Artikel perdagangan internasional Indonesia dengan negara lain 2022

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

HM.4.6/70/SET.M.EKON.3/2/2022

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut pada Januari 2022, Prospek Kinerja Ekspor-Impor Indonesia Semakin Solid
Jakarta, 16 Februari 2022


 

Ekspor Indonesia pada Januari 2022 kembali mencatatkan performa impresif setelah menunjukkan pertumbuhan sebesar 25,31% (yoy), sehingga ekspor Januari 2022 menjadi sebesar US$19,16 miliar. Faktor utama yang menjaga kinerja positif ini adalah ekspor komoditas andalan Indonesia yang tetap solid ditengah tren kenaikan harga yang masih berlangsung di beberapa komoditas, terutama pada harga komoditas minyak kernel yang meningkat sebesar 17,96% (mtm), nikel meningkat sebesar 11,69% (mtm), dan aluminium meningkat sebesar 11,52% (mtm). Hilirisasi pada komoditas-komoditas tersebut juga menjadi determinan utama peningkatan nilai tambah ekspor Januari 2022.

Selain itu, kinerja positif ekspor juga sejalan dengan laporan IHS Markit yang menyebutkan bahwa pesanan barang ekspor Indonesia di Januari 2022 merupakan rekor kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan periode bulan Januari sejak survei dijalankan.

“Berbagai indikator termasuk laporan dari IHS Markit tersebut menjadi sinyal positif bagi output manufaktur. Terbukti, saat ini tercatat ekspor Industri pengolahan meningkat 31,16% yoy menjadi sebesar US$15,71 miliar. Ke depan, dengan prospek permintaan yang semakin bertumbuh, maka output perekonomian juga akan terus meningkat,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Prospek penguatan output perekonomian juga ditunjukkan oleh level Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang terus berada pada level ekspansif. Tercatat pada Januari 2022, PMI Indonesia berada di level 53,7 atau melanjutkan level ekspansi selama lima bulan berturut-turut. Level PMI tersebut juga mengungguli beberapa negara ASEAN seperti Thailand (51,7), Filipina (50,0), dan Myanmar (48,5).

Sejalan dengan peningkatan ekspor, sisi impor Indonesia pada Januari 2022 juga meningkat menjadi sebesar US$18,23 miliar, yakni tumbuh sebesar 36,77% (yoy).

“Peningkatan impor Januari 2022 menunjukkan prospek akselerasi pemulihan ekonomi karena komponen utamanya berasal dari aktivitas produksi domestik yang terus menggeliat. Terbukti, impor bahan baku penolong dan barang modal tumbuh menguat, masing-masing dengan pertumbuhan sebesar 39,57% yoy dan 41,94% (yoy).

Di saat yang sama, kepercayaan masyarakat yang terus meningkat juga mendorong peningkatan aktivitas ekonomi dan demand domestik sehingga impor barang konsumsi ikut terdorong naik sebesar 10,25% (yoy).

Kinerja positif pada ekspor dan impor juga dilanjutkan dengan kabar menggembirakan pada neraca perdagangan Indonesia yang masih melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020 atau selama 21 bulan berturut-turut. Pada Januari 2022, Indonesia mengalami surplus sebesar US$0,93 miliar.

Prospek neraca perdagangan ke depan dihadapkan pada berbagai resiko yang harus diwaspadai. Salah satunya yaitu dengan meningkatnya risiko geopolitik antara Rusia dan Ukraina, maka diperkirakan harga komoditas energi akan mengalami peningkatan.

Dari segi impor, kenaikan harga minyak mentah diperkirakan mendorong kenaikan impor migas. Namun, di sisi lain harga komoditas batubara juga akan naik sehingga ekspor Indonesia juga akan terdorong naik. Lebih lanjut, dengan masih tingginya harga minyak kelapa sawit yang merupakan salah komoditas ekspor utama, maka secara umum neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan tetap positif kedepannya.

“Kinerja positif pada perdagangan internasional Indonesia akan terus dipertahankan bahkan didiorong untuk ditingkatkan. Pemerintah akan mengerahkan berbagai strategi dan kebijakan guna mengoptimalkan performa neraca perdagangan yang sudah baik ini. Strategi utama Pemerintah akan tetap diselaraskan dengan pengendalian Covid-19 sehingga aktivitas ekonomi akan tetap tumbuh, di saat yang sama kerja sama ekonomi internasional akan terus digencarkan guna menciptakan diversifikasi negara tujuan ekspor. Terakhir, program hilirisasi akan menjadi kunci peningkatan nilai tambah ekspor,” pungkas Menko Airlangga. (dep1/map/fsr)

***


Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Haryo Limanseto

Website: www.ekon.go.id Twitter, Instagram, Facebook, & Youtube: @PerekonomianRI Email:

LinkedIn: Coordinating Ministry for Economic Affairs of the Republic of Indonesia

Senin, 10 Januari 2022

Artikel perdagangan internasional Indonesia dengan negara lain 2022

Indonesia dan Jepang terus berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi yang komprehensif, khususnya di sektor industri. Langkah sinergi ini diperkuat melalui pertemuan antara Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, Kōichi Hagiuda.



“Kami mengucapkan selamat kepada Menteri Kōichi Hagiuda yang menjabat sebagai METI pada tanggal 4 Oktober 2021 lalu. Kami juga mengapresiasi karena beliau menganggap Indonesia sebagai salah satu mitra dagang utama Jepang, sehingga Indonesia menjadi negara pertama yang mendapat kunjungan resmi beliau,” kata Menperin Agus di Jakarta, Senin (10/1).



Menperin menyebutkan, sudah ada sejumlah kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Jepang, antara lain Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), yang kini sedang dalam tahap perundingan general review (GR). “Kemudian juga ada kerja sama the New Manufacturing Industry Development Center (MIDEC),” ujarnya.



Di samping itu, dalam pertemuannya dengan Menteri Hagiuda, Agus mengatakan bahwa pemerintah Jepang mengusulkan kerja sama ekonomi di negara-negara Asia, yang dinamakan Asian Japan Investing for the Future Initiative (AJIF). “Saat ini, Jepang mempromosikan usulan AJIF kepada negara anggota ASEAN guna mendapat dukungan,” tuturnya.



Agus menegaskan, Pemerintah Indonesia berterima kasih atas inisiatif yang disampaikan pihak Jepang dan memerlukan waktu untuk pendalaman lebih lanjut. “Namun demikian, harapannya proposal ini dapat diselaraskan dengan kegiatan yang tercakup dalam program kerja sama di level regional ASEAN,” imbuhnya.



Area kerja sama usulan Jepang tersebut, antara lain terkait diversifikasi rantai pasok, memperkenalkan pengembangan dan pemanfaatan teknologi energi terbarukan dan sistem manajemen energi, serta kerja sama studi kelayakan untuk infrastruktur berkualitas.



Berikutnya, mengenai penerapan teknologi digital di seluruh lapisan masyarakat, dan pengembangan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kapasitas dalam pemanfaatan teknologi digital. Indonesia juga mengusulkan kerja sama implementasi industri 4.0 dengan Jepang melalui program New MIDEC. “Kami ingin memastikan agar program kerja sama yang telah berjalan bisa tetap dilaksanakan serta mengembangkan program-program lainnya,” ungkap Agus.



Menperin menyampaikan apresiasi kepada Jepang yang telah mendukung pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri di Indonesia yang memang disiapkan untuk bisa paham digitalisasi,” ia menyampaikan.



Jepang juga tertarik untuk makin memperkuat kerja sama di sektor industri otomotif. Proyek kerja sama teknis ini akan melibatkan berbagai institusi mitra di Jepang, seperti kerja sama dengan JICA dan METI. “Kami berharap komitmen Pemerintah Jepang melalui METI untuk menjamin keberlanjutan dan menjaga keselarasan capaian antara proyek tersebut. Selain itu, mendorong peningkatan investasi di sektor industri otomotif untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi tujuan ekspor,” papar Agus.



Industri otomotif merupakan salah satu sektor terpenting dan sebagai kontributor utama terhadap PDB. Saat initerdapat 21 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun, dengan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38 ribu orang. Total investasi yang telah tertanam mencapai Rp140 triliun, dan memberikan penghidupan kepada 1,5 juta orangyang bekerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut.


“Kami banyak melakukan komunikasi dengan produsen otomotif di Jepang. Mereka masih tetap berkomitmen untuk investasi di Indonesia, termasuk di bidang Electric Vehicle,” ujar Menperin.


Saat ini produk otomotif Indonesia telah berhasil diekspor ke lebih dari 80 negara. Selama Januari-Oktober 2021 tercatat sebanyak 235 ribu unit kendaraan CBU dengan nilai sebesar Rp43 triliun, 79 ribu set CKD dengan nilai sebesar Rp1 triliun, dan 72 juta unit komponen dengan nilai sebesar Rp24 triliun.


Pemerintah menargetkan pada tahun 2025, ekspor kendaraan CBU dapat mencapai 1 juta unit. Ini hanya bisa tercapai apabila semua pihak berkolaborasi dalam peningkatan efisiensi produksi dan daya saing produk melalui implementasi industri 4.0, penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui harmonisasi dan sinkronisasi regulasi di sektor otomotif.


Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

Share:

Artikel perdagangan internasional Indonesia dengan negara lain 2022
Artikel perdagangan internasional Indonesia dengan negara lain 2022