengalami perubahan menjadi "Theatron" yang mengandung arti;

  • Gedung Pertunjukan atau pentas dizaman Thucydides, 471 - 395 SM dan dizaman Plato, 428 - 424 SM.
  • Publik/ auditorium atau tempat penonton dizaman Herodotus, 490/ 480 -424 SM.

Dalam pengertian yang lazim teater dapat dibagi ke dalam pengertian secara umum dan sempit. Pengertian teater secara umum atau lazim adalah suatu aktivitas atau kegiatan manusia dengan menggunakan tubuh atau objek-objek yang dapat digerakkan, dimana suara, tarian, dan musik adalah media utama dalam mengekspresikan cita, rasa, dan karsa seni.

Dalam arti luas Teater adalah segala tontonan yang ditampilkan di hadapan orang banyak, misalnya; dramatari, teatertari, sendratari, opera, operet, kabaret, wayang orang, ketoprak, ludruk, wayang golek, wayang kulit, srandul, randai, lonser, dagelan, berbagai pertunjukan musik atau karawitan, karnaval seni, sulapan, akrobatik, sepak bola, dan lain-lain. Sedangkan dalam arti sempit teater adalah Drama.

Istilah drama dalam bahasa yunani "Dran" atau "Draomai" yang artinya beraksi, berbuat, berlaku, bertindak. Secara lazim istilah drama artinya adalah salah satu bentuk teater yang menggunakan lakon dengan cara percakapan atau gerak gerik di atas pentas yang ditunjang beberapa unsur artistik dalam pertunjukan. Inti atau dasar dalam cerita drama tersebut adalah adanya konflik atau pertentangan, antara; tokoh, dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan masyarakat atau lingkungan.

Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang diceritakan kembali di atas pentas, disaksikan oleh banyak orang/ penonton menggunakan media; percakapan, gerak dan tingkah laku dengan dekor atau tata pentas dan berdasarkan pada naskah tertulis (narasi) dengan atau tanpa nyanyian, musik, dan tarian.

Pertunjukan teater disebut "Sandiwara" pada zaman pendudukan Jepang. Kata sandiwara (bahasa Jawa) berasal dari dua kata yaitu "Sandi" yang artinya samar-samar, rahasia dan, "Wara" yang artinya berita, anjuran atau pengajaran. Jadi kata Sandiwara menurut Ki Hajar Dewantara artinya adalah ajaran, nasihat, atau anjuran melalui perlambangan. Istilah ini mula-mula digunakan oleh P.K.G. Mangkunegara VII sebagai pengganti Toneel.

Istilah Tonil atau Toneel tidak lain adalah sandiwara atau pertunjukan atau teater di zaman pendudukan Belanda, tepatnya di tahun-tahun terakhir penjajahan Belanda, ketika muncul sebuah rombongan sandiwara bernama "Dardanella".

Di Indonesua jenis-jenis teater dapat dibagi menjadi dua bentuk sajian. Kedudukan hidup berdampingan yang saling mempengaruhi dan bahkan merupakan sumber penciptaan yang satu terhadap yang lainnya. Dua jenis teater Nusantara tersebut dikenal dengan sebutan Teater Tradisional dan Teater Modern (Teater NonTradisional).

Teater tradisional sering disebut dengan istilah "Teater Daerah" . Teater Tradisional ini merupakan salah satu bentuk teater yang berakar, bersumber dan dirasakan sebagai milik masyarakat di lingkungannya. Pengolahan teater ini berdasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya. Teater tradisional ini memiliki ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan bentuk kebudayaan dilingkungannya.

Ciri-ciri utama Teater Tradisional adalah;

  • Menggunakan bahasa daerah,
  • Ada unsur nyanyian dan tarian,
  • Diiringi tetabuhan (musik daerah),
  • Dagelan/ Banyolan selalu mewarnai,
  • Adanya keakraban antara pemain dan penonton,
  • Suasana santai.

Jenis teater yang dapat dikategorikan ke dalam teater tradisional adalah; Teater Rakyat, Teater Klasik, Teater Transisi.

Teater rakyat lahir secara spontanitas dalam kehidupan masyarakat, dihayati dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Umumnya teater rakyat lahir karena adanya dorongan kebutuhan masyarakat terhadap suatu hiburan, selanjutnya meningkat digunakan untuk kepentingan lain seperti kebutuhan untuk mengisi upacara adat.

Jenis-jenis teater rakyat yang ada di wilayah Indonesia, diantaranya;

  • Riau : Mendu dan Makyong.
  • Sumatera Barat : Bakaba dan Randai.
  • Kalimantan : Tatayungan dan Mamanda.
  • Bali : Topeng Arja, Topeng Cupak, Topeng Prembon.
  • Sulawesi : Sinrilli.
  • Jawa Barat :Ujungan, Sempyong (Majalengka); Angklung Sered, Buncis (Purwakarta); Dodombaan (Garut); Kuda Renggong, Lais, Sisingaan (Sumedang); Manorek, Ronggeng Gunung, Surak Ibra (Ciamis); Masres, Kuda Lumping, Akrobat (Indramayu); Uyeg (Sukabumi); Topeng Cisalak (Bogor); Wayang Bekasi (Bekasi); Topeng Banjet, Odong-odong, Sisingaan (Karawang dan Subang); Longser, Sandiwara Sunda, Wayang Golek, Pantun Sunda, Bengbengberokan (Bandung); Topeng Cirebon, Wayang Kulit, Sintren, Kuda Kepang (Cirebon).
  • DKI Jakarta : Lenong, Topeng Betawi, dan Samra.
  • Banten : Debus, Ubrug.
  • Jawa Tengah : Srandul Ketoprak, Wayang Purwa, Wayang Orang (Wayang Wong).
  • Jawa Timur : Teater Ludruk, Teater Arja, Topeng, Topeng Malangan, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Wayang Gambuh, Gambuh, Ketoprak, Kentrungan, Calonarang.

Teater klasik adalah suatu perkembangan seni teater yang telah mencapai tingkat tinggi baik corak maupun teknisnya. Kemapanan dari jenis teater klasik ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari kalangan atas seperti; Raja, bangsawan atau tingkat sosial tinggi lainnya. Oleh karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan lahir di lingkungan istana (pusat kerajaan). Teater yang termasuk ke dalam jenis teater klasik diantaranya; Wayang Golek (Jawa Barat), Wayang Kulit dan Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur).

Cara pementasan teater klasik sudah tidak sebatas teater rakyat. Teater klasik harus sudah menuruti aturan-aturan etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.

Teater transisi pada dasarnya juga bersumber pada teater tradisional, tetapi gaya pementasannya sudah mendapatkan pengaruh teater barat. Pengaruh dari teater barat terlihat pada tata cara penyajiannya. Meskipun pada teater transisi ini masih belum setia terhadap naskah teater, namun karena tumbuh dan berkembang di masyarakat perkotaan dan dimainkan oleh para pendatang, teater ini tidak mencerminkan aspirasi masyarakatnya secara utuh.

Yang termasuk dalam jenis teater transisi pada masa awal, seperti; Dardanella dan sandiwara komedi Stambul. Teater semacam ini lebih sering disebut "Sandiwara". Sedangkan teater transisi masa sekarang adalah; sandiwara Bangsawan (Sumatera Selatan dan Utara), sandiwara Sunda (Jawa Barat), sandiwara Srimulat (Jawa Timur).

Teater modern atau istilah lainnya adalah teater nontradisional merupakan jenis teater yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat perkotaan dan mendapatkan pengaruh teori-teori barat, terutama kaum terpelajar. Sejak abad ke-19 Indonesia sudah mengenal teater modern ini. Bentuk-bentuk pertunjukannya sangat terakomodir, antara lain; baca Puisi, Visualisasi Puisi, Musikalisasi Puisi, Deklamasi, Dramatik Reading, Monolog, Teater Konvensional, Teater Eksperimen, Teater Alternatif, Teater Jalanan, Jeprut, Happening Art, Pertunjukan Posmodernisme, Drama Televisi, Sinetron, Dunia Sineas dan Perfilman.

Bentuk pementasan teater modern cenderung lebih tertata. Panggung atau Stage selalu menjadi pilihan sebagai tempat pertunjukan. Pada perkembangannya, pertunjukan teater modern terkadang mencoba kembali lagi ke akar tradisi. Artinya, menyesuaikan tempat pertunjukan sesuai keinginan sutradara tentang bagaimana cerita itu dipentaskan, bisa ditempat terbuka bisa juga ditempat tertutup .

Teater modern membutuhkan seorang Sutradara yaitu pengatur jalannya cerita yang akan disampaikan. Sutradara akan mengatur mulai dari gerak/ action, percakapan atau dialog di atas pentas sesuai naskah, tata artistik panggung, dan juga musik pengiring suasana.

Demikian ulasan tentang "Pengertian Teater dan Jenis-Jenis Teater di Indonesia" yang dapat kami sampaikan. Semoga dapat memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca. Baca juga artikel seni menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.