Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah

Jakarta, IDN Times - Banyak tokoh Indonesia lahir pada Juni, di antaranya adalah Soekarno. Bahkan, Juni disebut sebagai bulan Bung Karno. Bagi sebagian besar masyarakat mungkin sudah mengenal sosok dia, namun tidak sedikit pula millennial yang masih awam biografinya.

Sukarno selama ini tak hanya dikenal sebagai Sang Proklamator, tapi juga sosok orator ulung hingga dijuluki Singa Podium. Bung Karno juga merupakan Presiden pertama Republik Indonesia.

Bahkan, bersama Mohammad Hatta, yang kala itu mendampinginya sebagai Wakil Presiden, Sukarno dijuluki sebagai founding father. Pembacaan teks Proklamasi yang dilakukan mereka seolah menyempurnakan perjuangan bangsa Indonesia untuk berdiri kuat sebagai sebuah negara.

Dalam semangat bulan Bung Karno, yuk kita simak sejenak biografi Soekarno berikut ini yang dikutip dari berbagai sumber.

Baca Juga: Bapak Bangsa nan Sederhana, Persahabatan Sukarno dan Ho Chi Minh

Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah
Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah
(Dok. Perpustakaan Nasional)

Membahas biografi Sukarno, tak lengkap jika tak mengulik kisahnya sejak lahir. Seperti dikutip dari kemdikbud.go.id, Sukarno lahir Blitar di 1901 Juni 6 bernama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Buleleng, Bali. 

Ketika masih kecil, ia sering sakit-sakitan, sehingga sesuai adat Jawa, namanya diganti menjadi Sukarno.

Sukarno kecil sempat ikut orang tuanya pindah ke Mojokerto, dan mengenyam pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School)--sekolah dasar era kolonial Hindia Belanda, lalu melanjutkan pendidikannya di HBS yang berlokasi di Surabaya.

HBS adalah sekolah menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elite pribumi dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.

Tamat dari HBS, Sukarno muda tinggal di rumah sahabat ayahnya yang kini juga dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia, HOS Tjokroaminoto. Di sana dia belajar dan terbentuk menjadi pejuang.

Sukarno juga diketahui menamatkan pendidikannya di Technische Hooge School (THS) jurusan teknik sipil--sekolah ini kini bernama Institut Teknologi Bandung (ITB). Dari sinilah Sukarno muda mendapat gelar insinyur.

Baca Juga: Sukarno dan Pemikirannya Soal Modernisme Islam

Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah
Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah
Soekarno (paling kanan) saat pesawat yang membawanya dari Jakarta tiba di Lapangan Terbang Mandai Sulawesi Selatan pada 26 April 1945. (Nippon Eiga Sha - YouTube.com/Bimo K.A.)

Mengulik biografi Sukarno, tentu ada kisah pahit dalam upayanya memperjuangnkan kemerdekaan Indonesia. Pada 4 Juli 1927, dia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuannya jelas, untuk kemerdekaan Indonesia. Hal ini membuat pemerintah Belanda memenjarakan Sukarno di penjara Sukamiskin, Jawa Barat.

Dalam persidangannya, Sukarno memberi pembelaan yang berjudul Indonesia Menggugat. Pembelaan itu tentu membuat Belanda semakin murka. Juli 1930, setelah tiga tahun berdiri, PNI dibubarkan.

Namun, upaya Belanda itu tak membuat perjuangan Sukarno berhenti. Pada 1931, Sukarno memimpin Partindo yang membuatnya kembali mendekam di penjara. Kali ini, dia dibuang ke Ende, Flores, dan empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah
Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah
Sukarno-Hatta (perpusnas.go.id)

Bicara tentang biografi Sukarno, bagian paling menarik tentu saja saat tahun-tahun mendekati kemerdekaan. Tahun-tahun itu hadir pada era penjajahan Jepang.

Seperti diketahui, usai masa penjajahan Belanda, Jepang sempat berjanji memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Bahkan, Jepang menunjuk Sukarno yang telah kembali dari penjara, memimpin tim persiapan kemerdekaan, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Beberapa kali, Sukarno diketahui sempat terbang ke Jepang untuk bertemu dengan Kaisar Hirohito kala itu. Namun, cara seperti ini tampak tak sesuai keinginan kalangan pemuda Tanah AIr. Mereka ingin kemerdekaan Indonesia diproklamirkan secepatnya.

Sukarno dan Mohammad Hatta diculik ke Rengasdengklok oleh kelompok pemuda pada 16 Agustus 1945. Di sana, Sukarno dan Hatta dijauhkan dari pengaruh Jepang yang kala itu juga sibuk mengurusi negara mereka yang baru saja dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat di dua wilayah, Hiroshima dan Nagasaki.

Hingga akhirnya, Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Hingga hari ini tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Kisah Malam Pertama Sukarno dengan Fatmawati di Istana Merdeka

Baca Artikel Selengkapnya

Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah

Ir. Soekarno, bapak proklamator Indonesia /Instagram/@agus_setianto_ig

RINGTIMES BALI – Salam giat belajar adik-adik semuanya, kali ini kita akan membahas mengenai soal latihan harian pada buku tema 7, materi seputar proklamasi kemerdekaan.

Pada pembahasan kali ini intinya mengulas tentang pengenalan tokoh proklamator, sebagaimana dilansir dari buku Tematik Tema 7 Subtema 2 Kurikulum 2013 Kelas 5 SD dan MI pada Selasa, 17 Agustus 2021, husunya Ir. Soekarno.

Hal yang dibahas adalah mengenai kunci jawaban halaman 99. Namun sebaiknya kalian mengerjakannya sendiri terlebih dahulu agar kalian juga belajar dan dapat memahami materi ini.

Pahamilah bacaan "proklamator"! Tuliskan informasi penting dalam bacaan ke dalam kolom-kolom berikut dengan menggunakan prinsip: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana!

Baca Juga: Kosakata Baku dan Peristiwa Rengasdengklok, Kunci Jawaban Kelas 5 SD MI Halaman 92

Ayo Menulis

1. Siapakah nama tokoh berikut?

Jawab:

Ir. Soekarno.

2. Kapan dan di manakah beliau dilahirkan?

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013

Bapak Proklamator Indonesia yang dijuluki macan Podium adalah

SOEKARNO,*/DOK. SOBAT BELIA

SIAPA yang tak kenal sosok Soekarno? Beliau merupakan presiden pertama Indonesia, yang juga dikenal sebagai The Founding Father. Hingga detik ini, beliau masih menjadi tokoh yang dikagumi banyak orang. Dengan berbagai keahliannya, ia mampu membawa Indonesia menuju perubahan. Tak sedikit keahlian yang dimiliki oleh Soekarno. Yang ketara terlihat dalam dirinya adalah kemampuan berkomunikasi yang luar biasa. Dengan lidahnya yang sakti, ia mampu membakar semangat rakyat Indonesia yang kala itu tengah dibelenggu penjajahan. Tak heran jika beliau dijuluki Singa Podium. Berikut rangkuman singkatnya yang berhasil dikutip Belia dari beberapa sumber.

Soekarno, Sang Singa Podium

Orasinya yang ia berikan di atas podium mampu membangun kembali semangat para pemuda yang kala itu runtuh. Pantas saja bila beliau dijuluki sebagai singa podium, suaranya yang menggelegar mampu membangunkan semangat para pemuda yang terlelap. Sookarno yang dikenal sebagai sosok yang terbuka ini menggunakan pola komunikasi berkonteks endah, namun tegas. Apa yang beliau bicarakan pun apa adanya, sehingga dengan mudahnya membuat lawan bicaranya mengerti apa yang hendak ia sampaikan. 

Pada masanya, Soekarno merupakan sosok yang begitu disegani. Pria yang lahir di Kota Surabaya pada 06 Juni 1901 ini memiliki nama asli Koesno Sosrodihardjo. Konon katanya, karena nama yang diberikan padanya tidak cocok, sehingga menyebabkan dirinya sakit-sakitan, maka namanya diganti menjadi Soekarno. 

Soekarno lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Pertemuan kedua orang tuanya terjadi saat ayahnya menjadi seorang guru di Bali, dan ibunya merupakan bangsawan Bali. Sejarah mencatat bahwa semasa kecilnya ia tidak tinggal bersama orang tuanya di Blitar, melainkan bersama kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Ia bahkan sempat bersekolah disana, hingga kemudian ikut pindah bersama orang tuanya ke Mojokerto. 

Di Mojokerto, ia di sekolahkan di Eerste Inlandse School, dimana ayahnya juga bekerja disitu sebagai guru. Namun, pada tahun 1911 ia dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS), yang setingkat dengan sekolah dasar dan dipersiapkan masuk ke Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Setelah tamat dan kemudian bersekolah di HBS, Soekarno kemudian tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Tjokroaminoto, yang merupakan kawan dari ayahnya. 

Setelah melalui berbagai macam rangkaian pendidikan, ia tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, tangguh, dan memiliki ketertarikan yang begitu tinggi dalam dunia perpolitikan. Hal tersebut tercerminkan pada usahanya dalam mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang kemudian menjadi cikal bakal dari Partai Nasional Indonesia (PNI), yang berdiri pada 4 Juli 1927. Disinilah Soekarno mengamalkan Maerhaenisme yang selama ini ia pelajari, dengan menyisipkan tujuan pendirian partai, agar bangsa Indonesia bisa melepaskan diri dan merdeka dari jajahan Belanda. 

Dari keberanian Soekarno ini, kemudian pemerintah kolonial Belanda menangkapnya di Yogyakarta dan memasukannya ke penjara Banceuy di Bandung. Kemudian, tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke Penjara Suka Miskin. Dalam penjara ini, semua kebutuhan hidupnya berasal dari istrinya, Inggit Ganarsih, yang dinikahi Soekarno pada tahun 1923, setelah ia menceraikan Siti Oetari. Berdasarkan beberapa sumber, Soekarno dikenal sebagai tahanan yang mampu mempengaruhi orang lain dalam tahanan agar dapat berpikir dengan bebas dan merdeka.

Kehebatan komunikasi Soekarno


Page 2

Maka dari itu, ia dianggap sebagai sosok yang berbahaya. Terbayang sekali bukan betapa hebatnya kemampuan komunikasi seorang Soekarno? Ia dapat mempengaruhi orang lain hanya dengan perkataan saja. Dengan ditempatkan dirinya di dalam penjara, ia tak jadi kehabisan akal. Ia berpikir cerdas, dan memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya. 

Ia mencari kabar tentang keadaan negaranya dengan cara menjadikan telur asin sebagai media untuk berkomunikasi. Dengan menyuruh istrinya untuk memberikan tanda yang sudah ditetapkan olehnya sebagai kode dari istrinya tentang keadaan negara Indonesia saat ditinggalkan oleh Soekarno. 

Bung Karno, si lidah sakti dan singa podium. Sang orator ulung yang kata-katanya tak hanya mampu membakar semangat, namun juga mampu memberikan sugesti yang tertanam dalam jiwa para pendengarnya. Tidak sedikit nilai positif dari diri Soekarno yang dapat kita adaptasi, dan jadikan pacuan dalam diri untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Kita memang bukan Soekarno, namun kita adalah pemuda, yang senantiasa melanjutkan estafeta perjuanganya dan tak gentar mengalahkan musuh terbesar dalam hidup –diri sendiri.(JT-Muthi’ah ‘Aabidah)***