Apakah Syuting 5 cm beneran di Mahameru?

Apakah Syuting 5 cm beneran di Mahameru?

“Sebuah cinta memang harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri” – Zafran (5cm.)

Temen: “Apa? Lo nonton lagi? Ini 3 kali hloh Nta?”

Gue: “Kan belom 5 kali. Hehehehehe……..”

(hening………..)

Kejadian akhir tahun 2008 itu terulang lagi. Kalau dulu saya kena syndrome Laskar Pelanginya Ikal, Arai dan kawan-kawan sampai 5 kali nontonnya. Sekarang, di akhir 2012 saya kena syndrome 5cm nya Zafran, Riani, Genta, Arial dan Ian. Dan kebiasaan saya kalau lagi suka sama film atau novel adalah mencari informasi, kabar berita, referensi, resensi dan lain sebagainya yang berkaitan dan membahas film atau novel tersebut. Seneng aja rasanya baca tulisan orang lain dengan berbagai gaya penulisan dan pendapat. Ada yang menyanjung adapula yang memberikan kritikan pedas.

Hak mereka sih sebenarnya buat menumpahkan pendapat, pemikiran dan isi hati, tapi terkadang menyebalkan juga kalau ada yang memberikan kritikan pedas tanpa melihat hal-hal positif yang ada di sisi lainnya. Seperti halnya pada film 5cm ini. Saat saya membaca ulasan yang positif, menarik dan membangun, saya akan ikut tersenyum dan tertawa-tawa. Tetapi ketika ada ulasan yang sifatnya memojokkan, saya jadi ikut kesal. “Hello, hargain dikit kenapa? Jarang-jarang hloh ada film Indonesia yang masuk kategori ‘normal’ alias nggak pake adegan mesum, misteri nggak jelas, seks atau kekerasan. Ditambah banyak pemandangan alam menakjubkan Indonesia yang diperlihatkan pada kita yang mungkin belum berkesempatan melihatnya secara langsung”.Sabar…..mungkin mereka termasuk kategori perfeksionis hehe.

Dan kalau melihat film 5cm yang mengeksplore pemandangan alam Indonesia, saya jadi ingat salah satu film Korea yang pernah saya tonton, judulnya “HARU: An Unforgettable Day In Korea” karena film ini mengeksplore keindahan alam Korea, mulai dari sawah di pedesaan, pulau, sampai gedung-gedung pencakar langitnya. Ceritanya bagaimana? Silahkan kalau berminat anda searching dan tonton sendiri hehehhehe. Kembali ke film 5 cm. Dari berbagai kritikan yang masuk, beberapa berasal dari para pecinta alam. Okey, saya memang belum pernah memanjat gunung sebelumnya, tapi teman-teman saya banyak yang sudah melakukannya dan dari cerita mereka, memang benar kalau film ini membuat kesan memanjat gunung itu terlihat gampang sekali, bahkan untuk gunung yang katanya level 8 itu (Mahameru), di film ini menjadi turun levelnya ke peringkat 2 (katanya). Dari sini saya ambil kesimpulan, oohh mungkin mereka ingin yang lebih real sesuai apa yang pernah mereka rasakan. Saya pun akhirnya manggut-manggut, merasa sedikit mengerti perasaan para pecinta alam dan kekecewaan mereka (sok tahu banget ya saya?). Tapi ya sudahlah, kembali lagi ke awal itu hak masing-masing orang untuk menilai suatu karya asal tidak keterlaluan dan tidak melewati batas kewajaran.

Jadi sekarang saya mau bahas filmnya saja, sisi positifnya yang membuat saya nonton lebih dari sekali (untuk film Indonesia ini suatu prestasi! Karena saya nggak sembarangan nonton film lokal di bioskop :P. Bukannya apa-apa, cuma trauma aja hehehehe). Dan kalau sebelumnya saya sudah membahas antara novel dan filmnya, sekarang saya mau bahas soal kisah cintanya. Ehem! Kisah cinta memang bukan menjadi yang utama di film ini, tapi menurut saya, apa yang dimunculkan berhasil diselesaikan dengan baik (nggak semuanya sih). Kalau yang udah nonton film ini, pasti tahu kan endingnya gimana? Dari sekian banyak teman saya yang udah nonton, ada juga yang kecewa karena twist ending (kalau saya udah nggak kaget karena di novelnya juga gitu). Pertama kali nonton, saya menyimak keseluruhan cerita sekaligus clue-clue yang ada di film termasuk pemandangan spektakulernya yang wajib dinikmati! Kali kedua saya lebih fokus ke clue-cluenya (pemandangan alam sih tetep) dan yang ketiga, saya sok jadi pengamat akting alias mengamati gesture-gesture pemainnya yang kadang-kadang luput dari pengamatan hehehhee.

Teman-teman saya yang protes itu bilang, “kenapa sih si Riani akhirnya malah sama Zafran dan nggak sama Genta? Kan kasihan si Genta? >.<”. Kalau mau simple saya bisa jawab, “kalau jodoh nggak kemana” atau “di novelnya gitu, jadi ya ngikutin novelnya aja,  kan yang nulis scriptnya sama kayak yang nulis novelnya.”Tapi saya yakin jawaban itu nggak cukup memuaskan mereka dan malah bikin saya ditimpukin keripik atau snack kayak Ian di kereta. Jadi saya jabarkan pengamatan saya.

Kenapa saya setuju-setuju saja Riani dan Zafran akhirnya bersatu?

1. Cluenya banyak bertebaran, dimulai dari pembelaan Riani ke Zafran dan tatapannya   di Secret Garden (rumah Arial). Di sana, Zafran udah sebel karena nyanyi panjang kali lebar buat Dinda, tapi Dindanya nggak ada di kamarnya. Yang lain ngeledekin nyanyian Zafran, tapi cuma Riani yang belain Zafran tulus dengan bilang lagu Zafran bagus. Intonasi dan pandangannya beda (entah apa saya yang terlalu lebay hehehehe)

2. Waktu Riani nggak setuju dengan ide Genta buat berpisah sementara, Zafran langsung merangkul Riani (ahhhh saya juga mau dong bang Juple *plakkkk*). Di situ tatapan keduanya juga beda dan si Riani yang paling beda, serasa yang lain nggak ada di sekitar mereka (sampai-sampai Genta ngelihatinnya jadi ikut-ikutan aneh, mungkin cemburu hihihihihi, sabar ya Bang Genta)

3. Waktu chatting. Ini juga jelas yang diomongin Zafran itu si Dinda sedangkan Riani ngomongin Zafran karena ciri-ciri yang disebutin Riani itu Zafran banget

4. Curhatan Riani sama Citra di lift. Cowok yang Riani suka itu orangnya ‘cuek’, jelas ini bukan Genta. Karena Genta justru care banget. Kalau orang itu memang Genta, mungkin nggak akan pakai istilah ‘cuek’ tapi ‘kurang peka atau terlalu care’ *IMO

5. Selama pendakian. Waktu itu Riani lagi berduaan sama Genta, mengagumi pemandangan alam gitu deh ceritanya sambil curhat-curhatan mungkin setelah itu seperti biasanya. Nah mendadak si Dinda teriak kalau kaki Zafran luka. Di sini, Riani langsung lari nyamperin Zafran dengan muka khawatir banget tanpa menoleh ke Genta. Menurut saya, bisa aja Riani nengok dulu ke Genta sebagai isyarat kalau mereka berdua harus segera nyamperin Zafran atau ada jeda sebentar lah. Tapi ini nggak, bener-bener reflek yang bagus (khawatir sama orang yang dicintai), begitu juga saat Riani ngobatin kaki Zafran.

6. Tanjakan cinta. Mungkin ini cuma mitos tapi lucu juga dan bisa jadi nyata. Dengan semangat, Zafran dan Ian jalan duluan dengan membayangkan orang yang mereka suka agar nantinya bisa bersatu (Zafran bayangin Dinda, Ian bayangin Happy Salma), sementara syarat agar permohonan mereka terkabul adalah mendaki tanpa menoleh ke belakang. Tapi di tengah jalan tanpa sengaja Genta memanggil mereka berdua (maksud Genta mungkin memberi semangat). Alhasil dengan polosnya si Zafran dan Ian menengok ke arah Genta sambil melambai-lambai riang, sampai akhirnya mereka menyadari kalau mereka telah melanggar mitos dengan menengok ke belakang hahahahaha. Untuk Zafran, ini pertanda kalau cintanya tidak akan bersatu dengan Dinda. Tapi untuk Ian, mungkin doa Ian lebih didengar karena Ian tetap berhasil mendapatkan Happy Salma di ending cerita. (Nah ini nih yang saya bilang eksekusinya jadi kayak banyolan. Absurd. Tapi ya sudahlah hehehe)

7. Kejadian yang paling saya suka. Insiden batu. Jadi posisinya kalau saya nggak salah inget dari yang paling atas itu Genta-Zafran-Riani-Arial-Dinda-Ian. Saat batu-batu besar dari atas longsor dan meluncur bebas dengan cepat ke arah mereka. Genta pertama kali berteriak memperingatkan mereka semua kemudian segera mengambil posisi sebagaimana yang sempat dia pesankan pada mereka (melihat ke arah batu lalu menyelamatkan diri dengan menghindarinya, mencari posisi aman, berguling ke arah berlawanan). Tapi mungkin karena saking kagetnya dan juga pendakian pertama bagi Zafran, Riani, Dinda, Arial dan Ian. Mereka jadi panik. Di sini, terlihat jelas reflek bagus Zafran (acungi semua jempol buat akting Junot!). Zafran nggak mikirin dirinya sendiri tapi langsung merosot ke arah Riani dan mendorong tubuh Riani menjauh dari batu, kemudian keduanya saling melihat satu sama lain (perhatikan tatapan keduanya yang sama-sama cemas). Riani sendiri sampai bengong mendapat pertolongan Zafran (mungkin Riani nggak ngira kalau Zafran lah yang menyelamatkan nyawanya, orang yang selama ini dicintainya dalam diam itu menjadi penyelamatnya dan ekspresi Raline Shah juga bagus sekali waktu dia gantian menatap Junot hihihihihi). Zafran sendiri juga sebaliknya, setelah mendorong Riani agar terhindar dari batu, Zafran menatapnya lekat, seolah memastikan Riani sudah aman. Sedangkan Dinda, yang dari awal diceritakan sangat disukai Zafran justru dilindungi oleh Arial meski akhirnya Arial tidak sepenuhnya berhasil karena Dinda berakhir dengan terguling ke bawah dan cidera. Begitupula dengan Ian yang berguling-guling seperti bola bekel (poor Ian). Dan nggak sampai di sini saja. Waktu Dinda di bawah dan cidera kemudian semuanya mulai meluncur turun menghampiri Dinda. Zafran dan Riani malah sempat terdiam terlebih dahulu dan tangan Zafran masih memegang tangan Riani, seperti memastikan keadaan, kemudian baru turun bersamaan, itu juga diperlihatkan kalau Zafran tidak meninggalkan Riani. Di sini saya berpikir kalau mungkin waktu pendalaman karakter dan juga reading, si Zafran ini juga diceritakan ada perasaan pada Riani, tapi karena terlalu dekat dan sifat Zafran yang cuek, membuat hatinya tertutup (kesotoy’an saya kambuh). Karena ekspresi mereka berdua itu saling khawatir satu sama lainnya. Dan kenapa juga Zafran tidak langsung ke arah Dinda saja setelah dia mendorong Riani menghindar dari batu apalagi waktu melihat Dinda luka. Saat yang lain langsung menghampiri Dinda, Zafran dan Riani masih sempat terdiam dengan tangan saling terkait (Jiahhhh kenapa saya jadi pengamat cinta begini kekekekkeke)

8. Sampai di puncak. Riani pertama kali pelukan sama Zafran hehehhehe

9. Sesi curhat, kejujuran, rahasia hati dan ungkapan isi hati. Sebenarnya di sini saya kasihan juga dengan Genta. Bagaimanapun Genta tulus menyukai dan menyayangi Riani lebih dari sahabat. Tapi hati tidak bisa dipaksakan kan? Semua yang tervisualisaikan di filmnya persis seperti yang ada di novelnya, di tambah dengan dialog panjang Genta soal isi hatinya karena kalau di novel hanya deskripsinya saja. Dan kalau ada yang protes kenapa Rianinya nggak nangis? Ya memang seperti itu. Diceritakan kalau Riani ini cewek yang kuat dan jago banget dalam menutupi perasaannya dan memang terkadang nggak semuanya bisa diungkapin dengan air mata yang mengalir deras (mewakili suara hati cewek). Riani hanya berkaca-kaca menatap Genta sambil minta maaf dan mengatakan kalau orang yang ada di hati Riani bukan Genta, tapi Zafran *jlebbbbb* (ekspresi Genta kasihan sekali, seperti ditusuk belati dari belakang). Kalau di novelnya dideskripsikan bagaimana ketegaran Riani yang melontarkan semua isi hatinya tanpa air mata yang mengalir deras, semuanya hanya tertahan di pelupuk matanya. Jadi karena kekuatan dan ketegaran Riani lah yang membuat Genta paham kalau cintanya tidak bersambut. Genta kagum dengan Riani yang mampu menyembunyikan semuanya bertahun-tahun dengan rapi (meski akhirnya tumpah ruah juga). Sementara di dalam tenda, Zafran dan Dinda yang masih terjaga, mendengar semua percakapan itu dalam diam. Zafran begitu kaget mendengar kejujuran hati seorang Riani (kalau di novel dideskripsikan bagaimana jantung Zafran berdegup semakin kencang  dan merasa jahat sekali karena selama ini terang-terangan mengejar Dinda di hadapan Riani, gadis yang sudah lama menyukai Zafran dengan tulus dan menyimpan nama Zafran begitu rapi di suatu ruang di hatinya). Sedangkan Dinda? Dinda mungkin sedih karena orang yang selama ini dia suka adalah Genta, dan malam ini Dinda mendengar ungkapan isi hati Genta yang ditujukan untuk orang lain

“Maaf ya Ta, tapi bukan kamu yang ada  di hati Riani… Dia Zafran Ta…”

Halaman 368 (novel 5cm.)

Dan, cinta sekali lagi membuktikan kekuatannya malam itu kalau cinta ada untuk cinta itu sendiri, bukan untuk dimiliki, bukan untuk Genta, bukan untuk Dinda, bukan untuk Riani, bukan untuk Zafran. Cinta memang ada untuk dicintai dan diungkapkan sebagai sebuah jembatan baru ke pelajaran-pelajaran kehidupan manusia selanjutnya. Cinta yang akan membuat manusia lebih mengerti siapa dirinya dan siapa penciptanya. Dan, dengan penuh rasa syukur akhirnya manusia menyadari bahwa tidak ada cinta yang lebih besar di dunia ini kecuali cinta Sang Pencipta kepada makhluknya. Tidak ada cinta yang bisa dimiliki oleh manusia, kecuali cinta dari sang pencipta-yang tidak pernah berpaling dari manusia dan selalu mencintai makhluk terbaik ciptaan-Nya. Sang Pencipta tidak pernah memberikan apa yang manusia pinta, seperti cinta…Ia memberi apa yang manusia butuhkan.

Cinta ada untuk cinta itu sendiri, bukan untuk Genta, bukan untuk Dinda, bukan untuk Riani, bukan untuk Zafran.

(Puas banget sama scene ini soalnya sama seperti khayalan saya di novelnya 😀 )

10. Berdua menyambut pagi. Ini ending dari kisah cinta Riani dan Zafran dimana diceritakan setelah melewati malam kejujuran itu, Zafran pertama kali terbangun dibanding yang lainnya. Dengan perasaan tenang, Zafran memandang danau yang terbentang luas di hadapannya, selanjutnya Riani datang menghampirinya. Mereka berdua berdiri bersebelahan  lalu saling menatap dan tersenyum satu sama lain. Mungkin awalnya Riani berpikir ini seperti biasanya, tapi saat pandangan Zafran tak kunjung berpaling dan terus tertuju pada Riani. Riani menyadari kalau hatinya bergolak dan mungkin jantungnya juga berdegup makin kencang. Riani kemudian menunduk malu sekaligus mengatur perasaannya karena tatapan Zafran yang lain dari biasanya, kemudian setelah itu Riani kembali memandang Zafran lekat, tersenyum dengan perasaan paling bahagia, keduanya saling bertatapan dan dilanjutkan dengan menatap alam di hadapan mereka.

The sweetest part. I can’t stand it, the way Zafran stares at Riani. His eyes tell everything. Speak the unspoken words.

Tatapannya hangat. Dan tulus.

Sweet Achilles!

“Dan Riani adalah satu-satunya alasan Zafran lahir di dunia ini”

(Saya suka adegan ini. Drakor banget gitu lhoh! Saya selalu ingat kalau drakor produksi SBS yang happy ending kebanyakan memberikan scene saling bertatapan pada kedua tokohnya di akhir cerita. Seolah mereka saling mengungkapkan perasaannya lewat hati, tanpa kata dan hanya mata yang menjadi perantaranya. Itu sudah lebih dari cukup)

11. Terakhir waktu Zafran dan Riani akhirnya bersatu, saya suka sekali melihat foto mereka berdua di wisuda Ian. Riani sangat anggun dan cantik memakai kebaya sementara tangan Zafran merangkul pinggang Riani dengan mesra. Kemudian saat keduanya sudah menikah dan memiliki anak, anaknya lucu sekaliiiiiiii, paling cakep! Zafran dan Riani cocok banget jadi pasangan muda, serasi! Hehehhehhee.

Ada perbedaan pada ending novelnya. Jika di novel masih ada satu tokoh yang dimunculkan (Deniek), yang nantinya akan menjadi suami Dinda. Di film, Dinda diceritakan belum menikah dan malah akhirnya ditaksir oleh Genta hehehhe.

Sedangkan di novel, Genta menikah dengan teman kantor Riani (Citra) dan memiliki satu anak bernama Aga. Jadi kalau di novel ada generasi  5 cm junior yang beranggotakan Aga (anak Genta dan Citra), Zafran Junior (anak Zafran dan Riani), Arian (anak Arial dan Indy), David (anak Ian dan Happy) dan Deninda (anak Deniek dan Dinda). Keempatnya masih TK (nikahnya bareng kali ya? Hehehhe), kecuali Deninda yang baru berumur 3 tahun. Ohiya, kalau di novelnya diceritakan si Riani sedang mengandung anak kedua (buset tokcer bener bang Juple 😛 )

Jadi begitulah pengamatan saya tentang love story di film ini (ketahuan ya kalau saya kubu RiZa alias Riani-Zafran) hahahahha. Karena sejak dari novelnya saya sudah suka mereka berdua, jadi penasaran sekali bagaimana nantinya jika melihat Zafran dan Riani di film, bagaimana proses bersatunya mereka? Ternyata di filmnya lebih diperjelas. Puaaaassssss!

Dan saya rasa waktu Zafran suka dengan Dinda itu belum termasuk kategori cinta yang berasal dari hatinya, dalam artian masih sebatas perasaan suka seorang cowok pada cewek cantik yang sempurna fisiknya alias tercampur dengan nafsu dan gedean nafsunya, ini terlihat dari pandangan Zafran ke Dinda dan berhasil! (Berarti akting Junot bagus, karena pandangan matanya saja sudah berbeda). Bandingkan dengan saat Zafran menatap Riani (meski nggak banyak tertangkap mata), saat insiden batu dan saat terakhir di tepi danau, pandangannya lebih teduh dan benar-benar berasal dari lubuk hati terdalam alias perasaan Zafran mulai luluh dan benih cinta siap tumbuh dengan subur hehehehe.

Begitu pula sebaliknya dengan Riani. Riani memang paling dekat dengan Genta, tapi pandangannya ke Genta yang saya rasakan adalah sebatas perasaan nyaman pada sahabat, saudara tapi bukan cinta. Apalagi saat insiden batu. Saya sampai memperhatikan mereka berdua (Zafran dan Riani). Seperti sebelumnya, Riani yang mengkhawatirkan Zafran saat kaki Zafran terluka. Di sini terlihat Zafran yang khawatir pada Riani setelah berhasil menyelamatkan Riani dan juga pandangan takjub Riani pada Zafran (antara kaget, heran tapi juga senang).

Jadi begitulah kesimpulan dari sudut pandang saya (maaf kalau sotoy, maklum bawaan dari lahir hehehehe). Yang belum nonton dan belum baca novelnya, silahkan ditonton dan dibaca ^^.

P.S. : Saya lagi senang soalnya mention saya ke Kak Raline dibales. Asik! 😀 *curhatnorak* hahahahhaha. Dan tanggal 1 Januari 2013 pukul 18.00 WIB, Kak Raline (Riani) ada di Hitam Putih Trans 7. So don’t miss it guys! Siapa tahu ada cerita tersembunyi di balik pembuatan film 5 cm yang berhasil diungkap Om Deddy hehehehehe. Kan katanya Genta sama Dinda sempat cinlok tuh (masih lanjut nggak ya?) ehemmmm….(malah ngegosip), lalu bagaimana dengan Zafran dan Riani? Hahahahhaha.

Posted by in Cuap-cuap Tags: Let's talk about movies

Apakah 5 cm berdasarkan kisah nyata?

Kali ini bukan kisah nyata, tapi novel yang kemudian dijadikan film. Donny Dhirgantoro secara apik menceritakan kisah lima sahabat yang melakukan reuni di Gunung Semeru.

Apakah syuting film 5 cm beneran di gunung?

Gunung Semeru: 5 cm Banyak pendaki berlomba-lomba mendatangi kawasan tersebut demi menyaksikan secara langsung lokasi syuting film "5 cm".

Apakah Syuting 5 cm beneran di Mahameru?

8. Salah sangka. Masih banyak yang menyangka bahwa syuting 5 CM dilakukan di gunung Bromo, padahal syutingnya di Mahameru.

Apakah di film 5 cm ada yang meninggal?

Bak di Film 5 Cm, Dania Tewas Tertimpa Batu Saat Menuju Puncak Mahameru.

Apakah film 5 cm syuting di Mahameru?

“Waktu itu gue syuting film 5 Cm di Semeru. Itu kita menuju ke puncak pakai kaki sendiri. Semeru puncak yang disebut Mahameru, dan total 16 hari di gunung itu rasanya banyak banget,” ucap Denny. “Kita mengingat bagian-bagian di mana kita berdiri.

Apakah syuting film 5 cm beneran di gunung?

Gunung Semeru: 5 cm Pada tahun 2012 , Gunung Semeru menjadi tujuan wisata yang sangat populer di kalangan wisatawan domestik. Banyak pendaki berlomba-lomba mendatangi kawasan tersebut demi menyaksikan secara langsung lokasi syuting film "5 cm".

Apakah 5 cm berdasarkan kisah nyata?

Kali ini bukan kisah nyata, tapi novel yang kemudian dijadikan film. Donny Dhirgantoro secara apik menceritakan kisah lima sahabat yang melakukan reuni di Gunung Semeru.

5cm syuting dimana?

Setelah dijadikan lokasi syuting film 5cm, Ranu Kumbolo laris dikunjungi wisatawan. Ranu Kumbolo berlokasi di Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur. Warga pun berbondong-bondong menaiki gunung Semeru agar bisa berfoto di Puncak Mahameru dan menatap keindahan Ranu Kumbolo.