Apakah yang akan terjadi apabila para pengusaha memproduksi sebanyak 1.200 triliun rupiah

BAB III Penentuan Kegiatan Ekonomi: Pandangan Klasik Keynes dan Pendekatan Masa Kini HAL – HAL YANG DITERANGKAN  Pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi. Aspek yang diterangkan meliputi: 1. Aliran-aliran pendapatan dalam perenkonomian 2. Penentuan suku bunga 3. Penentuan tingkat upah 4. Penentuan tingkat kegiatan perekonomian  Kritik Keynes terhadap pandangan Klasik  Pandangan Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi: 1. Perananan perbelanjaan agregat dalam menentukan kegiatan ekonomi 2. Komponen utama perbelanjaan agregat 3. Multiplier  Pandangan modern mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi Bab ini bertujuan untuk menunjukkan (i) perbedaan pendapat di antara ahli-ahli ekonomi Klasik dan Keynes, dan (ii) pendekataan modern mengenai faktor-faktor yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang akan dicapai oleh sesuatu negara. Telah diterangkan dalam Bab Satu bahwa ahli-ahli ekonomi yang tergolong dalam mazhab Klasik berkeyakinan perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Pengangguran dalam tenaga kerja yang tersedia, menurut ahli-ahli ekonomi Klasik, bukanlah keadaan yang selalu belaku dalam perekonomian. Menurut mereka pengangguran tenaga kerja merupakan keadaan yang berlaku secara sementara saja. Pandangan ini didasarkan kepada dua keyakinan yang berikut: i. Fleksibilitas suku bunga dan tingkat harga akan menyebabkan keseimbangan di antara penawaran agregat dan permintaan agregat tercapai pada penggunaan tenaga kerja penuh. ii. Fleksibilitas tingkat upah mewujudkan keadaan di mana permintaan dan penawaran tenaga kerja mencapai keseimbangan pada penggunaan tenaga kerja penuh. Walaupun di dalam zamannya ahli-ahli ekonomi Klasik selalu juga dijumpai pengangguran yang cukup serius di berbagai negara, keyakinan tersebut masih tetap belum mengalami perubahan sehingga Jhon Maynard Keynes mengemukakan kritik-kritik terhadap pandangan itu dalam bukunya: The General of Employment, Interest and Money. Di dalam buku itu Keynes: i. Mengemukakan kritik-kritik terhadap pandangan Klasik mengenai kemampuan mekanisme pasar untuk selalu menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh. ii. Menciptakan suatu teori baru yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang akan menentukan tingkat kegiatan ekonomi dan tingkat penggunaan tenaga kerja. Teorinya ini merupakan landasan utama dari analisis makroekonomi yang wujud pada masa kini. Disebabkan oleh perbedaan pendapat tersebut maka sebelum membincangkan teori makroekonomi secara lebih mendalam, sebaiknyalah kalau terlebih dahulu diuraikan perbedaan pandangan di antara ahli-ahli ekonomi Klasik dan Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi negara. Disamping itu bab ini bertujuan untuk menerangkan (i) pandangan Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi, dan (ii) perkembangan serta bentuk analisis makroekonomi masa kini. PANDANGAN AHLI EKONOMI KLASIK Seperti telah dinyatakan dalam pendahuluan dari bab ini, menurut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik, dalam suatu perekonomian yang diatur oleh mekanisme pasar tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu tercapai. Pandangan ini didasarkan kepada keyakinan bahwa di dalam perekonomian tidak akan terdapat kekurangan permintaan. Apabila para produsen menaikkan produksi mereka atau menciptakan jenis-jenis barang yang baru, maka dalam perekonomian akan selalu terdapat permintaan terhadap barang-barang itu. Maka di dalam perekonomian pada umumnya tidak pernah berlaku kekurangan permintaan. Dengan perkataan lain, penawaran yang bertambah akan secara otomatis menciptakan pertambahan permintaan. Keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan dapat dengan jelas dilihat dari pandangan Jean Baptiste Say (1967-1832), seorang ahli ekonomi Klasik bangsa Perancis. Ia mengatakan: “ Penawaran menciptakan sendiri permintaan terhadapnya” atau “supply creates its own demand”. Menurut pendapatnya dalam setiap perekonomian jarang sekali terjadi masalah kelebihan produksi. Masalah kelebihan produksi, apabila hal itu terjadi, adalah masalah sementara. Mekanisme pasar akan membuat penyesuaian-penyesuaian sehingga akhirnya jumlah produksi akan turun di sektorsektor yang mengalami kelebihan produksi dan akan naik di sektor-sektor di mana permintaan terhadap produksi mereka sangat berlebihan. Berdasarkan kepada pandangan seperti ini ahliahli ekonomi Klasik berkeyakinan bahwa di dalam suatu perekonomian sering sekali wujud keadaan di mana jumlah keseluruhan penawaran barang-barang dalam perekonomian (penawaran agregat) pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu diimbangi oleh keseluruhan permintaan terhadap barang-barang tersebut (permintaan agregat) yang sama besarnya. Oleh karenanya kekurangan permintaan tidak akan berlaku. CORAK KEGIATAN EKONOMI SUBSISTEN Kebenaran pendapat ini tidak dapat disangkal dalam suatu perekonomian yang terdiri dari dua sektor di mana penerima-penerima pendapatan tidak menabung dan para pengusaha tidak menanam modal. Dalam masyarakat yang seperti itu sirkulasi aliran pendapatan adalah seperti yang digambarkan dal Gambar 3.1. dalam perekonomian seperti itu nilai produksi yang diciptakan sektor perusahaan akan selalu sama dengan nilai seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga. Mengapa keadaan seperti itu akan wujud diterangkan dalam uraian di bawah ini. Untuk menghasilkan barang dan jasa sektor perusahaan harus menggunakan faktorfaktor produksi. Seperti telah dimaklumi, seluruh sektor produksi tu berasal dari sektor rumah tangga. Oleh sebab itu keseluruhan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi— yaitu gaji dan upah yang diterima tenaga kerja, bunga ke atas modal yang dipinjamkan, sewa yang diperoleh dari tanah dan harta, dan keuntungan pengusa—merupakan pendapatan sektor rumah tangga. Nilai seluruh produksi sektor perusahan adalah sama dengan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi. Dengan demikian nilai seluruh pendapatan yang diterima sektor rumah tangga. Disamping sebagai penyedia faktor-faktor produksi, sektor rumah tangga merupakan pula konsumen dari barang dan jasa yang diproduksikan oleh sektor perusahaan. Maka sektor GAMBAR 3.1 Sirkulasi Aliran Pendapatan dalam Ekonomi Subsiten rumah tanggga akan melakukan pembelian/perbelanjaan ke atas barang dan jasa yang diproduksikan sektor perusahaan. Hal ini juga telah diterangkan sebelum ini. Di dalam perekonomian subsisten tidak terdapatpenabungan. Ini berarti seluruh pendapatan sektor rumah tangga akan dibelanjakan. Pendapatan yang mereka terima, yaitu seperti yang ditunjukan oleh Aliran 1, akan digunakan untuk membeli barang dan jasa (lihat Aliran 2). Oleh karena rumah tangga tidak menabung, nilai pengeluaran rumah tangga (Aliran 2) adalah sama dengan nilai pendapatannya (Aliran1). Dan apabila sektor perusahaan menaikkan produksinya maka pendapatan faktor-faktor produksi, dan seterusnya pendapatan sektor rumah tangga, akan mengalami kenaikan yang sama besarnya dengan nilai produksi sektor perusahaan. Karena sektor rumah tangga tidak melakukan penabungan, pengeluaran sektor rumah tangga akan mengalamin kenaikan yang sama besarnya dengan kenaikan nilai keseluruh produksi. Sekiranya sektor produksi menggunakan seluruh faktor produksi yang ada dalam perekonomian, pengeluaran sektor rumah tangga akan sama dengan nilai produksi yang diciptakan oleh faktor-faktor produksi tersebut. Keadaan ini, yaitu keadaan dimana pengeluaran sektor rumah tangga akan selalu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam perekonomiaan itu pada waktu penggunaan tenaga kerja penuh tercapai, akan menjamin berlakunya tingkat penggunaan tenaga kerja penuh di dalam jangka panjang. Telah dikatakan bahwa gambaran dari sirkulasi aliran pendapatan seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3.1 adalah gambaran yang sangat sederhana mengenai aliran-aliran pendapatan yang berlaku dalam suatu perekonomian. Aliran-aliran pendapatan yang seperti itu sifatnya hanya terdapat dalam perekonomian subsisten, di mana kegiatan perdagangan sangat terbatas dan pada umumnya dilakukan secara barter (tidak menggunakan uang). Hanya dalam perekonomian subsisten para penerima pendapatan tidak melakuakan penabungan. Mereka akan selalu menggunakan seluruh pendapatan yang mereka terima untuk memperoleh barangbarang kebutuhan mereka. CORAK KEGIATAN PEREKONOMIAN MODERN Dalam perekonomian yang lebih maju penerima-penerima pendapatan akan menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan kepada para pengusaha dan mereka akan menggunakan tabungan itu untuk investasi, yaitu melakukan pembelian barang-barang modal. Investasi akan menambah jumlah barang-barang modal yang tersedia dan meninggikan kemampuan perekonomian itu menghasilkan barang-barang kebutuhan masyarakat. Sebagai balas jasa kepada kesediaan para penerima pendapatan untuk menabung sebagian dari pendapatan mereka, pengusaha akan membayar bunga ke atas seluruh tabungan yang disediakan oleh sektor rumah tangga. Dalam perekonomian seperti yang diasumsikan ini, sirkulasi aliran pendapatan adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.2. Dalam gambar itu ditunjukkan bahwa sebagian dari pengdapatan sektor rumah tangga ditabung di lembag-lembaga keuangan (Aliran 3). Dan oleh lembaga-lembaga ini tabungan sektor rumah tangga dipinjamkan kepada para penanam modal (Aliran 4). Para penanam modal (investor) akan meminjam dan menggunakan tabungan tersebut untuk membeli barang-barang modal dari sektor perusahaan dan pengeluaran ini ditunjukkan oleh Aliran 5. GAMBAR 3.2 Sirkulasi Aliran Pendapatan dalam Ekonomi Modern Ahli-ahli ekonomi Klasik tetap berkeyakinan bahwa walupun rumah tangga akan menabung sebagian dari pendapatan yang diperolehnya, kekurangan dalam permintaan tidak akan terjadi dalam perekonomian. Keyakinan itu didasarkan kepada pandangan yang ada hakikatnya mengatakan bahwa semua tabunga sektor rumah tangga yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan digunakan oleh para pengusaha untuk investasi. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik, dalam perekonomian suku bunga selalu mengalami erubahan. Dan perubahan itu akan menyebabkan seluruh tabungan yang diciptakan sektor rumah tangga pada waktu perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama besarnya dengan jumlah investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Oleh karenanya jumlah seluruh pengeluaran dalam perekonomian (pengeluaran agregat), yang meliputi konsumi oleh rumah tangga dan investasi oleh para pengusaha, akan selalu sama dengan nilai seluruh produksi yang diciptakan oleh sektor perusahaan pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Dengan perkataan lain, pengeluaran agregat yang dicapai pada waktu tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan penawaran agregat pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. PENENTUAN SUKU BUNGA Mengapakah ahli-ahli ekonomi Klasik berkeyakinan bahwa perubahan-perubahan yang dapat dengan mudah berlaku ke atasu suku bunga akan menjamin terciptanya kesamaan di antara jumlah tabungan yang akan disediakan rumah tangga dan jumlah investasi yang akan dilakunan oleh pengusaha? Menurut pendapat mereka keadaan seperti itu akan terjadi karena suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Setiap perubahan dalam suku bunga akan menyebabkan perubahan GAMBAR 3.3 Suku Bunga,Tabungan dan Investasi pula dalam tabungan rumah tangga dan permintaan dana untuk investasi perusahaa. Perubahan-perubahan dalam suku bunga akan terus menerus berlangsung sebelum kesamaan di antara jumlah tabungan dengan jumlah permintaan dana investasi tercapai. Bagaimana penyesuaian-penyesuaian itu berlaku dapat diterangkan dengan menggunakan Gambar 3.3. Faktor yang Menentukan Suku Bunga Sumbu datar dalam Gambar 3.3 menunjukkan julah permintaan dana untuk investasi dan tabungan, dan sumbu tegak menunjukkan suku bunga. Kurva I menunjukkan permintaan para pengusaha terhadap tabungan rumah tangga (atau keinginan pengusaha untuk melakukan investasi) pada berbagai suku bunga. Bentuk kurva itu adalah seperti yang terdapat dalam Gambar 3.3 karena pengusaha akan mengurangi permintaan terhadap tabungan rumah tangga apakah suku bunga tinggi tetapi sebaliknya akan menambah permintaan mereka apabila suku bunga rendah. Kurva SF adalah kurva yang menunjukkan penawaran tabungan oleh seluruh rumah tangga pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kurva itu menggambarkan bahwa rumah tangga akan menawarkan lebih banyak tabungan apabila suku bunga bertambah tinggi dan sebaliknya akan menurunkan jumlah tabungan mereka apabila suku bunga makin rendah. Dalam Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa keseimbangan di antara keinginan rumah tangga dalam menawarkan tabungan mereka dan keinginan para pengusaha untuk melakukan investasi dicapai pada titik E. Pada tingkat keseimbangan ini jumlah seluruh tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tanggga adalam sama dengan jumlah seluruh investasi yang akan dilakukan pengusaha-pengusaha yaitu sebesar I0 = S0. Pada tingkat keseimbangan ini suku bunga adalah r0). Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik, keadaan keseimbangan di antara tabungan dan investasi yang seperti ini adalah keadaan yang selalu terjadi dalam perekonomian. Oleh sebab jumlah tabungan rumah tangga pada waktu perekonomian mencapai penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan jumlah seluruh investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha, maka dalam perekonomian pengeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu dapat mencapai tingkat yang sama dengan penawaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh. Penyesuaian dalam Pasar Modal Apabila keadaan yang terjadi adalah berbeda daripada keadaan keseimbangan, penyesuaianpenyesuaian akan terus menerus berlangsung dalam pasar modal sehingga tercapai keadaan keseimbangan seperti yang telah diterangkan di atas. Apabila suku bunga lebih besar dari r0, misalnya r1, jumlah tabungan yang ditawarkan oleh rumah tangga adalah lebih besar dari jumlah yang ingin diinvestasi para pengusaha. Kelebihan tabungan ini akan menurunkan suku bunga.penurunan ini akan mengurangi tabungan yang akan dilakukan oleh rumah rangga, tetapi sebaliknya akan menambah keinginan untuk melakukan investasi oleh para pengsuaha. Selama belum terdapat keseimbangan di antara penawaran tabungan dan permintaan tabungan, penurunan dalam suku bunga akan terus menerus berlangsung sehingga pada akhirnya jumlah yang ingin ditabung oleh rumah tangga adalah sama dengan jumlah yang ingin dipinjam dan diinvestasikan oleh para pengusaha. Dalam keadaan seperti ini suku bunga tidak akan mengalami perubahan lagi dan tingkat keseimbangan antara tabungan dan permintaan dana untuk investasi tercapai. Sebaliknya pula apabila suku bunga adalah lebih rendah dari r0, misalnya hanya r2, permintaan para pengusaha terhadap tabungan adalah melebihi tabungan yang tersedia. Keadaan ini akan menaikkan suku bunga, dan seterusnya kenaikan dalam suku bunga akan mengurangi keinginan untuk melakukan investasi, tetapi menambah penawaran tabungan. Kenaikan suku bunga itu pada akhirnya akan menyebabkan tingkat keseimbangan tercapai, yaitu jumlah yang akan ditabung oleh rumah tangga adalah sama dengan jumlah yang ingin diinvestasi oleh para pengusaha. Uraian yang baru dibuat ini menunjukkan bahwa apabila terdapat ketidaksamaan di antara penawaran tabungan oleh rumah tangga dan permintaan tabungan oleh para pengusaha, akan terjadi perubahan-perubahan dalam suku bunga. Berdasarkan kepada fleksibilitas tersebut ahli-ahli ekonomi Klasik yakin bahwa perubahan dalam suku bunga ini pada akhirnya akan menciptakan keadaan di mana tabungan yang tercapai pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh adalah sama dengan investasi oleh perusahaan-perusahaan. Fleksibilitas Suku Bunga dan Kegiatan Ekonomi Dalam Gambar 3.4 dimisalkan perekonomian melakukan kegiatan memproduksi sehingga mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Sebagai akibatnya aliran pendapatan ke sektor rumah tangga (YF) adalah pendapatan pada penggunaan tenaga kerja penuh. Keadaan di pasaran modal pada mulanya adalah bersifat: keinginan untuk melakukan investasi dan meminjam modal digambarkan oleh kurva I0 dan penawaran tabungan adalah SF. Maka modal akan seimbang apabil investasi = I0 sama dengan suku bunga = r0. Tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga adalah S0 = I0, dan pengeluaran rumah tangga adalah C0. Pada keseimbangan ini pengeluaran agregat adalah: C0 + I0 dan nilainya sama dengan YF (oleh karena YF = C0 + I0 sedangkan S0 = I0, maka YF = C0 + S0 = C0 + I0). GAMBAR 3.4 Akibat Kenaikan Investasi terahadap Keseimbangan Pendapatan Nasional Misalkan para pengusaha ingin melakukan lebih banyak investasi yang menyebabkan kurva investasi berubah mnejadi I1. Perubahan ini mengakibatkan keseimbangan baru di pasaran modal, yaitu investasi bertambah menjadi I1, dan menyebabkan pertambahan tabungan menjadi S1. Perubahan itu diwujudkan oleh kenaikan suku bunga menjadi r1. Pada keseimbangan ini perbelanjaan agregat adalah C1 + I1 dan perbelanjaan agregat ini sama besarnya dengan YF. Berdasarkan pandangan seperti yang diterangkan dengan menggunakan Gambar 3.4, ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat dalam perekonomian akan selalu tercapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh oleh karena pengeluaran agregat dapat mencapai tingkat penawaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh. Keadaan itu akan wujud karena kebocoran (aliran ke luar) yang berlaku dari aliran pengeluaran sektor rumah tangga—yaitu tabungan—akan diimbangi oleh suntikan (aliran masuk) yang sama besarnya ke dalam aliran pengeluaran tersebut, yaitu investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Keadaan yang diterangkan di astas berarti dalam perekonomian tidak akan terdapat kekurangan permintaan, dan ini akan mendorong para pengusaha untuk menggunakan semua faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian. Tujuannya adalah agar semua permintaan yang terdapat dalam perekonomian dapat dipenuhi. Berlandasakan kepada keyakinan ini maka menurut ahli-ahli ekonomi Klasik penggunaan tenaga kerja penuh merupakan keadaan yang selalu wujud dalam perekonomian. FLEKSIBILITAS UPAH DAN KEGIATAN EKONOMI Keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik bahwa pada umumnya perekonomian akan mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh didasarakan pula kepada satu keyakinan lain, yaitu: apabila terjadi pengangguran, mekanisme pasar akan menciptakan penyesuaianpenyesuaian di dalam pasar tenaga kerja sehingga akhirnya pengangguran dapat dihapuskan. Oleh karenanya pengangguran bukanlah suatu keadaan yang selalu terjadi dalam perekonomian. Apabila dalam perekonomian terdapat pengangguran, para penganggur akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang lebih rendah dari yang berlaku di pasar. Keadaan ini menimbulkan kekuatan-kekuatan yang akan menurunkan tingkat upah, dan penurunan dalam tingakt upah ini akan memperluas tingkat kegiatan ekonomi, di dalam analisis mereka ahli-ahli ekonomi Klasik berkeyakinan: i. Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan yang maksimum ii. Keuntungan maksimum akan dicapai pada keadaan di mana upah adalah sama dengan produksi fisik marjinal. Berdasarkan kepada kedua keyakinan di atas, ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat bahwa penentuan upah dapat diterangkan dengan menggunakan Gambar 3.5. Dalam grafik (b) ditunjukkan permintaan (D1) dan penawaran (SL dan S*L) tenaga kerja dalam perekonomian. Misalkan pada mulanya penawaran tenaga kerja adalah S L. Maka keseimbangan asal dari pemerintah dan penawaran tenaga kerja dicapai di E0. Berdasrkan kepada keseimbangan ini tingkat upah adalah W0 dan jumlah tenaga kerja yang dibunakan dalam perekonomian adalah N0. Seterusnya misalkan dalam perekonomian terjadi perubahan ke atas penawaran tenaga kerjaja. Perubahan ini digambarkan oleh perpindahan kurva penawaran SLmenjadi S*L. sebagai akibat perubahan ini, pada tingkat upah sebesar W0 jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N2, sedangkan seluruh pengusaha dalam perekonomian hanya ingin menggunakan N0 tenaga kerja. Dengan demikian terjadi pengangguran tenaga kerja sebanyak N0N2. Kelebihan tenaga kerja ini akan menyebabkan kemerosotan upah sehingga tingkat di mana penawaran tenaga kerja yang baru sama dengan permintaan tenaga kerja. Keadaan itu didapai di E1, dan dengan demikian upah adalah W1 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian adalah N1. Keadaan permintaan dan penggunaan tenaga kerja dalam satu perusahaan ditunjukkan dalam grafik (a). permintaan tenaga buruh oleh sesuatu perusahaan digambarkan oleh kurva mpp = dp. Apabila tingkat upah adalah W0 perusahaan tersebut akan menggunakan L0 tenaga kerja untuk memaksimumkan keuntungannya. Apabila upah merosot W1 perusahaan akan menggunakan L1 tenaga kerja untuk menambah dan memaksimumkan keuntungannya. GAMBAR 3.5 Upah dan Kesempatan Kerja PENENTUAN TINGKAT KEGIATAN PEREKONOMIAN Disebabkan oleh kedua-dua keyakinan yang diterangkan di atas, yaitu (i) flesibilitas suku bunga menyebabkan penawaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan pengeluaran agregat, dan (ii) flesksibilitas tingkat upah akan menyebabkan keuntungan maksimum akan dicapai semua tebanaga kerja digunakan, maka ahli-ahli ekonomi ekonomi Klasik berpendapat perekonomian akan beroperasi pada kesanggupannya yang paling maksimum yaitu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kemampuan sektor perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa sangat tergantung kepada jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian tersebut. Dengan demikian tingkat kegiatan ekonomi negara akan ditentukan oleh: i. Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian (K) ii. Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian (L) iii. Jumlah dan jenis kekayaan alam yang digunakan (R) iv. Tingkat teknologi yang digunakan (T) Dengan demikian, tingkat kegiatan ekonomi atau pendapatan nasional dapat ditentukan menggunakan persamaan: Y = f (K, L, R, T) KELEMAHAN PANDANGAN KLASIK Telah dinyatakan dalam Bab satu bahwa teori makroekonomi berkembang setelah Keynes menunjukkan kelemahan-kelemahan dari pandangan ahli-ahli ekonomi Kalsik mengenai penentuan tingkat kegiatan perekonomian negara. Sebagai alternatif Keynes mengemukakan suatu pandangan lain mengenai proses penentuan tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu negara. Dalam teori Keynes ditunjukkan bahwa tingkat kegiatan perekonomian tidak selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Menurut Keynes yang sebaliknyalah yang selalu berlaku, yaitu: perekonomian selalu menghadapai masalah pengangguran dan penggunaan tenaga penuh jarang berlaku. Kenyataan di berbagai negara menyokong pandangan Keynes tersebut. Terdapatnya perbedaan di antara keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik dengan kenyataan yang berlaku dalam perekonomian mendorong Keynes untuk menelaah kembli kbenaran-kebenaran dari teori mereka. Kenyataan bahwa suatu perekonomian dapat mengalami pengangguran dan kemorosotan perekonomian yang sangat buruk menimbulkan kerjagu-raguan terhadap kebenaran keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik yang berpendapat bahwa perekonomian selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Pada akhir tahun 1920an, pada waktu perekonomian dunia mengalami kemunduran yang sangat serius, orang telah semakin meragukan kebenaran pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik bahwa di dalam perekonomian tidak terdapat kekurangan permintaan. Keadaan yang sebaliknya wujud pada waktu itu, yaitu kemampuan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa adalah lebih besar dari permintaan masyarakat yang wujud. Dengan perkataan lain, kekurangan permintaan agregat dalam perekonomian merupakan sumber dari pengangguran dan kemunduran perekonomian yang sangat buruk tersebut. Analisis-analisis yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi Klasik tidak dapat memberikan penjelasan mengenai sebab-sebabnya pengangguran yang disebabkan oleh kekurangan permintaan agregat dapat terjadi. Keyakinan mereka bahwa di dalam perekonomian akan selalu terdapat permintaan yang cukup besar, sehingga akan selalu menjamin terwujudnya tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, menyebabkan mereka mengabaikan analisis terhadap permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian. Mereka sama sekali tidak membuat analisis tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat permintaan agregat yang dicapai dalam suatu perekonomian, dan akibat dari perubahan-perubahan dalam permintaan agregat (i) tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, dan (ii) penggunaan tenaga kerja. Ahli-ahli ekonomi Klasik lebih menumpukan perhatian kepada analisis mengenai masalah produksi, yaitu mereka terutama menerangkan tentang cara menggunakan faktorfaktor produksi yang terbatas tersebut dengan efisien. Dengan perkatan lain, teori Klasik lebih menekankan kepada analisis-anlisis di segi penawaran. KRTITIK KEYNES TERHADAP PANDANGAN KLASIK Menyadari kelemahan analisis yang dilakukan oleh ahli-ahli ekonomi Klasik merupakan dorongan penting kepada Keynes untuk melakukan suatu pendekatan baru di dalam menelaah (i) pola kegiatan ekonomi masyarakat, dan (ii) bagaimana tingkat kegiatan ekonomi dan tingkat produksi nasional yang dicapai ditentukan. Di dalam usahanya ini antara lain Keynes menunjukkan beberapa kelemahan dari pandangan akonomi Klasik yang telah diterangkan sebelum ini. Keynes tidak menyetujui pandangan yang paling pokok dalam teori Klasik, yaitu penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu tercipta dalam perekonomian. Keynes berpendapat; penggunaan tenaga kerja penuh adalah keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian. Perbedaan pendapat yang sangat bertentangan di antara Keynes dengan ahliahli ekonomi Klasik ini bersumber dari perbedaan pendapat mereka dalam dua persoalan berikut: i. Faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan, tingkat investasi dan suku bunga dalam perekonomian. ii. Sifat-sifat perkaitan di antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh para pengusaha. Uraian dalam bagian ini akan menerangkan empat isu berikut: i. Pandangan Keynes mengenai tingkat tabungan dan investasi. ii. Perbandingan pandangan Klasik dan Keynes mengenai faktor utama yang menentukan tabungan. iii. Pandangan Keynes mengenai penentu-penentu suku bunga iv. Pandangan Keynes mengenai penentuan tingkat upah. PENENTU TABUNGAN DAN INVESTASI: PANDANGAN KEYNES Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik yang menyatakan bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh suku bunga, dan perubahan-perubahan dalam suku bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Penentu Tabungan Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya suku bunga. Ia terutama tergantung kpada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh satu rumah tangga, makin besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti ke atas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga itu. Ini berarti, menurut pendapat Keynes, jumlah pendapatan yang diterima rumah tangga—dan bukan suku bunga—yang menjadi penentu utama dari jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga. Penentu Investasi Disamping itu Keynes tidak yakin bahwa jumlah invesasi yang dilakukan para pengusaha sepenuhnya ditentukan oleh suku bunga. Keynes tetap mengakui bahwa suku bunga memegang peranan yang cukup menentukan di dalam pertimbangan para pengusaha emalakukan investasi. Tetapi disamping faktor itu terdapat beberapa faktor penting lainnya, seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan perkembangannya di masa depan, dan luasnya perkembangan teknologi yang berlaku. Apabila tingkat kegiatan ekonomi pada masa kini adalah menggalakkan dan di masa depan diramalkan perekonomian akan tumbuh dengan cepat, maka walaupun suku bunga adalah tinggi, para pengusaha akan melakukan banyak investasi. Sebaliknya, walapun suku bunga rendah, investasi tidak akan banyak dilakukan apabila barang-barang modal yang terdapat dalam perekonomian digunakan pada tingkat yang jauh lebih rendah dari kemampuannya yang maksimal. Masalah Kekurangan Pengeluaran Agregat Berdasarkan kepada keyakinan Keynes bahwa suku bunga tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan tabungan dan bukan satu-satunya faktor yang menentukan investasi, maka Keynes tidak sependapat dengan ahli-ahli ekonomi Klasik yang berkeyakinan bahwa fleksibilitas suku bunga akan selalu menjamin berlakunya kesamaan di antara jumlah tabungan pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dengan jumlah investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut pendapat Keynes, pada umumnya investasi yang dilakukan oleh para pengusaha adalah lebih kecil dari jumlah tabungan yang dilakukan rumah tangga pada waktu dicapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Oleh karenanya perbelanjaan agregat dalam perekonomian adalah lebih rendah dari produksi barang-barang dan jasa-jasa pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurrangan dalam pengeluaran (perbelanjaan) agregat ini akan menimbulkan pengangguran dalam perekonomian. PERBEDAAN PANDANGAN MENGENAI PENENTU TABUNGAN Perbedaan pendapat Klasik dan Keynes mengenai penentuan tingkat tabungan dalam masyarakat dapat dengan lebih jelas dilihat dengan Gambar 3.6 Pandangan Klasik Seperti telah diterangkan, menurut ahli-ahli ekonomi Klasik, jumlah tabungan ditentukan oleh suku bunga. Oleh karena perekonomian selalu mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, jumlah tabungan yang diwujudkan adalah jumlah tabungan pada ketika perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Gambar 3.6 (a) menunjukkan: (i) apabila tingkat bunga adalah r0 jumlah tabungan adalah S0 dan (ii) apabila suku bunga adalah r1 jumlah tabungan adalah S1. Dengan demikian grafik (a) menunjukkan pandangan Klasik yang menyatakan makin tinggi suku bunga makin banyak tabungan yang akan dilakukan masyarakat. Sebelum ini analisis dengan menggunakan Gambar 3.3 telah menerangkan bahwa fleksibilitas suku bunga akan selalu menyebabkan kesamaan di antara jumlah investasi dan jumlah tabungan pada ketika tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dicapai. Pandangan Keynes Grafik (b) menerangkan pandangan Keynes mengenai penentuan tabungan masyarakat. Kurva S adalah fungsi tabungan, yaitu suatu garis yang menggambarkan hubungan di antara jumlah tabungan dan pendapatan nasional. Kurva S bermula dari nilai tabungan negative, dan S bentuknya menaik dari kiri ke kanan atas. Bentuk kurva S tersebut menggambarkan sifat tabungan masyarakat yang berikut: i. Apabila tingkat pendapatan nasional rendah, tabungan masyarakat negatif. Keadaan ini berarti masyarakat menggunakan tabungan di masa lalu untuk membiayai hidupnya. Baru setelah pendapatan nasional melebihi Y0 masyarakat menabung sebagian pendapatannya. ii. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak tabungan masyarakat. Apabila pendapatan nasional adalah Y1 tabungan adalah S1 dan apabila pendapatan nasional YF jumlah tabungan adalah SF GAMBAR 3.6 Pandangan Klasik dak Keynes Mengenai Penentu Tabungan Implikasi dari Perbedaan Pendapat Untuk menerangkan implikasi perbedaan pandangan Klasik dan Keynes mengenai penentuan suku bunga terhadap penentuan kegiatan ekonomi perhatikanlah kembali Gambar 3.6(b). misalkan perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh pada pendapatan nasional sebesar YF, maka menurut Keynes tabungan adalah SF. Ini berarti pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh jumlah tabungan adalah tetap sebanyak S F. Jumlah ini tidak mengalami perubahan walaupun terjadi kenaikkan ataupun penurunan yang besar dalam suku bunga. Keyakinan ini berbeda dengan pandangan Klasik yang berpendapat SF dapat berubah nilainya. Pada suku bunga rendah nilai SF rendah dan semakin tinggi suku bunga maka S F semakin tinggi. Menurut Keynes keadaan itu sukar dicapai. Menurut Keynes SF seringkali lebih besar dari investasi perusahaan yang sebenarnya, maka perekonomian tidak mencapai pengunaan tenaga kerja penuh, oleh karena pengeluaran agregat (C + I) adalah kurang dari pendapatan nasional (C + S). PENENTUAN TINGKAT KEGIATAN PEREKONOMIAN Keynes juga mengkritik pandangan Klasik mengenai penentuan suku bunga. Dalam teori keuangan modern yang dikembangkan oleh Keynes, suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Bank sentral dan sistem perbankan adalah institusi yang akan menentukan besarnya penawaran uang pada suatuwaktu tertentu. Sedangkan permintaan uang ditentukan oleh keinginan masyarakat untuk memegang uang. Bagaimana kedua faktor tersebut (penawaran dan permintaan uang) akan menentukan suku bunga, diterangkan dengan menggunakan Gambar 3.7. GAMBAR 3.7 Pandangan Keynes Mengenai Penentuan Suku Bunga Gambar 3.7. menunjukkan kurva penawaran uang MS0 dan MS1 dan kurva permintaan uang MD. Sumbu tegak menunjukkan suku bunga dan sumbu datar menunjukkan jumlah uang dalam perekonomian. (penawaran uang) dan permintaan uang oleh masyarakat. Kurva penawaran uang berbentuk tegak lurus karena penawaran uang tidak ditentukan oleh suku bunga. Bank sentral akan menyediakan uang sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat dan oleh sebab itu besarnya tidak tergantung kepada suku bunga. Sebaliknya suku bunga sangat mempengaruhi permintaan uang. Kalau suku bunga dan tingkat pengembalian modal rendah, masyarakat lebih suka memegang uang dari menginvestasikannya. Oleh sebab itu semakin rendah suku bunga, semakin besar jumlah uang yang diminta (dipegang atau disimpan) masyarakat. Berdasarkan sifat ini kurva permintaan (pemegangan) uang MD menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Menurut Keynes keseimbangan di antara permintaan dan penawaran uang, yaitu MD =MS, akan menentukan suku bunga. Dengan demikian, apabila pada mulanya dimisalkan penawaran uang adalah MS0 maka keseimbangan MD=MS0 akan dicapai pada titik E dan suku bunga adalah r. kenaikan penawaran uang dari MS0 menjadi MS1 akan memindahkan keseimbangan permintaan dan penawaran uang ke E1 dan menyebabkan suku bunga turun ke r1. TINGKAT UPAH DAN KEGIATAN EKONOMI Seperti telah diterangkan di dalam analisis Klasik bahwa tingkat upah dapat mengalami perubahan-perubahan dan ini merupakan faktor lain yang akan menjamin tercapainya tingkat penggunaan tenaga penuh. Keynes juga mengkritik pendapat ini dan selanjutnya menunjukkan bahwa, dari sudut kenyataan yang terdapat dalam masyarakat dan dari sudut teori, pendapat itu tidak benar. Kalau dibandingkan pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik itu dengan kenyataan yang sebenarnya wujud dalam suatu perekonomian modern, akan dapat dilihat bahwa tingkat upah tidak mudah mengalami penurunan. Sebagai akibatnya pengangguran jadi lebih sukar untuk dihapuskan. Dalam perekonomian modern terdapat persatuan-persatuan pekerja yang selalu mempertahankan dan memperjuangkan perbaikan nasib para pekerja. Usaha ini termasuklah menjaga agar pekerja diberi upah yang wajar. Persatuan pekerja akan selalu menentang setiap usaha untuk menurunkan tingkat upah yang dibayrakan kepada para pekerja. Kekuasaan ini menyebabkan tingkat upah tidak mudah untuk diturunkan. PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI: PANDANGAN KEYNES Pendapat Keynes menjadi terkenal bukan karena kritk-kritiknya ke atas pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi negara. Ia dianggap sebagai selah satu seorang ahli ekonomi yang terkemuka dalam sejarah pemikiran ekonomi karena Keynes menciptakan pula sauatu pendekatan baru dalam analisis ekonomi, yaitu ia menganalisis kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam perekonomian sebagai suatu keseluruhan, dan bukan menganalisis bagian-bagian kecil daripadanya. Dan yang lebih penting, Keynes mengemukakan suatu teori yang menggambarkan tentang bagaimana tingkat kegiatan ekonomi dalam sesuatu negara ditentukan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi tersebut. Pandangannya tersebut sangat berbeda dengan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik. Bagian ini akan menerangkan pokok pandangan Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan sesuatu perekonomian. Hal-hal yang akan diterangkan dalam bagian ini adalah: i. Peranan perbelanjaan agregat dalam menentukan kegiatan ekonomi ii. Komponen utama dari perbelanjaan agregat iii. Contoh angka dan gambaran secara grafik mengenai penentuan kegiatan sesuatu perekonomian. PERANAN PERMINTAAN AGREGAT DALAM KEGIATAN EKONOMI Analisis Keynes menunjukkan tentang pentingnya peranan dari pengeluaran ke atas jumlah barang dan jasa yang akan diproduksikan oleh sektor perusahaan di dalam menentukan tingkat kegiatan ekonom. Ini berarti analisis Keynes lebih banyak memperhatikan permintaan, yaitu menganalisis mengenai peranan dari permintaan berbagai golongan masyarakat di dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang akan dicapai oleh sesuatu perekonomian. Pada hakikatnya analisis itu berpendapat bahwa tingkat kegiatan ekonomi negara ditentukan oleh besarnya permintaan efektif, yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan untuk membayar barang dan jasa yang diminta tersebut, yang wujud dalam perekonomian. Bertambah besar permintaan efektif yang wujud dalam perekonomian bertambah besar pula tingkat produksi yang akan dicapai oleh sektor perusahaan. Keadaan ini dengan sendirinya akan menyebabkan pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi, pertambahan penggunaan tenaga kerja dan pertambahan penggunaan faktor-faktor produksi. Analisis Keynes merupakan suatu analisis jangka pendek. Ini berarti analisisnya memisalkan bahwa jumlah maupun kemampuan dari faktor-faktor produksi tidak mengalami pertambahan. Oleh sebab itu apabila kegiatan ekonomi bertambah tinggi dan lebih banyak faktor-faktor produksi digunakan, penganggukarn tenaga kerja dan faktor-faktor produksi digunakan, demikian tingkat penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian tergantung kepada sampai dimana besarnya permintaan efekif, makin kecil jurang di antara tingkat kegiatan ekonomi yang tercapai dengan tingkat kegiatan ekonomi pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Sebagai akibatnya tingkat pengangguran menjadi semakin rendah. PENENTU-PENENTU PERBELANJAAN AGREGAT Dalam bab-bab selanjutnya secara lebih mendalam akan dibahas mengenai komponenkomponen dari permintaan agregat dan faktor-faktor yang menentukan besarnya komponenkomponen dari permintaan agregat tersebut. Maka dalam uraian ini cukuplah apabila secara ringkas dibahas pandangan Keynes mengenai peranan permintaan agregat untuk menentukan tingkat kegiatan dalam suatu perekonomian. Dalam analisisnya Keynes membagikan permintaan agregat kepada dua jenis pengeluaran: pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman modal oleh para pengusaha. Dalam analisis makroekonomi yang wujud sekarang pengeluaran agregat dalam perekonomian meliputi pula pengeluaran pemerintah dan ekspor. Dengan demikian pengeluaran agregat dapat dibedakan kepada empat komponen: konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah, dan ekspor Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga dalam perekonomian tergantung kepada pendapatan yang diterima oleh mereka. Makin besar pendapatan mereka makin besar pula pengeluaran konsumsi mereka. Sifat penting lainnya dari konsumsi rumah tangga adalah: hanya sebagian saja dari pendapatan yang mereka terima yang akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Oleh Keynes perbandingan di antara pengeluaran konsumsi pada suatu tingkat pendapatan tertentu dengan pendapatan itu sendiri dinamakan kecondongan mengkonsumsi. Apabila kecondongan mengkonsumsi adalah tinggi, bagian dari pendapatan yang digunakan untuk mengkonsumsi adalah tinggi. Dengan sendirinya sebaliknya pula, apabila kecondongan mengkonsumsi adalah rendah, maka makin sedikit pendapatan masyarakat yang akan digunakan untuk mengkonsumsi. Kecondongan mengkonsumsi yang rendah, menyebabkan jurang di antara produksi nasional pada penggunaan tenaga kerja penuh dengan pengeluaran agregat yang sebenarnya menjadi bertambah lebar. Jurang yang lebih lebar ini menyulitkan sesuatu perekonomian untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Agar penggunaan tenaga kerja penuh dapat dicapai perlulah para pengusaha menaikkan jumlah investasi yang akan dilakukannya, yaitu mereka harus dapat menginvestasi sebanyak perbedaan di antara produksi nasional pada penggunaan tenaga kerja penuh dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada penggunaan tenaga kerja penuh. Gambar 3.6 (b) menunjukkan tabungan pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh adalah sebesar SF. Menurut Keynes, untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh perlulah investasi perusahaan mencapai tingkat I = S F. Keadaan seperti itu jarang terjadi dam oleh karenanya pengangguran berlaku. Investasi (Penanaman Modal) Penanaman modal oleh para pengusaha terutama ditentukan oleh dua faktor: efisiensi marijinal modal dan suku bunga. Efisiensi marijinal modal menggambarkan tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh dari kegiatan-kegiatan investi yang dilakukan dalam perekonomian. Apakah seseorang pengusaha akan menanam modal atau membatalkannya tergantung kepada sifat hubungan di antara efesiensi moda marijinal (atau tingkat pendapatan minimal dari penanaman modal yang akan dilakukan) dengan suku bunga. Sekiranya suku bunga lebih tinggi dari efesiensi marijinal dari investasi itu, maka pengusaha itu akan membatalkan rencananya untuk menanam modal. Seorang pengusaha akan menanam modal apabila hasil dari investasinya lebih tinggi dari suku bunga. Maka, dalam sesuatu perekonomian, besarnya jumlah investai yang akan dilakukan oleh para pengusaha tergantung kepada nilai penanaman modal yang tingkat pengembaliam modalnya lebih besar dari suku bunga. Keynes mempunyai pendapat yang sangat berbeda dengan ahli-ahli ekonomi Klasik mengenai faktor-faktor yang menentukan suku bunga. Pandangan Keynes mengenai penentuan suku bunga telah diterangkan dalam bagian yang membahas kritik Keynes terhadap pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik. Analisis yang lebih mendalam mengenai teori moneter Keynes ini akan diterangkan dalam Bab Sembilan Pengeluaran Pemerintah Pemerintah bukan saja berfungsi untuk mengatur kegiatan perekonomian tetapi juga dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat dalam perekonomian. Di satu pihak kegiatan pemerintah melalui pungutan pajak akan mengurangi perbelanjaan agregat. Akan tetapi pajak tersebut akan dibelanjakan lagi oleh pemerintah dan langkah tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat. Kerapkali pemerintah membelanjakan dana yang melebihi penerimaan pajak. Langkah seperti itu akan meningkatkan pembelanjaan agregat. Ekspor ke Pasaran Dunia Ahli ekonomi telah menunjukkan berbagai kebaikan dari hubungan ekonomi dengan luar negeri, terutama kegiatan mengekspor dan mengimpor. Ahli ekonomi Klasik telah lama menunjukkan bahwa ekspor dapat memperluas pasar (contoh: sumbangan ekspor karet dan minyak mentah kepada ekonomi Indonesia) dan memungkinkan Negara yang mengeskpor memperoleh dana untuk mengimpor barang lain, termasuk barang modal yang akan mengembangkan perekonomian terebut lebih lanjut. Perkembangan perdagangan dunia dalam dua tiga dekade belakangan ini menunjukkan pula bahwa perkembangan ekspor yang pesat telah dapat menciptakan percapatan dalam pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Perkembangan ekspor yang pesat tersebut menyebabkan pertambahan pesat dalam perbelanjaan agregat, yang pada akhirnya akan menimbulkan pertumbuhan pendapatan nasional (dan pertumbuhan ekonomi) yang pesat. PENENTUAN KEGIATAN PEREKONOMIAN NEGARA Untuk lebih memahami pandangan Keynes mengenai penentuan kegiatan ekonomi sesuatu negara, dalam bagian ini akan diterangkan suatu contoh hipotesis mengenai penentuan tingkat kegiatan sesuatu perekonomian. Dengan menggunakan suatu contoh angka, terlebih dahulu akan digambarkan hubungan di antara tingkat produksi sector perusahaan dengan tingkat pengeluaran agregat yang akan dilakukan pada setiap tingkat produksi. Melalui hubungan ini dapatlah ditunjukkan dan ditentukan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai dan pendapatan nasional yang diwujudkan. Berdasarkan contoh ini secara grafik akan diterangkan bagaimana tingkat kkegiatan perekonomian negara ditentukan. Contoh Angka Dalam Tabel 3.1 ditunjukkan (i) keinginan sektor perusahaan dalam memproduksikan barang dan jasa, dan (ii) jumlah pengeluaran agregat—yang meliputi konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor—yang akan dilakukan dalam perekonomian. Kolom pertama menggambarkan beberapa alternatif dari tingkat produksi yang ingin didapai sektor perusahaan. Pada waktu yang sama data tersebut menunjukkan pendapatan nasional yang akan dicapai. Tingkat produksi yang sebenarnya akan dicapai (dan pendapatan nasional yang akan diwujudkan) tergantung kepada pengeluaran agregat yang dilakukan dalam perekonomian. Nilai pengeluaran agregat yang akan tercapai pada berbagai tingkat produksi nasional ditunjukkan dalam kolom kedua. Data tersebut menunjukkan keseluruhan TABEL 3.1 Pengeluaran Agregat dan Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara Pendapatan nasional Pengeluaran agregat (triliun rupiah) 100 127 200 250 300 325 400 400 500 475 600 550 Kegiatan ekonomi EKSPANSI SEIMBANG KONTRAKSI pengeluaran yang akan dilakukan dalam perekonomian. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional, makin banyak pengeluaran agregat yang akan dilakukan. Hal ini terutama disebabkan oleh sifat konsumsi rumah tangga, yaitu semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak konsumsi rumah tangga. Sebagai akibatnya, semakin tinggi pendapatan nasional semaik meningkat jumlah pengeluaran agregat. Untuk memahami proses penentuan tingkat kegiatan perekonomian bandingkan data pada kolom pertama dan kedua. Terlebih dahulu perhatikan keadaan yang berlaku apabila pendapatan nasional adalah 300 triliun rupiah atau kurang. Angka dalam tabel 3.1 menunjukkan pengeluaran agregat melebihi pendapatan nasional. Berarti yang diproduksi sektor perusahaan tidak mencukupi, lebih banyak barang dan jasa harus diproduksikan untuk memenuhi kelebihan pengeluaran agregat. Maka kegiatan ekonomi negara akan mengalami ekspansi. Keadaan yang sebaliknya akan berlaku apabila pendapatan nasional melebihi 400 triliun rupiah. Apabila pendapatan nasional adalah 500 triliun atau 600 riliun rupiah, pengeluaran agregat adalah lebih rendah dan pendapatan nasional. Keadaan ini berarti sebagian barang yang diproduksi sektor perusahaan tidak dapat dijual. Perusahaanperusahaan akan mengurangi kegiatannya dan kontraksi dalam kegiatan ekonomi akan berlaku. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keseimbangan dalam kegiatan perekonomian negara akan tercapai apabila: pendapatan nasional adalah sama dengan pengeluaran agregat. Keseimbangan tersebut dicapai pada pendapatan nasional sebesar 400 triliun rupiah. Pada tingkat pendapatan nasional ini keinginan perekonomian untuk membeli barang adalah sama dengan keinginan perusahaan untuk memprosuksikan barang. Gambaran Secara Grafik Berdasarakan kepada angka-angka dalam Tabel 3.1, dalam Gambar 3.8 ditunjukkan pengeluaran agregat pada berbagai tingkat pendapatan nasional. Pengeluaran agregat tersebut digambarkan oleh kurva AE. Di sebelah kiri titik E kurva AE berada di atas garis Y = AE GAMBAR 3.8 Keseimbangan Kegaiatan Perekonomian Keadaan tersebut menggambarkan bahwa pengeluaran agregat melebihi pendapatan nasional. Sebagai contoh apabila pendapatan nasional 200 triliun rupiah akan terdapat kelebihan pengeluaran agregat sebanyak AB atau Rp 50 triliun (lihat Tabel 3.1). Pengeluaran agregat yang melebihi pendapatan nasional akan menimbulkan ekspansi dalam kegiatan keseluruhan perekonomian. Ekspansi akan menaikkan pendapatan nasional dan kesempatan kerja. Di sebelah kanan titik E kurva AE berada di bawah garis Y = AE; berarti pengeluaran agregat kurang dari pendapatan nasional. Sebagai contoh, pada pendapatan nasional sebanyak 600 triliun rupiah, kekurangan pengeluaran agregat adalah sebanyak CD atau Rp 50 triliun (lihat tabel 3.1). Keadaan ini berarti stok barang dalam perusahaan terlalu tinggi dan sebagai akibatnya kontraksi dalam kegiatan eonomi akan berlaku. Pendapatan nasional menurun dan pengangguran bertambah. Perekonomian negara mencapai keseimbangan apabila pengeluaran agregat sama dengan pendapatan nasional dan keadaan ini didapai di titik E, yaitu pada pendapatan nasional sebanyak 400 triliun rupiah. Keseimbangan ini menentukan tingkat pendapatan nasional yang akan dihasilkan sektor perusahaandan tingkat kesempatan kerja yang akan dicapai. PENDEKATAN TERKINI DALAM PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI Semenjak diterbitkannya buku Keynes (The General Theory) pada tahun 1936, berlaku dua perubahan penting yang sangat mempengaruhi perkembangan analisis makroekonomi. Perubahan yang pertama berlaku dalam ciri kegiatan ekonomi di negara-negara maju. Sedangkan perubahan kedua berlaku dalam analisis ekonomi yang berkembang semenjak zamannya Keynes. Analisis yang berhubungan dengan kegiatan keseluruhan ekonomi selalu dikaitkan dengan kenyataan dan perkembangan yang wujud dalam masyarakat. Perubahan ciri kegiatan ekonomi di negara maju semenjak akhir Perang Dunia Kedua sangat mempengaruhi perkembangan analisis makroekonomi semenjak periode tersebut. Untuk memahami bagaimana keadaan-keadaan perekonomian di negara maju mempengaruhi perkembangan analisis maksroekonomi, uraian dalam bagaian ini akan membahas empat hal berikut: i. Perkembangan ekonomi negara maju semenjak akhir Perang Dunia Kedua ii. Perkembangan analisis makroekonomi iii. Pendekatan baru dalam menunjukkan penentuan kegiatan perekonomian iv. Analisis makroekonomi dalam jangka panjang PERKEMBANGAN EKONOMI DI NEGARA MAJU Dalam bagian pertama abad yang lalu di negara-negara—terutama negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat, berlaku kekacauan sosial, politik dan ekonomi yang sangat mempengaruhi taraf kemakmuran masyarakatnya. Perang Dunia Pertama, pengambilalihan pemerintahan di Rusia oleh kaum Komunis dan dampak The Great Depression yang bermula di Amerika Serikat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang teguh tidak dapat diwujudkan dan tingkat pengangguran yang dihadapi sangat serius. Keadaan ini merupakan salah satu faktor yang mendorong Keynes mengembangkan terorinya yang mencoba menerangkan sebab-sebabnya pengangguran yang serius dapat berlaku berkepanjangan dalam setiap perekonomian. Sejarah perekonomian ekonomi Amerika Serikat menunjukkan bahwa pengangguran yang tinggi yang dialami semenjak zaman depresi pada akhir tahun 1920-an baru dapat teratasi pada permulaan Perang Dunia Kedua yaitu 10 tahun sesudah depresi itu bermula. Masa-masa sesudah Perang Dunia Kedua merupakan lembaran baru dalam perkembangan ekonomi di Negara maju. Pada akhir masa tersebut, walaupun Inggris dan Amerika Serikat telah dapat menghancurkan Jerman dan Jepang, tetapi perekonomiannya belumlah pada tingkat kemakmurang yang diharapkan. Sedangkan negara-negara yang secara langsung terjerumus dalam peperangan—Jepang dan negara-negara Eropa, mengalami kehancuran dari segi fasilitas fisik kegiatan memproduksi. Pengangguran menjadi sangat serius dan tingkat kemakmuran merosot. Akan tetapi, dilatarbelakangi oleh kehancuran ekonomi tersebut, pertumbuhan ekonomi yang berlaku di negara-negara maju sesudah akhir Perang Dunia Kedua adalah jauh lebih pesat dari periode sebelum itu. Pertumbuhan ekonomi yang menjadi semakin pesat di Inggris dan Amerika Serikat sebagai akibat keperluan memproduksi alat-alat perang pada waktu Perang Dunia Kedua dapat terus dipertahankan sesudah masa Perang. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang bersumber dari kegiatan menghasilkan barang untuk konsumen, dapat berlangsung secara berkepanjangan dan mampu mengatasi masalah pengangguran. Pertumbuhan konomi yang dicapai oleh Negara-negara Eropa dan Jepang semenjak akhir Perang tersebut lebih impresif lagi dalam periode dua dekade—yaitu sehingga ke tahun 1960-an Negara-negara Eropa dan Jepang mengalami pertumbuhan yang sangat impresif dan menyebabkan bukan saja kegiatan ekonomi yang mengalami kehancuran dapat dipulihkan, tetapi juga kegiatan-kegiatan baru dapat dikembangkan sehingga mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat, melipatgandakan tingkat kemakmuran masyarakat dan mengatasi masalah pengangguran. Mencapai tingkat kesempatan kerja penuh merupakan keadaan yang lebih sering diwujudkan dibandingkan keadaan di masa sebelum Perang. Semenjak permulaan tahun 1960-an masalah utama yang dihadapi perekonomian negara-negara maju sudah sangat berubah coraknya, yaitu: dari berbentuk mengatasi masalah pengangguran yang serius kepada: (i) mempertahankan tingkat kesempatan kerja penuh dan menghindari masalah inflasi, dan (ii) menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dalam jangka penjang. Persoalan yang dinyatakan dalam (i) dan (ii) tidak banyak diperhatikan dalam analisis Keynesian. PERKEMBANGAN ANALISIS MAKROEKONOMI Bersamaan dengan perkembangan ekonomi yang sangat berbeda di masa sesudah Perang Dunia Kedua dengan keadaan ekonomi sebelumnya, segolongan ahli-ahli ekonomi mulai memperhatikan kembali isu-isu yang menjadi sumber perbedaan pandangan di antara golongan Klasik dan Keynesian. Pemikiran-pemikiran baru dalam isu-isu yang diperdebatkan oleh golongan Klasik dan Keynesian mulai ditanggapi oleh ahli-ahli sesudahnya. Dalam garis besarnya perkembangan analisis makroekonomi yang dikemukakan sesudah masa golongan Keynesian dapat dibedakan kepada empat pemikiran: Monetaris, Klasik Baru (atau golongan Ekspektasi Rasional), Segi Penawaran, dan Keynesian Baru. Golongan Monetaris Golongan ini dipelopori oleh Milton Friedman, yang lama mengembangkan karirnya di Universitas Chicago. Pada dasarnya Friedman mengkritik pandangan Keynes dalam hal-hal berikut: i. Friedman yakin sistem pasar bebas cukup efesien dalam mengatur kegiatan ekonomi dan mampu menyebabkan perekonomian selalu beroperasi pada kesempatan kerja penuh. Oleh karena itu Friedman tidak menyokong campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam kegiatan ekonomi ii. Friedman menunjukkan peranan penawaran uang dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi. Perubahan-perubahan penawaran uang sangat penting artinya dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi dan tingkat harga. Friedman mengkritik pendangan Keynes yang sangat menekankan kepada peranan pengeluaran agregat dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. iii. Mengenai bentuk pemerintah—apabila diperlukan, Friedman lebih menyukai kebijakan pemerintah yang berbentuk kebijakan moneter. Menurut Friedman kebijakan fiskal—yang ditekankan golongan Keynesian, tidak terlalu besar efeknya dalam mempengaruhi kegiatan perekonomian. Golongan Ekspektasi Rasional (Klasik Baru) Pandangan golongan Ekspektasi Raional didasarkan kepada dua pemisalan penting. Yang pertama, teori ini menganggap bahwa semua pelaku kegiatan ekonomi bertindak secara rasional, mengetahui seluk beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang lengkap mengenai peristiwa-peristiwa dalam perekonomian. Mereka juga dapat meramalkan keadaankeadaan yang akan berlaku di masa depan, selanjutnya dengan pemikiran yang rasional mereka dapat menentukan reaksi terbaik terhadap perubahan yang diramalkan akan berlaku. Akibat dari pemisalan ini teori ekspektasi rational mengembangkan analisisnya berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam teori makroekonomi yang juga bertitik tolak dari anggapan bahwa pembeli, produsen dan pemilik faktor produksi bertindak secara rasional dalam menjalankan kegiatannya. Pemisalaannya yang kedua adalah: sesuai dengan pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik (dan merupakan salah satu alasan yang menyebabkan teori ini dinamakan New Classical Economics), teori ekspektasi rasional berpandapat bahwa semua jenis pasar beroperasi secara efisein dan dapat dengan cepat membuat penyeseuaian-penyesuaian ka atas perubahan yang berlaku. Dengan demikian menurut pendapat eskpektasi rasional tingkat harga dan tingkat upah dapat dengan mudah mengalami perubahan. Kekurangan penawaran barang akan menaikkan harga, dan kelebihan penawaran mengakibatkan harga turun. Buruh yang berlebihan akan menurunkan upah, sebaliknya kekurangan buruh akan menaikkan upah mereka. Semua pasar bersifat persaingan sempurna, dan informasi yang lengkap akan diketahui oleh semua pelaku kegiatan ekonomi di berbagai pasar. Sebagai akibat dari keyakinan yang kedua ini dalam teori ekspektasi rasional diyakini bahwa perekonomian selalu beroperasi pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan kebijakan diskresioner pemerintah (kebijakan fiskal mamupun moneter) tidak akan dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Oleh sebab itu teori ekspektasi rasional berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu mengambil sesuatu apapun tindakan apabila sekali-sekali berlaku masalah pengangguran. Masalah seperti itu timbul sebagai akibat kesalahan ekspektasi pelaku kegiatan ekonomi mengenai kegiatan ekonomi yang akan terjadi di masa depan. Walau bagaimanapun sistem mekasnisme pasar akan membuat penyesuaian dan dengan sendirinya mengembalikan kegiatan ekonomike tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Golongan Klasik Baru berkeyakinan pelaku kegiatan ekonomi jarang melakukan kesalah dalam ekspektasinya mengenai keadaan masa depan. Oleh sebab itu pada umumnya perekonomian akan selalu beroperasi pada tingkat penggunaan tenaga penuh. Pengangguran yang ada merupakan pengangguran yang bersifat sukarela. Ekonomi Segi Penawaran Walaupun berkembang pada waktu yang bersamaan dengan teori ekspaktasi rasional, Ekonomi Segi-Penawaran (Supply-Side Economics) dikembangkan oleh ahli ekonomi ayng berbeda. Pandangan yang mengembangkan pemikiran mengenai Segi Penawaran datangnya bukan dari kalangan akademisi tetapi oleh penasihat-penasihat ekonomi dalam pemerintahan Ronald Reagen (yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 1980). Munculnya pemikiran ekonomi Segi Penawaran didorong oleh dua perkembangan penting yang berlaku dalam tahun 1970an dan permulaan tahun 1980an. Faktor yang pertama adalah berlakunya stagflasi di dalam tahun 1970an di berbagai perkonomian negara industri. Dalam keadaan yang seperti itu kebijakan fiskal dan moneter yagn tradisional dianggap tidak akan mampu untuk mengatasi masalahnya. Faktor yang kedua adalah terpilihnya Ronald Reagen sebagai Presiden Amerika Serikat. Ia adalah kandidat dari partai Republikan, yang terkenal konservatif dan tidak menyukai campur tangan pemerintah yang berlebih-lebihan dalam perekonomian. Kedua-dua faktor ini menyebabkan penasehat dan perumus kebijakan ekonomi dalam pemerintahan Reagen menumpukan perhatian yang lebih banyak kepada mempengaruhi segi penawaran dalam merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi mereka. Dalam kebijakan fiskal dan moneter yang selalu dijalankan ahli-ahli golongan Keynesian, pengangguran dicoba diatasi dengan menjalankan kebijakan moneter dan fiskal yang bersifak ekspansif. Dalam keadaan stagflasi, kebijakan seperti itu untuk menambah penggunaan tenaga kerja akan diikuti oleh inflasi yang semakin cepat jalannya. Untuk menghindari berlakunya inflasi tersebut ahliahli ekonomi Segi Penawaran mengusulkan beberapa kebijakan yang pada hakikatnya akan mempengaruhi efesiensi berbagai perusahaan. Tindakan seperti itu, menurut pendapat mereka, akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja dan pendapatan nasional dan pada waktu yang sama mengatasi inflasi. Pada dasarnya kebijakan-kebijakan ekonomi Segi Penawaran bertujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan perusahaan sehingga kegiatan ekonomi dapat ditingkatkan, pendapatan nasional riil dan ksempatan kerja bertambah dan tingkat harga dapat distabilkan. Untuk mencapai tujuan ini, kebijakan sekonomi Segi Penawaran berusahan mewujudkan keadaan berikut: i. Para pekerja akan bekerja lebih giat dan lebih efisien. ii. Efisiensi kegiatan usaha dapat ditingkatkan dan biaya produksi dikurangi iii. Mengembangkan peranan pihak swasta dan mendorong lebih banyak persaingan. Tujuan-tujuan di atasi dicapai dengan cara (i) mengurangi pengeluaran pemerintah; (ii) menurunkan tingkat pajak yang dipungut terutama pajak dari golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi; (iii) penswastaan perusahaan-perusahaan pemerintah yang tidak penting peranannya kepada masyarakat; dan (iv) mendorong persaingan yang lebih sempurna di pasaran barang dan pasaran faktor. Golongan Keynesian Baru Segolongan ahli ekonomi masih belum dapat menerima pandangan-pandangan yang mengkritik pemikiran Keynesian dan masih yakin akan kesesuaian Keynes yang utama. Pemikir ekonomi yang masih tetap memberi: sokongan kepada pandangan Keynesian digolongan kepada mazhab Keynesian Baru. Pada dasarnya mereka belum dapat menerima kritik golongan Ekspektasi Rasional yang berkeyakinan sistem pasaran adalah sempurna dan dapat dengan sendirinya membuat penyesuaian sehingga perekonomian cenderung akan mencapai kesempatan kerja penuh. Mereka menunjukkan kelemahan mekanisme dalam pasaran barang dan pasaran faktor yang mengakibatkan penyimpangan yang berkepanjangan dari kesempatan kerja penuh mungkin berlaku. Mereka menunjukkan berlakunya kekakuan yang akan mempengaruhi efisiensi pasaran barang. Hal ini menyebabkan perubahan harga tidak terlalu fleksibel sehingga timbul kemungkinan berlakunya keadaan di mana terdapat kelebihan permintaan barang atau penawaran barang. Di pasaran tenaga kerja masalah kekakuan keadaan di pasar—yaitu upah tidak mudah berubah untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran tenaga kerja, keadaannya lebih serius. Pertama-tama mereka melihat bahwa pasaran tenaga kerja bukanlah pasaran persaingan sempurna. Lebih khusus lagi mereka berpendapat: apabila berlaku pengangguran yang serius dalam perekonomian, tingkat upah tidak akan dengan mudah mengalami penurunan untuk menyeimbangkan permintaan buruh dengan penawarannya. Dengan demikian mekanisme pasar di pasaran tenaga kerja tidak sempuran, dan tidak dapat menjamin tercapainya kesempatan kerja penuh. Berdasarkan keyakinan mengenai ketidaksempurnaan pasar barang dan pasar faktor, mereka tetap berkeyakinan kebijakan pemerintah masih cukup diperlukan untuk menstabilkan kegiatan ekonomi dan mengusahakan agar perekonomian tetap mencapai kesempatan kerja penuh. . TINGKAT HARGA DAN KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL Pemikiran-pemikiran baru dalam analisis ekonomi secara makro seperti yang diterangkan dalam bagian sebelum ini telah menimbulkan perubahan penting dalam analisis penentuan keseimbangan pendapatan nasional. Analisis keseimbangan Keynesian yang menunjukkan peranan pengeluaran agregat dalam menentukan tingkat pendapatan nasional mempunyai dua kelemahan penting berikut: i. Analisis tersebut tidak memperhatikan efek perubahan tingkat harga terhadap keseimbangan pendapatan nasional. ii. Dalam menentukan keseimbangan, analisis Keynesian tidak memperhatikan penawaran agregat—yaitu sikap para pengusaha dalam perekonomian dalam menghasilkan barang dan menjualnya ke pasar. Perkembangan analisis makroekonomi sesudah zamannya Keynes, di samping mengkritik pandangan Keynes, telah mengembangkan pula analisis keseimbangan pendapatan nasional yang memperbaiki kedua kelemahan tersebut. Dalam analisis itu digunakan kurva permintaan agregat (agregate demand) atau kurva AD, dan kurva penawaran agregat (aggregate supply) atau kurva AS. Ciri Kurva AD Kurva AD menerangkan hubungan di antara tingkat harga umum dalam perekonomian dan perbelanjaan yanga akan dilakukan dalam perekonomian. Nilai perbelanjaan tersebut ditentukan oleh dua faktor berikut: i. Nilai pengeluaran agregat (AE). Seperti telah diterangkan pengeluaran agregat ditentukan oleh empat komponen perbelanjaan:konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi, dan ekspor neto. Pengeluaran tersebut sangat erat kaitannya dengan pendapatan nasional, yaitu semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi pula pengeluaran agregat, seterusnya kurva permintaan agregat (AD) menerangkan bagaimana pengeluaran agregat tersebut dipengaruhi oleh perubahan harga. ii. Permintaan dan penawaran uang. Permintaan dan penawaran uang akan menentukan suku bunga. Seterusnya suku bunga akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Sedangkan, investasi merupakan satu komponen dari pengeluaran agregat. Dengan demikian perubahan permintaan dan penawaran uang akan mempengaruhi pengeluaran agregat melalui rangkaian peristiwa berikut: perubahan MD dan MSmenimbulkan perubahan suku bungamenimbulkan perubahan investasimenimbulkan perubahan pengeluaran agregat Kurva AD akan berbentuk seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.9. bagaimanakah faktor yang dinyatakan dalam (i) dan (ii) di atas akan menentukan ciri kurva AD? Kurva AD yang berbentuk menurun dari kiri atas ke kanan bawah disebabkan oleh sifat hubungan di antara tingkat harga dengan keinginan masyarakat untuk melakukan perbelanjaan yang berikut: Apabila tingkat harga meningkat (misalnya dari P0 menjadi P1) pendapatan nasional riil yang diminta menurun (Y0 ke Y1). Sifat tersebut disebabkan oleh faktor berikut: i. Apabila tingkat harga meningkat pendapatan riil masyarakat akan mengalami kemerosotan. Sebagai akibatnya kemampuan masyarakat untuk membeli barang berkurang. Perubahan ini mengurangi permintaan agregat. ii. Apabila harga naik (berate inflasi berlaku), duku bunga cenderung akan mengalami kenaikan. Di samping itu permintaan agregat akan berkurang sebagai akibat kenaikan harga. Kedua faktor ini meneyebabkan investasi akan merosot. Seterusnya kemorosotan ini akan menyebabkan permintaan agregat menjadi semakin besar pengurangannya jika dibandingkan dengan pengurangan yang dinyatakan dalam (i) GAMBAR 3.9 Kurva permintaan agregat AD iii. Apabila harga naik, ekspor akan berkurang (oleh karena harga barang ekspor menjadi lebih mahal) dan impor akan meningkat (oleh karena harga impor menjadi lebih murah). Perubahan ini akan mengurangi perbelanjaan ke atas produksi nasional Ciri Kurva AS Gambar 3.10 menunjukkan bentuk kurva AS, yang menanjak ke atas dari kiri ke kanan. Pada permulaannya, yaitu pada ketika pendapatan nasional rendah dan pengangguran tinggi (digambarkan oleh bagian AB dari kurva tersebut), tingkat harga relatif stabil, yaitu berubah dari P0 ke P1 saja. Setelah mendekati tingkat kesempatan kerja penuh (lihat bagian BC) tingkat harga akan mengalami kenaikan yang lebih pesat. Perubahan harga menjadi semakin pesat apabila tingkat kesempatan kerja penuh telah dicapai dan kegiatan ekonomi masih berkembang dan meningkat lebih lanjut (lihat bagian CD). Kurva penawaran agregat AS perlu dibedakan kepada dua bentuk: kurva SRAS (atau AS saja) dan kurva LRAS (atau kurva pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh). Yang dimaksudkan dengan kurva SRAS—atau shor-run aggregate supply adalah kurva penawaran barang dalam perekonomian apabila tingkat harga saja yang berubah , sedangkan harga faktor-faktor produksi—termasuk upah tenaga kerja, tidak mengalami perubahan. Dalam jangka pendek penawaran agregat dapat melebihi pendapatan Negara riil pada kesempatan kerja penuh (YF). Keadaan ini digambarkan oleh bagian BC dari kurva SRAS. Kurva LRAS adalah kurva penawaran agregat dalam jangka panjang, yaitu pada periode di mana harga barang maupun harga faktor-faktor produksi mengalami perubahan. Kurva LRAS tegak lurus pada pendapatan nasional yang akan diwujudkan pada tingkat kesempatan kerja penuh. Keadaan kurva LRAS yang sedemikian menggambarkan keyakinan GAMBAR 3.10 Kurva penawaran agregat AD berikut: dalam periode di mana harga barang dan harga faktor produksi telah sepenuhnya mengalami perubahan, kegiatan ekonomi cenderung akan mencapai kesempatan kerja penuh. Tingkat Harga dan Keseimbangan Pendapatan Nasional Dalam analisis penentuan keseimbangan pendapatan Negara di mana tingkat harga dapat mengalami perubahan, secara serentak akan ditunjukkan: (i) tingkat pendapatan nasional riil yang akan diwujudkan dalam perekonomian, dan (ii) tingkat harga umum yang berlaku. Perhatikan Gambar 3.11. Apabila harga faktor-faktor produksi tidak mengalami perubahan, penawaran agregat dalam perekonomian ditunjukkan oleh kurva SRAS. Dalam jangka pendek tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai tergantung kepada permintaan agregat (AD) yang terwujud dalam perekonomian. Seperti telah diterangkan, dua faktor akan menentukan kedudukan kurva AD: (i) magnitud dari komponen pengeluaran agregat (AE), dan (ii) permintaan dan penawaran uang (MD dan MS)). Misalkan kedua faktor ini akan menyebabkan permintaan agregat dalam perekonomian adalah AD0. Dalam keadaan permintaan agregat yang seperti ini, keseimbangan pendapatan nasional akan tercapai pada E0—yang menggambarkan pendapatan nasional riil yang diwujudkan adalah Y0 dan tingkat harga yang berlaku adalah P0. Perubahan-perubahan permintaan agregat—yang disebabkan oleh perubahan komponen AE dan perubahan permintaan dan penawaran uang, akan menggeser kurva AD. Apabila pergeseran itu adalah dari AD0 menjadi AD1, keseimbangan baru akan dicapai di E1. Berarti perekonomian mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, pendapatan nasional rill mencapai YF dan tingkat harga meningkat menjadi P1. Sekiranya permintaan agregat berkembang lebih lanjut (misalnya karena ekspor, sangat meningkat), keseimbangan baru GAMBAR 3.11 Analisis AD-AS dan Penentuan Tingkat Keseimbangan Pendapatan Nasional Akan dicapai di E2—yang menggambarkan tingkat harga mengalami enaikan lebih lanjut (dari P1 ke P2) dan pendapatan nasional riil mencapai Y1. Uraian di atas menunjukkan dalam jangka pendek—yaitu dalam periode di mana tingkat harga saja yang dapat berubah, tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh besarnya permintaan agregat. Semakin besar permintaan agregat, semakin tinggi pendapatan nasional riil yang diwujudkan dan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai. PERTUMBUHAN EKONOMI Perhatikan ahli-ahli ekonomi dalam persoalan pertumbuhan ekonomi telah lama berkembang. Akan tetapi sampai di mana persoalan tersebut diperhatikan berubah dari waktu ke waktu. Sebelum masa Adam Smith, berarti sebelum zamannya mazhab Klasik, isu mengenai bagaimana mewujudkan pertumbuhan ekonomi telah mulai dibincangkan. Buku Adam Smith, the Wealth of Nation, banyak menguraikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi Keynes, Schumpeter—seorang ahli ekonomi dari Austria sangat terkenal kadena bukunya yang berjudul: The Theory of Economic Development. Sesudah penerbitan buku Keynes, teori Harrod-Domar mengenai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh melengkapi analisis Keynes. Perhatian yang lebih besar mengenai pertumbuhan ekonomi mulai berlaku semenjak tahun 1950-an. Teori-teori yang berkembang merupakan lanjutan dan pendalaman terhadap pandangan Klasik mengenai pertumbuhan ekonomi. Dalam uraian mengenai teori Klasik telah ditunjukkan bahwa menurut pendapat mereka tingkat kegiatan ekonomi (yang selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh) dan pendapatan nasional ditentukan oleh faktor-faktor produksi yang tersedia. Dalam persamaan Y = f (K, L, R, T) Seperti telah diterangkan K adalah jumlah barang modal, L adalah jumlah tenaga kerja, Rp adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi . Dalam tahun 1950-an beberapa studi emperikal, yang dipelopori oleh Solow, telah menunjukkan peranan relatif berbagai faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Studi itu menyimpulkan perkembangang teknologi dan perkembangan keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja sangat penting peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Pandangan ini dapat diterangkan dengan menggunakan Gambar 3.12. Dalam grafik (a) kurva Y0 = f(N) dan Y1 = f(N) adalah kurva fungsi produksi yang memisalkan hanya jumlah tenaga kerja yang mengalami perubahan, sedangkan faktor produksi lain dianggap tetap. Perubahan Y0 = f(N) menjadi Y1 = f(N) menggambarkan efek perkembangan teknologi dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja ke atas fungsi produksi. Kedua fungsi produksi merupakan garis yang semakin landau karena dimisalkan hubungan di antara tingkat produksi (atau pendapatan nasional) dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Pada mulanya dimisalkan fungsi produksi adalah Y0 = f(N) dan jumlah tenaga kerja dalam perekonomian nasional riil mencapai Y0. Oleh karena semua tenaga kerja digunakan, pendapatan nasional riil ini dicapai pada kesamptan kerja penuh, dan keseimbangan perekonomian ditunjukkan pada titik E0—yaitu pada keadaan dimana (i) AD0 berpotongan GAMBAR 3.12 Perkembangan Teknologi dan Pertumbuhan Ekonomi dengan SRAS0 dan (ii) pendapatan nasional riil adalah Y0. Keseimbangan ini ditunjukkan dalam grafik (b) Sebagai akibat dari perkembangan teknologi, fungsi produksi akan berubah menjadi Y1 = f(N). Dengan demikian apabila tenaga kerja tetap sebanyak N0 maka pendapatan nasional riil akam mencapai Y1. Apabila tingkat kesempatan kerja penuh tetap tercapai, keseimbangan dalam perekonomian akan berubah dari E0 menjadi E1 dan pendapatan nasional riil berubah menjadi Y0 ke Y1. Gambaran ini menunjukkan, walaupun jumlah tenaga kerja tetap sebesar N0 tetapi kemajuan teknologi telah meningkatkan pendapatan nasional menjadi Y1. Perubahan ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan kemakmuran masyarakat telah berlaku. Biasanya perkembangan teknologi dan perkembangan keterampilan dan pengetahuan masyarakat akan memakan waktu. Pada waktu yang sama tenaga kerja akan bertambah, misalnya dari N0 menjadi N1. Penggunaan tenaga kerja N1 akan menambah produksi nasional riil menjadi Y2. Apabila perekonomian masih tetap mencapai kesempatan kerja penuh, keseimbangan dalam perekonomian akan berubah dari E0 (keseimbangan yang asal) menjadi E2 (keseimbangan yang berlaku sebagai akibat perkembangan teknologi, perkembangan kemampuan tenaga kerja dan pertambahan jumlah tenaga kerja). Dalam keadaan seperti ini pertumbuhan ekonomi digambarkan oleh kenaikan pendapatan nasional riil dari Y0 menjadi Y1. Pertambahan pendapatan nasional yang relatif besar tersebut (dari Y0 menjadi Y1 atau Y2) tanpa diikuti oleh kenaikan jumlah penduduk yang pesat, akan menambah pendapatan per kapita dan taraf kemakmuran masyarakat RINGKASAN DAN KONSEP PENTING RINGKASAN 1. Bab ini terlebih dahulu akan menerangkan perbedaan pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik—ahli-ahli ekonomi yang menulis pada masa Adam Smith (1776) sehingga kepada masa Keynes (1936), dengan Keynes. Aspek-aspek yang dibandingkan adalah: (i) faktor yang menentukan suku bunga, (ii) faktor yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi negara, dan (iii) pandangan Klasik mengenai operasi pasaran buruh dalam sistem pasaran bebas dan kritik Keynes ke atas pandangan ini. 2. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik suku bunga ditentukan oleh keinginan masyarakat untuk melakukan penabungan dan keinginan para pengusaha untuk meminjam dana modal untuk melakukan investasi. Fleksibilitas suku bunga akan mewujudkan keadaan di mana jumlah tabungan ang diwujudkan dalam perekonomian pada ketika kesempatan kerja penuh dicapai adalah sama dengan investasi yang adkan dilakukan para pengusaha. 3. Kemungkinan bahwa pada kesempatan kerja penuh akan berlaku keadaan tabungan masyarakat akan sama dengan investasi para pengusaha meyebabkan ahli-ahli ekonomi Klasik berkeyakinan supply creates own demand, yang berarti dalam perekonomian tidak berlaku masalah kekurangan permintaan agregat. Walaupun terdapat kemungkinan kekurangan permintaan agregat dan pengangguran, keadaan ini hanya besifat sementara. Mekanisme pasaran akan mengembalikan tingkat kegiatan ekonomi pada kesempatan kerja penuh karena wujudnya flesksibilitas suku bunga, tingkat upah, dan tingkat harga. 4. Teori Klasik juga menerangkan bahwa fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan kesempatan kerja penuh. Apabila pada satu tingkat upah nominal terentu terjadi pengangguran, akan berlaku penyesuaian dalam pasaran tenaga kerja. Tingkat upah akan turun dan permintaan tenaga kerja bertambah. Pada akhirnya, pada tingkat upah yang lebih rendah, permintaan dan penawaran tenaga kerja akan seimbang kembali dan kesempatan kerja penuh tercapai kembali 5. Berdasarkan kepada keyakinan bahwa kesempatan kerja penuh akan selalu tercapai, ahliahli ekonomi Klasik seterusnya berkeyakinan bahwa tingkat output negara (pendapatan nasional) ditentukan oleh kemampuan faktor-faktor produksi dalam suatu negara menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa, semakin besar pula pendapatan nasional yang diciptakan. Kemampuan suatu negara dalam menghasilkan pendapatan nasional dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut: Y = f (K, L, R, T) Dimana: K adalah jumlah barang modal yang tersedia L adalah jumlah dan kualitas tenaga kerja R adalah kekayaan alam dan sumber alam lain yang digunakan T adalah tingkat teknologi 6. Pandangan Klasik dikritik oleh Keynes. Dalam mengkritik pandangan Klasik, Keynes mengemukakan pandangan lain mengenai aspek yang dikritiknya.Kritik Keynes dan pandangannya yang berhubungan dengan kritik tersebut adalah: i. Keynes berpendapat tabungan bukan ditentukan oleh suku bunga tetapi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Makin tinggi pendapatan, makin tinggi pula tabungan. ii. Keynes berpendapat suku bunga bukan ditentukan oleh penawaran dana untuk tabungan dan permintaan dana untuk investasi. Menurut Keynes suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. iii. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik tingkat upah adalah fleksibel. Hal ini akan menjamin keadaan di mana permintaan tenaga kerja akan sama dengan penawaran tenaga kerja. Oleh sebab itu kesempatan kerja penuh akan selalu berlaku. Menurut Keynes tingkat upah tidak flesksibel. Walapun terdapat banyak pengangguran tingakt upah tidak akan turun dan pengangguran tetap wujud iv. Menurut Keynes pendapatan nasional bukan faktor-faktor produksi yang tersedia tetapi oleh pengeluaran agregat (AE). Pengeluaran agregat yang wujud dalam ekonomi selalu kurang dari pendapatan nasional, dan menyebabkan pengangguran tenaga kerja selalu wujud. 7. Berdasarkan kritik-kritiknya, Keynes selanjutnya mengemukakan suatu teori mengenai penentuan kegiatan ekonomi dan penentuan kesempatan kerja dan peranan uang dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. Pandangan ini diterangkan dalam buku: The General Theory of Employment, Interest and Money. Menurut pandangan Keynes, tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh permintaan efektif—yaitu pengeluaran agregat yang akan wujud dalam suatu perekonomian dalam suatu waktu tertentu. Pengeluaran agregat dalam perekonomian dapat dibedakan kepada empat komponen: konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan ekspor. Magnitud (nilai pengeluaran) dari keempat komponen pengeluaran agregat ini akan menentukan kegiatan perekonomian, kesempatan kerja dan pendapatan nasional 8. Sejak penerbitan duku The General Theory, analisis makroekonomi semakin berkembang. Terdapat pemikiran-pemikiran baru yang mengkritik dan menyokong pandangan Keynes. Analisis yang berhubungan dengan makroekonomi sesudah Keynes dapat dibedakan kepada empat pemikiran berikut: golongan Monetaris, golongan Ekspektasi Rasional, golongan Segi Penawaran dan golongan Keynesin Baru. Pandangan-pandangan baru tersebut sangat mempengaruhi analisis maskroekonomi yang wujud sekarang ini. Pendekatan baru dalam analisis makroekonomi menggunakan grafik AD-AS. Kurva AD dan kurva AS akan menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, pendapatan nasional yang diwujudkan dan tingkat kesempatan kerja yang tercapai. Kurva permintaan agregat AD ditentukan oleh pengeluaran agregat (AE), dan keseimbangan permintaan dan penawaran uang. Sedangkan penawaran agregat AS menggambarkan jumlah barang yang akan diproduksikan dan ditawarkan sektor perusahaan pada berbagai tingkat harga. Keseimbangan AD-AS, atau keseimbangan makroekonomi, akan menentukan pendapatan nasional yang dicapai dan tingkat harga yang berlaku. KONSEP PENTING Bocoran (kebocoran): Aliran keuangan yang keluar dari aliran utama yang terdapat dalam sirkulasi aliran pendapatan. Aliran utama yang terdapat dalam sirkulasi aliran pendapatan adalah aliran pendapatan faktor-faktor produksi dan aliran perbelanjaan dari sektor rumah tangga ke seluruh perusahaan Keseimbangan pendapatan nasional: Suatu keadaan di mana keinginan masyarakat untuk melakukan perbelanjaan—yang digambarkan oleh pengeluaran agregat atau permintaan agregat adalah sama dengan penawaran agregat—yaitu keinginan para pengusaha untuk memproduksikan barang dan jasa. Lembaga keuangan: Institusi-institusi yang fungsi utamanya adalah mengumpulkan tabungan dari masyarakat dan meminjamkan dana tersebut kepada pihak yang memerlukannya. Contoh institusi seperti itu adalah bank perdagangan dan bank tabungan. Dalam analisis makroekonomi dimisalkan semua dana yang ditabung tersebut oleh penanam modal. Penawaran agregat: Penawaran barang dan jasa atau keinginan para pengusaha untuk menghasilkan barang dan jasa pada berbagai tingkat harga. Penawaran menciptakan sendiri permintaan terhadapnya: Dalam bahasa Inggris ungkapan ini dinyatakan secara berikit—supply creates its own demand. Ahli ekonomi Klasik menggunakan ungkapan ini untuk menekankan bahwa dalam perekonomian tidak terdapat kekurangan permintaan dan setiap barang yang diproduksikan masyarakat akan selalu mendapat pembeli. Penanam modal: Sebagian dari sektor perusahaan yang melakukan kegiatan investasi atau pananaman modal, yaitu menggunakan dananya sendiri atau dana yang dipinjamnya untuk mengembangkan kegiatan memproduksi barang atau jasa. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli barang modal seperti membina bangunan pabrik, membeli mesin-mesin dan membeli alat pengangkutan. Pengeluaran agregat (perbelanjaan agregat): perbelanjaan atau pengeluaran untuk membeli barang atau jasa yang akan dilakukan dalam perekonomian dalam suatu tahun tertentu. Permintaan agregat: pengeluaran agregat yang akan dilakukan dalam perekonomian pada berbagai tingkat kerja. Sirkulasi aliran pendapatan: Suatu bagan atau grafik yang memberikan gambaran tentang aliran pendapatan, aliran pengeluaran, dan aliran keuangan lain(seperti aliran tabungan) yang berlaku dalam perekonomian. Suku bunga: Persentasi pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang disisihkannya. Ia merupakan pula persentasi pendapatan yang harus dibayar oleh para peminjam dana. Suntikan: Aliran keuangan yang memasuki aliran perbelanjaan ke sektor perusahaan. Contoh dari suntikan adalah perbelanjaan/ pengeluaran investasi oleh penanam modal. Tabungan: Bagian pendapatan rumah tangga yang disimpan di lembaga keuangan dan tidak digunakan untuk membeli barang dan jasa. Tingkat upah: Upah rata-rata yang diterima oleh setiap pekerja dalam perekonomian. Dalam analisis makroekonomi dimisalkan upah setiap pekerja dalam perekonomian adalah sama dan dalam analisis Klasik dimisalkan tingkat upah tersebut ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja. PERTANYAAN DAN LATIHAN PILIHAN GANDA 1. Salah satu faktor yang menyebabkan ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat perekonomian selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga penuh adalah A. Upah pekerja tidak berubah B. Teknologi selalu berkembang dengan pesat C. Investasi menjamin penciptaan kesempatan kerja baru yang mencukupi D. Suku bunga ditentukan oleh permintaan tabungan dan penawaran tabungan 2. Menurut pandangan Keynes pengangguran terjadi karena A. Suku bunga dan tingkat upah fleksibel B. Faktor-faktor produksi tidak terbatas jumlahnya C. Penawaran agregat tidak stabil dan tidak dapat ditentukan besarnya. D. Perekonomian menghadapi masalah kekurangan permintaan agregat 3. Teori Klasik yang menyatakan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tercapai hanya benar dalam A. Perekonomian subsisten yang tidak melakukan tabungan B. Perekonomian subsisten yang melakukan tabungan C. Perekonomian di mana tabungan dan investasi ditentukan oleh faktor yang berbeda D. Perekonomian di mana faktor-faktor produksi lambat berkembang 4. Pengeluaran agregat dapat meliputi A. Konsumsi yang dilakukan seluruh rumah tangga dalam perekonomian B. Pengeluaran oleh rumah tangga dan perusahaan-perusahaan C. Pengeluaran oleh perusahaan-perusahaan, pemerintah dan ekspor ke luar negeri D. Pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaanm perbelanjaan pemerintah dan ekspor 5. Menurut pendapat Keynes A. Suku bunga ditentukan oleh tabungan dan investasi B. Pemintaan dan penawaran uang menentukan suku bunga C. Faktor-faktor pengeluaran yang tersedia menentukan nilai output Negara yang diwujudkan D. “supply creates its own demand” 6. Menurut analisis Keynes apakah yang akan berlaku apabila produksi perusahaanperusahaan dalam perekonomian melebihi pengeluaran agregat? A. Tingkat harga merosot B. Perusahaan-perusahaan mengurangi kegiatannya C. Hal itu tidak menimbulkan efek kepada kegiatan ekonomi D. Konsumen akan melakukan pengeluaran yang lebih besar 7. Golongan ahli ekonomi manakah yang mengkritik pandangan Keynes A. Klasik B. Klaisk Baru C. Keynesian Baru D. Keynesia 8. Yang manakah merupakan salah satu kelemahan analisis keseimbangan Keynesian yang menyebabkan perkembangan analisi AD-AS. A. Efek perubahan penawaran uang tidak diperhatikan B. Efek perubahan kerja tidak diperhatikan C. Efek perubahan pengeluaran agregat tidak diperhatikan D. Masalah pertumbuhan ekonomi tidak diperhatikan ESEI 1. Bandingkan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik dan Keynes mengenai dua hal berikut: i. Penentuan suku bunga ii. Penentuan tingkat upah Apakah implikasi dari perbedaan pandangan tersebut? 2. Apakah yang dimaksud dengan “supply creates its own demand”? Mengapakah ungkapan tersebut dikaitkan dengan pandangan Klasik bahwa tingkat penggunaan tenaga kerja penuh selalu tercapai dalam perekonomian? Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik bagaimanakah tingkat kegiatan ekonomi ditentukan? 3. a. Bandingkan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik dan Keynes mengenai penentuan tabungan masyarkat. b. secara ringkas terangkan “teori makroekonomi” ahli-hali ekonomi Klasik 4. “Analisis Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi negara dapat dibedakan kepada dua aspek. Aspek pertama menerangkan kelemahan-kelamahan teori ahli-ahli ekonomi Klasik. Aspek kedua menerangkan pandangan Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan perekonomian negara”. Terangkan maksud pernyataan ini. 5. a. Terangkan pandangan beberapa golongan ahli ekonomi sesudah Keynes b. Terangkan kelemahan teori keseimbangan pendapatan nasional Keynesian Apakah kurva AD dan AS. Bagaimana keseimbangan AD-AS ditentukan? KUANTITATIF 1. Suatu perekonomian akan mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh pada pendapatan nasional sebesar 100 triliun rupiah. Selanjutnya dalam perekonomian terdapat keadaan berikut i. Pada tingkat bunga 10%, tabungan sama dengan investasi, yaitu 10 triliun. ii. Keingingan pengusaha untuk menginvestasikan berkurang, dan menyebabkan tabungan sama dengan investasi, yaitu sebanyak 8 triliun pada tingkat bunga 8%. iii. Keinginan rumah tangga untuk menabung berkurang dan menyebabkan tabungan sama dengan investasi, yaitu sebanyak 7 triliun, pada tingkat bunga sebesar 7%. Berdasarkan kepada teori penentuan kegiatan ekonomi Klasik jawablah pertanyaanpertanyaan berikut: a. Berapakah pendapan nasional pada keadaan (i), (ii), (iii)? b. Berapakah konsumsi rumah tangga pada keadaan (i), (ii), (iii)? 2. Produksi nasional yang direncanakan (ditunjukkan dalam kolom I), dan pengeluaran agregat yang direncanakan (ditunjukkan dalam kolom II) adalah seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah ini (Angka dalam triliun rupiah). Produksi nasional Pengeluaran agregat (I) (II) 200 350 400 500 600 650 800 800 1.000 950 1.200 1.100 *

Berdasarkan kepada teori Keynes jawab pertanyaan-pertanyaan berikut: a. Apakah yang akan terjadi apabila para pengusaha memproduksi sebanyak 400 triliun rupiah? b. Apakah yang akan terjadi apabila para pengusaha memproduksi sebanyak 1.200 triliun rupiah? c. Berapakah pendapatan nasional negara tersebut? Mengapa anda berpendapat demikian? d. Lukiskan keadaan keseimbangan pendapatan nasional negara tersebut