Bagaimana cara kita meneladani sifat Allah yang Maha Pemberi?

Bagaimana cara kita meneladani sifat Allah yang Maha Pemberi?

Bagaimana cara kita meneladani al-asma’u-al-husna-al-karim ?, Jawabannya: (1) Bersedekah kepada mereka yang kurang mampu, (2) Memaafkan teman yang meminta maaf pada kita, dan (3) Berinfaq di masjid.

Al-asmau al-husna terdiri dari dua kata yaitu asma yang artinya nama, dan Husna yang artinya baik indah. Sedangkan Al-karim memiliki arti yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Pemurah, Maha Pemberi Maaf.

Jadi al-asma’u al-husna al-karim adalah nama-nama Allah yang Maha Mulia, Dermawan, Pemurah, dan Memaafkan.

Pada contoh di atas, melakukan sedekah dan infak adalah contoh perilaku teladan dalam meyakini sifat Allah yang Maha Dermawan. Sedangkan memaafkan teman adalah perilaku teladan yang pemaaf.

Bagaimana cara kita meneladani al-asma’u-al-husna-al-karim ?

  1. Bersedekah kepada fakir miskin, sebagai tindakan dermawan, dan pemberi, dari sifat Allah yang Maha Pemberi.
  2. Memaafkan kesalahan orang yang meminta maaf kepada kita, sebagai perilaku pemaaf dari sifat Allah yang Maha Pemaaf.
  3. Menghormati dan menghargai guru, sebagai perilaku mulia, dari sifat Allah yang maha Mulia.

Bagaimana cara kita meneladani sifat Allah yang Maha Pemberi?

Pada intinya al-Karim memiliki arti Maha Mulia, Pemberi / Dermawan, dan Pemaaf sehingga tindakan kita harus meneladani sifat-sifat tersebut.

Sedekah adalah salah satu bentuk perilaku yang meneladani sifat Maha Dermawan, sedangkan memaafkan berarti meneladani sifat Maha Pemeberi Maaf. Kemudian menghormati guru yang mengajari kita berarti perilaku teladan yang Maha Mulia.

Sifat-sifat tersebut ada dalam Al-Karim, dalam nama-nama Allah yang baik dan indah / al-asmau al-husna.

Jawabannya

Bagaimana cara kita meneladani al-asma’u-al-husna-al-karim

Al-karim artinya Maha Mulia, Maha Dermawan, dan Maha Pemberi Maaf sehingga cara meneladaninya dapat dilakukan dengan:1.) Menghargai para guru di sekolah.2.) Menghormati orangtua kita di rumah.3.) Menyisakan uang saku untuk disumbangkan ke masjid.4.) Membantu teman yang membutuhkan.

5.) Memaafkan teman yang meminta maaf.

Jawaban di atas, membutuhkan penalaran, kalian biasa mengembangkannya sendiri sesuai dengan pengalaman sendiri asalkan berkaitan dengan sifat mulia, dermawan, dan pemaaf.

Berikut ini penjelasan tentang al-karim dalam buku paket kelas 10:

Bagaimana cara kita meneladani sifat Allah yang Maha Pemberi?

Penilaian jawaban tergantung kebijakan guru pembimbing, sebab soal berupa penalaran.

Ilustrasi Sikap Al Wahhab. Foto: Freepik

Umat Islam dianjurkan untuk memahami nama-nama baik Allah SWT atau yang lebih dikenal dengan istilah Asmaul Husna. Tidak sekadar memahaminya, manusia juga harus mengimani dan meneladani Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari.

Asmaul Husna sendiri berjumlah 99. Asmaul Husna juga dapat dimanfaatkan umat Muslim sebagai bacaan dzikir yang bisa dilakukan secara rutin.

Salah satu nama baik yang dimiliki Allah SWT adalah Al Wahhab. Al Wahhab artinya Maha Pemberi. Secara bahasa, Al Wahhab berasal dari kata “wahaba” yang berarti memberi sesuatu tanpa mengharapkan imbalan.

Selama ini, Allah SWT memberikan karunia kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya tanpa diminta. Allah menciptakan manusia dengan memiliki mata, hidung, telinga, kaki, mulut, dan sebaginya tanpa harus ada yang meminta terlebih dahulu.

Lantas bagaimana cara meneladani nama baik Al Wahhab yang dimiliki Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari? Berikut penjelasan lengkapnya yang dikutip dari Terapi Mencerdaskan Hati oleh Muhammad Syafie el-Bantanie (2012:92).

Ilustrasi Sikap Al Wahhab. Foto: Pixabay

Nama baik Al Wahhab dapat diteladani dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara termudah adalah memberikan sesuatu yang dimilikinya (jika lebih) kepada orang yang memang membutuhkan.

Dalam Surat Ali Imran ayat 133-134 diterangkan bahwa salah satu ciri orang bertakwa adalah orang yang berinfak, baik dilakukan dalam keadaan lapang maupun sempit.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Setelah menyedekahkan sebagian hartanya, manusia juga dianjurkan untuk tidak mengharapkan balasan. Cukup Allah SWT yang akan membalasnya dengan memberikan rahmat dan keridhoan-Nya.

Firman Allah SWT dalam Surat Al Mudatsir ayat 6 menegaskan, “Dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. ”

Adapun ayat lain yang juga menjelaskan untuk tidak mengharapkan imbalan dari apa yang telah disedekahkan tercantum dalam Surat Al Insan ayat 8-9.

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan, (sambil berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhoaan Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih darimu.” (Q.S Al Insan ayat 8-9).