Sahabat sekalian dimanapun berada, berikut kita akan coba mengurai tentang apa yang menjadi ruang lingkup daripada seni lukis yang semoga dapat menjadi referansi yang bermanfaat untuk anda sekalian. Untuk jelasnya mari kita simak uraian berikut. Namun sebelumnya perlu saya tekankan agar anda mau belajar untuk membaca sesuatu hingga tuntas agar referensi yang anda dapatkan tidak keliru dan salah difahami. Berikut uraiannya.
Berbicara soal defenisi seni lukis, banyak defenisi yang dikeluarkan oleh para ahli terkait pengertian dari seni lukis namun tidak ada satupun yang dapat memberikan kepuasan kepada semua orang. Karena sesungguhnya seni lukis itu memiliki keberagaman dan memiliki banyak aliran dari yang satu dengan yang lainnya. Tidak jarang pula terdapat pertentangan secara diametrak. Dari berbagai defenisi tersebut, disini kita akan coba memilih satu defenisi yang akan menjadi bekal dasar yang cukup relevan dalam memahami pengertian dari seni lukis. Secara teknis, lukisan adalah pembubuhan pigmen atau warna dengan bahan pelarut diatas pemukaan bidang dasar, seperti peada kanvas, panel untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, gerakan, tekstur, untuk mengekspresikan berbagai makna aau nilai subjektif, baik yang sifatnya intelektual, emosi, simbolik, religius, dan lainnya. Menyatakan bahwa seni lukis adalah penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada suatu permukaan, yang bertujuan untuk menciptakan berbagia image. Image tersebut bisa berupa pengekspresian ide, emosi, pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mencapai harmoni. Adapun pengalaman yang diekspresikan tersebut adalah yang berisi tentang keindahan aau pengalaman estetik. c. Menurut Edmund Burke Feldman. Mengatakan bahwa pengekspresian itu menggunakan:
Mengemukakan bahwa seni lukis memiliki dua faktor, yaitu:
Seni lukis adalah wujud ekspresi yang wajib dipandang secara utuh dan menyeluruh yang terdiri dari ide dan organisasi elemen – elemen visual. Elemen visual tersebut disusun hingga sedemikian rupa oleh seorang pelukis dalam bidang dua dimensional. Pengertian seni lukis sesungguhnya mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari sebuah defenisi, karena seni lukis juga mengenal istilah lukisan dinding, lukisan miniatur, pottery, manuskrip, jambangan, mozaik, potret, kaca, enamel, teknologis yang dibuat dengan menggunakan media elektronik seperti komputer. Lukisan teknologis yang dihasilkan oleh media elektronik dikenal sebagai vektor art dan menghasilkan lukisan yang realistis. Pada dasarnya seni lukis yang populer di tengah masyarakat yang didapatkan dari lembaga pendidikan adalah easel painting, yaitu jenis lukisan yang berukuran lebih kecil dan lukisan dinding atau mural.
Sejenis seni lukis yang lebih fleksibel, karena para pelukis dapat membawa easel yang praktis itu keberbagai lokasi untuk menggambar bebas, disamping itu pula dapat digunakan berkrya di studio seni lukis. Dari semua penjelasan diatas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa ruang lingkup utama dari seni lukis terebut adalah terdiri dari:
Nah.. sampai disini mungkin anda sudah dapat memahami apa pengertian dan juga ruang lingkup dari seni lukis. Demikian dari kamid an terimakasih. Sumber: Seni Budaya-Kemdikbud-RI.2018.
Dalam cipta karya seni lukis, dituntut pengetahuan dan spesialisasi bidang keahlian seni lukis, karena itu diperlukan pengetahuan atau pengertian dasar seni lukis sebagai pondasi proses kreatif yang dilakukan oleh sang seniman. 1. Ruang lingkup seni lukis Pengertian seni lukis telah banyak disebutkan dan difinisikan oleh para pakar seni, namun secara umum, tak satupun definisi yang dapat memuaskan dan diterima oleh semua orang. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya seni lukis itu memiliki keberagaman yang tinggi dan memiliki banyak aliran, yang satu sama lain mempunyai persamaan dalan satu sisi, juga tidak jarang saling bertentangan secara diametral dalam sisi yang lain. Dari sekian banyak definisi yang disebut oleh para pakar seni itu, di sini kita pilih salah satu definisi sebagai bekal dasar yang cukup relevan untuk memahami pengertian seni lukis. Jika dilihat dari sisi teknis, lukisan merupakan penggunaan pigmen atau wama dengan menggunakan bahan pelarut yang dibubuhkan di atas permukaan bidang dasar, misalnya pada kanvas, sebagai media untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, tekstur, gerakan, untuk mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif, baik yang bersifat emosional, intelektual, simbolik, relegius, dan lain sebagainya. Seorang pakar seni lukis, Herbert Read mengatakan bahwa seni lukis merupakan penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada suatu permukaan, yang bertujuan untuk menciptakan berbagai image. Image-image tersebut bisa merupakan hasil ekspresi dari ide-ide, emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tercapainya harmoni. Adapun pengalaman yang dituangkan dalam lukisan adalah pengalaman yang berisi keindahan atau pengalaman estetik. Menurut seorang pakar seni lukis lain yang bernama Edmund Burke Feldman, pengekspresian itu menggunakan :
2. Unsur Visual a. Garis Sebuah titik dalam ukuran kecil sudah punya tenaga yang cukup untuk merangsang mata dan dapat berperan sebagai sebuah awal. Jika titik tersebut digerakkan, maka dimensi perpanjangnya akan jadi tampak lebih menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut dengan ‘garis’. Garis bisa berupa goresan yang dibuat di permukaan sebuah bidang, akan tetapi garis dapat juga mewakili sebuah tongkat, tiang bendera, kawat, pancaran sinar, sebilah tombak, ruang antara dua bangunan atau dinding, jalanan, sungai, kontur pegunungan, bangunan, kontur pegunungan, batas dinding dengan lantai, dan seterusnya. Sebuah daris dapat memberikan kita kesan gerak, ide, atau simbol. Pada karya seni lukis, sebuah atau lebih garis dapat mengekspresikan suasana emosi tertentu, misalnya perasaan bahagia, sedih, kacau, bingung, marah, teratur, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat kita buat tebal, tipis, kasar, halus, lurus, memanjang, pendek, putus-putus, melengkung, berombak, patah-patah dan banyak lagi. Unsur garis juga dapat membangun membangkitkan kesan tertentu, misalnya garis horisontal kesannya tenang, tidak bergerak, dan lebar. Sementara garis vertikal berkesan agung, stabil, dan tinggi, sedangkan garis diagonal berkesan jatuh dan bergerak. Garis merupakan salah satu elemen yang penting dalam seni lukis. Pedoman seni yang penting sebagaimana juga yang terdapat dalam hidup. Semakin nyata, tajam dan kuat garisnya, maka makin sempurna hasil seninya. Garis dapat diciptakan melalui (1) kontur, garis paling luar dari benda yang dilukis, (2) Batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang dan gelap, (3) lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus, dan (4) batas antara dua tekstur yang berlainan. Dalam Kebudayaan Timur, para seniman pelukis sangat terpesona oleh kekuatan garis, baik di India, Cina, Jepang, maupun Indonesia. Untuk memahami kekuatan garis dalam seni lukis, bisa kita lihat bahwa lukisan Cina klasik bersifat grafis yang memberikan kesan lembut, puitis, penuh irama yang terkendali, juga menimbulkan efek perasaan tenteram. Sebaliknya jika kita lihat karya-karya dari Vincent van Gogh, ia banyak menggunakan garis pendek, patah-patah yang menimbulkan efek yang keras tegar sehingga menimbulkan kesan ledakan dan pemberontakan. Di dunia Barat, bisa kita lihat karya-karya dari Pablo Picasso, Henry Matisse, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang kuat dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur dan mengikuti kata batin, akan kita temukan identifikasi seseorang. Dengan garis dapat lahir bentuk, tapi juga bisa mengesankan suatu tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume, semua itu akan melahirkan suatu perwatakan.” Dari uraian di atas kiranya dapat dimengerti, bahwa unsur garis dalam suatu lukisan dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam seni lukis memang haurs memerlukan latihan yang intensif dan kontinu sehingga bakat kita akan berkembang secara optimal. b. Warna Seperti yang pernah kita pelajari dalam ilmu fisika, warna ditimbulkan oleh sinar matahari, sinar matahari yang disorotkan ke sebuah kaca prisma akan terurai menjadi beberapa sinar warna, yang disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang tertentu yang kemudian sampai pada mata kita, sehingga kita dapat melihat wama tertentu. Secara fisik, ada dua jenis penerima cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerap cahaya. Secara fisiologi, stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga dapat merangsang mekanisme mata kita, kemudian rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita dapat mengenali warna-warna itu. Telah dibuktikan secara psikologis bahwa warna dapat mempengaruhi kegiatan fisik maupun mental orang yang melihatnya. Reaksi manusia terhadap wama bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya sensitivitas setiap manusia berbeda kepada warna-warna. Pada pelbagai aliran seni lukis dalam sejarah seni rupa telah dikenal manifenstasi tatawarna tertentu, misalnya skema warna Rembrandt, skema warna klasik, dan lain sebagainya. Peran warna dalam seni lukis sangat esensial, baik pada masa pra modern, masa modem, maupun masa posmodern. Pada umumnya para seniman pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak, ruang, bentuk, tegangan, deskripsi rupa alam, naturalis, ekspresi atau makna simbolik. Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana peran warna dalam seni lukis, berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna, warna objek, pigmen, yang seluruhnya sangat menentukan kualitas penciptaan sebuah lukisan. c. Sifat Warna Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat optis, yaitu: hue, value, dan saturation. Hue merupakan tingkat kepekatan wama, misalnya merah, merah oranye, atau hijau, biru, biru keunguan dan seterusnya. Value merupakan fenomena kecemerlangan dan kesuraman wama. Nilai rendah menunjukkan warna yang cenderung suram atau kegelapan, sementara nilai tinggi menunjukkan kecenderungan warna yang terang dan cemerlang. Misalnya gejala demikian dapat kita lihat pada skala derajat warna abu-abu dari hitam ke putih. Sedangkan saturation merupakan intensitas nada warna untuk menunjukkan wama-wama menyala, dan warna-warna yang suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin tidak murni penggunaan warna menyebabkan semakin rendah intensitasnya. Pada tahun 1940-an seni lukis Affandi menggunakan warna-wama suram atau kusam secara dominan,tapi kemudian lukisannya berkembang kepenggunaan warna-wama cerah. Lihat Gambar 3, Karya Affandi Potret Diri dan Matahari, 1977, yang menggunakan warna-warna cerah.
3. Ruang 4. Tekstur Pada umumnya pelukis memanfaatkan tekstur yang merupakan kualitas dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur penggambaran permukaan objek, seperti buah-buahan, batu, kain, kulit, rambut, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa kasar, halus, lunak, keras, berbutir, bisa juga kasar atau licin, teratur, atau tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang akan diekspresikan sang pelukis.
5. Bentuk Semua karya seni rupa tentu memiliki bentuk, apakah bentuk tersebut realistik atau abstrak, representasional atau non representasional, dirancang dengan cermat atau dihasilkan dengan spontan. Apapun jenis dan aliran seni lukis, semuanya merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni. Dalam teori seni, pemakaian istilah bentuk merupakan terjemahan dari bahasa Inggris "shape", sedangkan istilah wujud merupakan terjemahan dari "form". Bentuk biasanya diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang disebut rupa atau wujud. Wujud mengandung pengertian yang khas dalam konteks seni rupa. Bentuk dalam pengertian seni lukis memiliki banyak segi, ada bentuk figuratif, bentuk semi figuratif dan bentuk non figuratif. Bentuk figuratif bisa menghasilkan bentuk imitatif yaitu berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam (keindahan alam pegunungan, fauna, flora, pantai, daerah pertanian, potret, dalam setting alamiahnya) atau bentuk-bentuk ciptaan manusia (seperti pabrik, istana, kota, menara, pelabuhan, hotel, dan lain-lain) objek ini di lukis persis seperti keadaan aslinya. Karya-karya yang dihasilkan dengan sendirinya secara alami cenderung menjadi naturalisme atau realisme. Jika kehadirannya dipicu oleh kehidupan bawah sadar pencipatanya, maka bisa pula menciptakan karya-karya surealisme seperti pada karya-karya Sudibio, Salvador Dali, atau Ivan Sagito. Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk yang telah dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang lebih estetis sesuai dengan cita rasa penciptanya. Dengan gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan teknik pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan perubahan-perubahan lain dari objek yang dilukis, semuanya ditujukan untuk maksud-maksud tertentu sebagai pengungkapan pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk geometris, teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib, teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bentuk dalam konteks ini bisa dihasilkan dari analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar dengan kebebasan yang bervariasi, seperti lukisan kubisme, optical art dan sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif, dan bisa pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak lagi menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam kehidupan keseharian. Jika pelukisan menjadi bidang warna yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang dihasilkan menjadi neo plastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau color field painting, seperti karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika pelukisannya disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak ekspresionisme seperti karya Jackson Pollock. Atau jika bentuk itu tidak berupaya mencapai efek tiga dimensional disebut bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali, atau karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis dan lain-lain.Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 Page 2
|