Bagaimana perasaanmu jika sedang berbicara sedangkan lawan bicaramu tidak mendengarkan

Baiq Nurul Nahdiat10 Nov 2021, 08:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Salah satu skill dalam komunikasi adalah menjadi pendengar yang baik. Ternyata, komunikasi bukan hnaya tentang menyampaikan pendapat dan berbicara, tapi juga menyimak apa disampaikan lawan bicaramu. Walau terdengar sepele, nyatanya tidak mudah menjadi pendengar yang baik, karena terkadang ego kita yang tinggi yang membuat kita selalu ingin didengar daripada mendengarkan.

Untuk mengetahui apakah kamu pendengar yang baik atau tidak, berikut ini tanda-tandanya.

1. Tidak memotong pembicaraan

Menjadi pendengar yang baik artinya memberi kesempatan pada lawan bicara untuk menyelesaikan apa yang ingin disampaikan. Terutama, saat mereka sedang emosi atau sedih. Memotong pembicaraan atau mengalihkan pada topik hanya akan membuat lawan bicaramu jadi terbatas dalam menyampaikan informasi. Sebaliknya, kalau kamu pendengar yang baik, kamu tidak akan memotong pembicaraan orang lain sampai mereka selesai.

2. Tidak sok tahu

Tak jarang orang menceritakan masalahnya padamu hanya untuk mencari kelegaan. Tidak untuk meminta pendapat atau nasihatmu. Karena itu, kamu mesti menahan diri untuk menyampaikan opini ataupun nasihatmu sebelum diminta. Menjadi pendengar yang baik juga harus lebih menunjukkan empati, artinya kamu tidak boleh sok tahu pada masalah orang lain.

Tanda kalau Kamu Sosok Pendengar yang Baik. (ilustrasi/photo Designed by tirachardz/Freepik)

Tentu saat orang berbicara, mereka pasti ingin didengarkan dan diperhatikan. Pendengar yang baik juga tentu akan memberikan perhatian penuh pada lawan bicaranya. Dengan tidak memerhatikan hal lain dan tetap fokus untuk menyimak pembicaraan. Dengan begitu, kamu akan lebih mudah memahami informasinya secara detail.

4. Memiliki empati yang tinggi

Empati adalah ikut berbahagia ketika orang lain senang, dan ikut prihatin ketika orang lain sedih. Sikap ini menunjukkan bahwa kamu ada di sana dan memfokuskan diri pada lawan bicara. Empati tidak selalu berarti bahwa kamu harus menyetujui semua pendapatnya. Kamu hanya perlu memahami kenapa dia berpikir, bertindak, atau beranggapan seperti itu.

Tanda kalau Kamu Sosok Pendengar yang Baik. (Photo by Mimi Thian on Unsplash)

Menjadi pendengar yang baik tentu bukan berrati kita hanya boleh diam saja tanpa mengeluarkan pendapat. Sebagai pendengar yang baik, tentunya kamu bisa bicara saat lawan bicaramu sudah selesai. Kamu juga memberikan jawaban ketika ditanya atau memberikan pertanyaan saat ada hal yang membuatmu penasaran atau kurang jelas.

Memang tidak mudah menjadi mendengar yang baik, terkadang ego kita yang masih tinggi dan sifat tidak sabaran membuat kita jadi lebih ingin banyak bicara daripada mendengarkan. Tapi, jika kamu ingin dihargai dan dipercaya sebagai teman curhat, maka kamu harus bisa menunjukkan bahwa kamu bisa menjadi pendengar yang baik.

Kunci jawaban dalam buku tematik 4 untuk kelas 3 SD/MI subtema 2 pembelajaran 6 halaman 84, 85, 86, 86, 89, dan 90.

TRIBUNNEWS.COM - Inilah kunci jawaban Tema 4 untuk kelas 3 SD/MI pada buku tematik halaman 84, 85, 86, 86, 89, dan 90.

Soal ini ada dalam Subtema 2 Pembelajaran 6 Kelas 3 SD Buku Siswa Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi 2018.

Ada empat subtema dalam buku tematik kelas 3 SD Tema 4 yang berjudul Kewajiban dan Hakku.

Pada subtema 2, siswa kelas 3 SD akan belajar mengenai Kewajiban dan Hakku di Sekolah.

Ada beberapa pembelajaran yang bisa dikerjakan siswa kelas 3 SD/MI dalam buku tematik 4 subtema 2 pembelajaran 6.

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 3 SD Halaman 76 77 78 79 80 81 82 Subtema 2 Pembelajaran 5 Buku Tematik

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 3 SD Halaman 68, 69, 71, 72, 73, 74 Buku Tematik Subtema 2 Pembelajaran 4

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 3 SD Halaman 62 63 65 67 Subtema 2 Pembelajaran 3 Buku Tematik

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 3 SD Halaman 57, 59, 60, 61 Buku Tematik Subtema 2 Pembelajaran 2

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 3 SD Halaman 49 50 51 52 Subtema 2 Pembelajaran 1 Buku Tematik

Berikut kunci jawaban dalam buku tematik 4 untuk kelas 3 SD/MI subtema 2 pembelajaran 6 halaman 84, 85, 86, 86, 89, dan 90:

Ayo Berdiskusi (Halaman 84)

Berdiskusilah dengan teman di sebelahmu!

Diskusikan apa yang harus dilakukan saat orang berbicara kepadamu!

Tuliskan hasil diskusimu dalam bagan berikut!

Saat ini kesadaran masyarakat kita mengenai kesehatan mental masyarakat sudah cukup tinggi. Muncullah pernyataan-pernyataan seperti, “Jangan begitu, kamu harus peduli kesehatan mental”, atau “Kamu seharusnya memahami orang lain dengan lebih baik”, “Kamu tidak paham cara menjaga kesehatan mental orang lain.”

Sayangnya, kesadaran ini tidak dibarengi dengan pemaknaan yang baik tentang kesehatan mental itu sendiri, terutama dalam konteks curhat.

Suatu waktu seorang teman curhat mengeluh tentang giginya yang sakit. Saya mencoba menyimak keluhannya. Selesai menyimaknya berbicara, saya juga bercerita tentang pengalaman sakit serupa dan menawarinya opsi pengobatan yang sama seperti yang dulu saya lakukan, sebab saya pikir mungkin peluang sembuhnya akan sama. Alih-alih menyimak cerita saya, dia malah menyindirku dengan ekspresi seolah-olah saya tidak peduli dengan perasaan sakitnya. Waduh.

Ini sering kali membuat saya bingung saat teman curhat. Saya diam saja, dia anggap saya tidak peduli dan tidak mendengarkan ceritanya. Saya berusaha untuk memberinya dukungan dengan pengantar pengalaman serupa, tapi malah dianggap komparasi penderitaan. Serba salah.

Komparasi penderitaan berarti membandingkan penderitaan yang dia punya dengan penderitaanmu. Misalnya ketika kamu mengeluh tentang daya listrik di rumah kos yang tidak stabil, temanmu tiba-tiba menimpali dengan, “Yaelah itu sih masih mending, lah gue lebih parah lagi, gue pernah (bla bla bla)”.

Baca juga: 5 Akun Instagram Bermanfaat Soal Kesehatan Mental

Selain itu, orang-orang yang curhat sering tidak menyadari konteks pembicaraan. Mereka perlu memahami mana yang memang sedang menjatuhkan dengan membandingkan penderitaan mereka, dan mana yang sedang murni ingin bercerita.

Mereka seharusnya paham bahwa dalam curhat, ada orang yang berperan sebagai subjek (yang curhat) dan objek (yang sedang diajak curhat). Bahwa ketika orang sedang curhat, seharusnya dia siap dengan segala respons yang diberikan lawan bicara yang diajak curhat, entah dia mengernyitkan dahi, membelalakkan mata, menggelengkan kepala, dan lain sebagainya. Perlu disadari bahwa manusia memiliki daya refleks tertentu. Kecuali kamu sedang curhat dengan tembok, maka sudah pasti tembok tidak akan mengeluarkan respons atau bahkan perlawanan.

Dalam obrolan intim, atau curhat, seseorang yang sedang curhat biasanya menjadi subjek yang menguasai arah pembicaraan. Maka, ketika orang yang diajak curhat kemudian berbicara (sejauh tidak memojokkan) seharusnya tidak dianggap sedang melakukan komparasi penderitaan. Ketika orang kedua berbicara, anggap telah terjadi peralihan subjek. Saatnya subjek pertama mendengarkan objek yang kemudian menjadi subjek.

Kesehatan mental juga berarti menyadari bahwa dalam sesi curhat, yang perlu dijaga kesehatan mentalnya bukan cuma kamu yang sedang curhat dan menguasai arah pembicaraan. Bila kamu peduli dengan isu kesehatan mental, kamu juga seharusnya sadar bahwa teman yang kamu curhati juga punya kondisi mental yang bisa turun atau bahkan rusak akibat curhatan dan tanggapan orang lain. Maka jangan hakimi dia seolah-olah dia tidak sadar dengan kesehatan mental.

Baca juga: Jadi Pendengar yang Baik Saat Teman Ingin Bunuh Diri

Kalau kamu peduli dengan isu kesehatan mental, saat temanmu mungkin juga menceritakan hal yang serupa, alih-alih menganggap ia tidak memahami perasaanmu, bagaimana kalau kalian berdua sama-sama memahami penderitaan masing-masing. Temanmu juga punya mental yang butuh dijaga. Bila kamu saja menghakimi dia dengan label buruk maka apa bedanya kamu dengan label yang kamu berikan.

Idealnya, dalam obrolan intim semacam curhatan, seharusnya ada kesepakatan respons di awal sebelum pembicaraan semakin jauh. Saat curhat, kamu bisa mewanti-wanti lawan bicaramu dengan permintaan, “Saya hanya ingin didengarkan”, atau “Saya nanti butuh pendapatmu iya atau tidak”, atau “Saya minta komentar kamu tentang sesuatu”. Itu akan lebih baik kalau-kalau nanti orang yang kamu ajak curhat tiba-tiba mengeluarkan respons yang tidak sesuai dengan yang kamu harapkan.

Setiap orang ingin dihargai. Ketika kamu merasa senang saat temanmu mampu menjadi lawan bicara yang baik, maka berikan penghargaan untuk temanmu dengan mengapresiasi kesediaannya menjadi pendengarmu. Namun jika respons yang ia berikan tidak sesuai dengan kehendakmu, jangan hakimi dia dengan label buruk tertentu.

Vita Muflihah Fitriyani adalah seorang ENFJ yang menurut hasil tes cocok menjadi konselor. Sering sekali diajak bertukar pikiran dan dicurhati oleh teman-temannya, tetapi selalu enggan menceritakan yang menjadi miliknya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA