Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan

Reboisasi merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi hutan. Bagi makhluk hidup, hutan memiliki peran yang sangat penting. Sehingga kelestarian hutan perlu dijaga.

Sayangnya saat ini luas hutan di Indonesia semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Menurut data yang ada dalam databoks, dari tahun 2014 hingga 2019 luas hutan di Indonesia mengalami penurunan seluas 1,6 juta hektare.

Faktor utama penyebab kerusakan tersebut yaitu adanya perubahan fungsi hutan. Menurut penjelasan dlhk.bantenprov.go.id, hal lain yang dapat menyebabkan kerusakan hutan yaitu ilegal logging, kebakaran hutan, dan serangan hama penyakit tanaman.

Upaya penyelamatan hutan yang sering didengar yaitu dengan rebosisasi. Berdasarkan data yang ditayangkan di databoks, pada tahun 2019 kegiatan reboisasi hutan dan lahan secara nasional mencapai 206 ribu hektar. Angka tersebut naik siginifikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya 25,1 ribu hektare.

Ada 10 provinsi yang melakukan kegiatan tersebut. Sulawesi Selatan menjadi provinsi yang melakukan reboisasi terbesar sepanjang 2019. Jawa Timur dan Jawa Barat mengikuti di peringkat kedua dan ketiga.

Advertising

Advertising

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, reboisasi artinya penanaman kembali hutan yang ditebang, tandus, atau gundul.

Pengertian lain dari reboisasi juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002, yang menjelaskan bahwa reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan di kawasan hutan yang rusak berupa lahan kosong, alang-alang, atau semak belukar untuk mengambalikan fungsi hutan.

Sementara itu dalam laman dlh.bulelengkab.go.id, reboisasi diartikan sebagai penghijauan yang dilakukan di hutan gundul.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian reboisasi adalah aktivitas penanaman pohon di kawasan hutan untuk mengambalikan fungsi hutan sebagaimana mestinya.

Tujuan Reboisasi

Reboisasi yang dilakukan tentu memiliki tujuan tertentu. Berikut ini penjelasan tentang tujuan reboisasi.

1. Melestarikan lingkungan

Tujuan utama dari aktivitas penghijauan hutan yaitu untuk melestarikan lingkungan. Hutan berfungsi untuk menyerap air hujan, menghasilkan oksigen, dan menyerap karbon dioksida. Jika hutan terjaga maka kelestarian lingkungan juga terus terjaga.

2. Meluaskan sumber daya

Hutan juga menjadi tempat yang menyediakan berbagai bahan baku bagi manusia. Misalanya kayu untuk bangunan, sumber pangan, dan lain sebagainya. Apabila hutan terjaga, maka sumber daya tersebut akan semakin luas.

Baca Juga

Hutan secara tidak langsung turut berperan untuk meningkatkan hasil usaha. Hutan mampu mencegah pemanasan global dan menyimpan cadangan air. Kedua fungsi tersebut sangat berguna dalam budidaya pertanian dan bidang usaha lain.

4. Menjaga keanekaragaman hayati

Tujuan reboisasi selanjutnya yaitu untuk menjaga keanekaragaman hayati. Hutan menjadi habitat bagi beragam satwa dan spesies tanaman. Apabila hutan terjaga, maka tanaman dan hewan yang hidup didalamnya akan terlindungi.

Manfaat Reboisasi

Kegiatan penghijauan memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan. Mengutip dari Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat 6(2), berikut ini beberapa manfaat reboisasi.

  1. Manfaat orologis: pohon yang tumbuh di hutan memiliki akar yang kuat sehingga bisa mencegah erosi.
  2. Manfaat hidrologi: tanaman memiliki kemampuan menyerap air, sehingga area hutan yang banyak tanaman dapat menyerap air yang dapat dimanfaatkan seluruh makhluk hidup.
  3. Manfaat klimatologis: pohon di hutan bermanfaat untuk menurunkan suhu sehingga udara terasa lebih sejuk dan segar.
  4. Manfaat edaphis: manfaat ini berhubungan dengan habitat hewan. Daerah yang banyak pohon menjadi habitat alami para satwa. Di tempat tersebut, hewan-hewan bisa hidup dengan nyaman karena mendapatkan tempat berlindung dan ketersediaan makanannya juga melimpah.
  5. Manfaat ekologis: adanya tumbuhan dan hewan yang terjaga di dalam hutan menjadi penyeimbang kehidupan di bumi.
  6. Manfaat protektif: pohon memberikan perlindungan dari berbagai ancaman bencana alam. Bagi para satwa, pohon menjadi tempat mencari makan sekaligus tempat tinggal yang nyaman.
  7. Manfaat higienis: hutan berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup.
  8. Manfaat edukatif: di dalam hutan terdapat keanekaragaman hayati yang dapat menjadi sarana pembelajaran dan penelitian.

Baca Juga

Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang dalam website resminya juga menuturkan beberapa manfaat reboisasi bagi kehidupan.

  1. Mencegah erosi tanah yang disebabkan angin dan hujan.
  2. Melestarikan kesuburuan tanah yang berguna bagi pertanian.
  3. Menjaga struktur tanah.
  4. Menjaga keankeragaman satwa.
  5. Menjadikan udara lebih bersih dan sehat.
  6. Membuat tanah tetap kokoh sehingga terhindar dari risiko tanah longsor.
  7. Mengurangi pencemaran udara dan global warming.
  8. Melestarikan sumber daya alam yang ada di hutan.

Perbedaan Reboisasi dengan Penghijauan

Selain reboisasi upaya pelestarian lingkungan juga dapat dilakukan melalui kegiatan penghiajaun. Beberapa diantara kita mungkin belum memahami perbedaan keduanya. Padahal sebenarnya, reboisasi dan penghijauan merupakan dua hal yang berbeda.

Menurut penjelasan di Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 2002, reboisasi artinya upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang atau semak belukar untuk mengembalikan fungsi hutan.

Sedangkan penghijauan adalah upaya pemulihan lahan kritis diluar kawasan hutan secara vegetatif dan sipil teknis untuk mengembalikan fungsi lahan.

Baca Juga

Dari pengertian tersebut kita sudah mengetahui bahwa reboisasi dilakukan di kawasan hutan, sedangkan penghijauan dilaksanakan di luar kawasan hutan. Meskipun berbeda tempat pelaksanaan, kedua kegiatan tersebut bertujuan sama yakni memperbaiki kualitas lingkungan melalui tindakan penanaman pohon.

Demikian penjelasan tentang reboisasi mulai dari pengertian hingga perbedaan dengan penghijauan. Reboisasi hanyalah salah satu contoh penyelamatan lingkungan.

Kita dapat melakukan pelestarian lingkungan dengan berbagai cara lain seperti membuang sampah di tempatnya, memanfaatkan bahan tak layak pakai menjadi layak pakai, dan aktivitas lainnya.

  • Diego Arguedas Ortiz
  • BBC Future

Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan
Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan

Sumber gambar, Getty Images

Bahkan setelah diratakan dengan tanah dan dibersihkan, hutan bisa 'hidup' kembali. Dengan bantuan teknologi dan kesabaran, sejumlah program dapat membantu hutan-hutan di dunia memperoleh kembali hak hidup mereka.

Setengah milenium lalu, hutan-hutan menutupi sebagian besar Semenanjung Iberia di Eropa. Namun hal itu berubah dengan cepat. Peperangan dan penjajahan selama ratusan tahun, ditambah perluasan pertanian dan penebangan kayu untuk pembuatan arang dan kegiatan ekspor telah menyapu bersih sebagian besar hutan dan mengubah kawasan seperti Matamorisca, desa kecil di Spanyol Utara, menjadi sebuah lansekap yang terdegradasi.

Daerah dengan iklim yang kering dan tanah yang tandus merupakan resep bencana dalam program penanaman hutan kembali yang umum. Akan tetapi, bagi perusahaan Land Life Company yang berbasis di Amsterdam, Belanda, karakteristik tersebut adalah syarat yang ideal. "Kami biasanya beroperasi di lingkungan alam yang tidak bisa 'menyembuhkan' dirinya sendiri," ujar Jurrian Ruys, sang CEO. "Kami pergi ke tempat-tempat dengan kondisi yang sulit dari segi cuaca, dengan musim panas yang sangat panas."

Di Matamorisca, mereka menggarap lahan tandus seluas 17 hektar milik pemerintah daerah dan menghujaninya dengan alat khas mereka: donat kardus yang dapat terurai yang mereka sebut dengan nama 'kepompong' yang dapat menampung 25 liter air di bawah tanah untuk membantu pembibitan pada tahun pertama. Sekitar 16.000 bibit pohon ek, ash, kenari, rowan, dan whitebeam ditanam pada bulan Mei 2018, dan perusahaan tersebut melaporkan bahwa 96% di antaranya bertahan dari musim panas membara tanpa sistem irigasi tambahan, sungguh suatu pencapaian luar biasa untuk tanaman muda.

"Apakah alam kembali dengan sendirinya?" tanya Arnout Asjes, kepala bidang teknologi Land Life Company, yang mengawasi gambar-gambar drone dan satelit, analisa big data, perbaikan tanah, pembubuhan QR, dan rancangan konfigurasi pohon sesuai tapak. "Mungkin saja, tapi akan memakan waktu hingga puluhan tahun bahkan ratusan tahun, maka kami yang mempercepat proses itu."

Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan
Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Terdapat sejumlah upaya untuk mengembalikan vegetasi, bahkan di kawasan yang sangat panas seperti di pedalaman Spanyol

Land Life Company merupakan bagian dari gerakan global yang dilakukan sejumlah organisasi untuk mencoba menyelamatkan kawasan yang terdegradasi atau terdeforestasi, dari dataran rendah tropis yang subur hingga perbukitan kering di kawasan sedang. Terdorong oleh hilangnya keragaman hayati dunia dan perubahan iklim, kelompok-kelompok tersebut mencoba mendorong batasan-batasan yang menghalangi upaya untuk menghidupkan kembali hutan. "Ini bukan masalah teoretis," kata Walter Vergara, pakar kehutanan dan iklim dari World Resources Institute (WRI). "Ini memerlukan insentif yang tepat, pemangku kepentingan yang tepat, analisa yang tepat dan modal yang cukup, tapi ini bisa dilakukan."

Bagaimana faktor-faktor tadi berpadu dalam proyek tertentu - dan apakah menyelamatkan hutan yang sudah rata dengan tanah adalah hal yang memungkinkan - tergantung pada ekosistem jenis apa yang Anda pilih. Hutan sekunder di Amazon berbeda dengan hutan pinus di Texas yang tengah dalam proses pemulihan pasca kebakaran hutan. Itu juga berbeda dengan hutan kayu boreal yang terhampar di sebagian besar wilayah Swedia. Masing-masing memiliki faktor berbeda untuk program penghijauan kembali dan memiliki kebutuhan khusus yang juga berbeda satu sama lain.

Pada kondisi kering di sekitar Matamorisca dan sejumlah kawasan lainnya di Spanyol, Land Life Company mengkhawatirkan proses penggurunan yang semakin cepat terjadi. Karena mereka berfokus dalam upaya untuk mengembalikan sebuah ekosistem, maka mereka pun bekerjasama dengan organisasi-organisasi yang tak mengharapkan uang mereka bisa kembali.

Dengan penanaman kembali lahan seluas 600 hektar di seluruh dunia sejak tahun 2015 dan 1.100 hektar lain yang direncanakan dilakukan tahun ini, semangat perusahaan itu selaras dengan Tantangan Bonn (Bonn Challenge), sebuah upaya global untuk mengembalikan 150 juta hektar kawasan hutan di dunia yang terdeforestasi dan terdegradasi pada tahun 2020. Itu setara dengan luas Iran atau Mongolia. Pada tahun 2030, target kawasan yang bisa diselamatkan diharapkan hingga seluas 350 juta hektar - 20% lebih luas dibanding India.

Target-target tersebut termasuk proses rehabilitasi hutan yang kehilangan kerapatannya atau tampak lemah (disebut 'restorasi' dalam istilah kehutanan) dan upaya penyembuhan hutan yang benar-benar telah 'bersih' (disebut 'reforestasi').

Target global tadi lantas dipecah ke dalam target-target lebih kecil dan tengah diterapkan di negara-negara Amerika Latin dengan sebutan Prakarsa 20x20 (20x20 Initiative), sebuah gerakan kontribusi untuk mengembalikan 20 juta hektar hutan terhadap target global dengan mempercepat proyek skala kecil hingga menengah dengan mengandalkan dukungan politik dari pemerintah masing-masing negara.

Tidak seperti Land Life Company, proyek skala kawasan tersebut memunculkan dampak ekonomi dan bisnis dalam upaya reforestasi, meskipun mereka mendukung konservasi keanekaragaman hayati. "Anda harus menarik uang dari pihak swasta," ujar Vergara yang memimpin prakarsa tersebut, "dan modal itu harus menghasilkan keuntungan (Return On Investment/ROI)." Penelitian yang dipimpin Vergara menunjukkan bahwa negara Amerika Latin akan mendapatkan arus kas (Net Present Value/NPV) sekitar Rp324,9 Triliun dalam kurun waktu 50 tahun jika mencapai target.

Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan
Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Bahkan lahan yang telah dibersihkan dapat kembali menjadi hutam rimbun dengan pertolongan yang tepat

Uang dapat dihasilkan dari penjualan kayu di hutan-hutan yang dikelola secara berkelanjutan atau memanen 'produk non-kayu' seperti kacang-kacangan, minyak, dan buah-buahan dari pohon. Anda dapat mencatat seberapa banyak karbon dioksida yang ditangkap oleh hutan Anda dan menjual kredit karbon kepada perusahaan-perusahaan yang bermaksud mengganti rugi emisi karbon yang mereka produksi. Atau Anda bahkan bisa menumbuhkan hutan dan berharap keanekaragaman hayatinya dapat menjadi ekowisata yang menghasilkan uang dari biaya penginapan, tur melihat burung, dan konsumsi.

Tapi tetap saja, para penyokong dana tersebut bukanlah bank-bank besar. Dana untuk Prakarsa 20x20 sebagian besar berasal dari organisasi keuangan dengan tiga tujuan - keuntungan paling rendah, keuntungan bagi lingkungan, dan manfaat sosial - yang dikenal dengan sebutan investor berbasis dampak.

Ambil contoh pendanaan Jerman 12Tree misalnya, salah satu rekanan 20x20. Mereka berinvestasi sebesar Rp134 Miliar pada Cuango, kawasan properti seluas 1.455 hektar di pesisir Karibia negara Panama, yang mengombinasikan perkebunan cokelat dengan ekstraksi kayu dari hutan sekunder yang dikelola secara berkelanjutan. Dengan dana tersebut, mereka mereforestasi ladang peternakan sapi, menciptakan lapangan kerja berkualitas bagi masyarakat sekitar dan menghasilkan keuntungan.

Bahkan di lahan yang dibersihkan puluhan tahun lalu yang baru-baru ini digunakan para petani, sebagian ladang dapat tumbuh berdampingan dengan hutan, jika Anda menemukan keseimbangan yang benar. Meski secara teknis bukanlah reforestasi, agroforestri alias budidaya tanaman kehutanan dan tanaman pertanian memberikan kesempatan bagi petani kecil untuk bisa tetap bertani sembari menambah luasan hutan di ladang mereka.

Sebuah proyek global bernama Breedcafs meneliti bagaimana pepohonan berperilaku di tengah perkebunan kopi, dengan tujuan untuk menemukan varietas tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di bawah bayangan kanopi. Kopi tumbuh secara alami di hutan semacam itu, maka mereplika hal tersebut di perkebunan sebenarnya sama saja dengan membawa tanaman itu kembali ke akarnya.

"Dengan memperkenalkan kembali pepohonan di lansekap itu, kita memberi dampak positif terhadap kelembaban, tingkat tangkapan hujan, konservasi lahan, dan pelestarian keanekaragaman hayati," ujar pakar kopi Benoît Bertrand dari French Agricultural Research Centre for International Development (Cirad), yang memimpin proyek tersebut. Bertrand mengamati belasan varietas kopi yang mana yang paling cocok dengan sistem tersebut. Perlakuan yang sama dapat diterapkan juga terhadap perkebunan cokelat, vanilla, dan pohon buah-buahan.

Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan
Bagaimana upaya anda untuk mengembalikan fungsi hutan

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Jika pohon muda dapat dilindungi dalam beberapa bulan pertama sejak penanaman, maka hutan lebih memungkinkan untuk 'hidup' kembali

Tidak semua lahan dapat direforestasi. Rekanan Vergara mencari investasi yang aman, dan bahkan Land Life Company sendiri hanya melakukan proyek-proyek besar di negara-negara yang mereka nilai "berisiko rendah", seperti Spanyol, Meksiko, atau Amerika Serikat. "Kami cenderung menghindari operasional berskala besar di negara-negara di sebagian Timur Tengah atau Afrika di mana keberlanjutannya tidak aman," ungkap Ruys.

Tetapi di lokasi yang tepat, yang mungkin Anda butuhkan hanyalah waktu. Di Central Pacific Kosta Rika, Suaka Margasatwa Nasional Barú seluas 330 hektar tidak tampak seperti pada tahun 1987 ketika tempat itu menjadi ladang peternakan sapi, saat akhirnya Jack Ewing memutuskan untuk mengubah lahan tersebut menjadi kawasan ekowisata. Alih-alih 'ikut campur' menyulap ladang, seorang temannya menyuruhnya membiarkan alam bekerja sendiri.

Rumput yang sebelumnya menutupi lahan Barú kini berubah menjadi pepohonan lebat dengan hutan sekunder yang terhampar seluas 150 hektar tanpa campur tangan manusia. Dalam 10 tahun terakhir, kawanan monyet pelolong (howling monkeys), burung macaw merah, dan bahkan singa gunung kembali ke lahan tersebut, meningkatkan pariwisata dan menghidupkan kembali ekosistem setempat. Ewing yang kini berusia 75 tahun menjelaskan bahwa kesuksesan tersebut berkat perkataan sang teman tiga dekade lalu: "Di Kosta Rika, saat kau berhenti mengurus semak belukar, hutan akan kembali untuk membalas dendam."

Konten tidak tersedia

  • {{promo.headlines.shortHeadline}}