A. Pengertian Show 1. Lemah fikiran (feeble-minded)2. Terbelakang mental (Mentally Retarded)3. Bodoh atau dungu (Idiot)4. Pandir (Imbecile)5. Tolol (moron)6. Oligofrenia (Oligophrenia)7. Mampu Didik (Educable)8. Mampu Latih (Trainable)9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat.10. Mental Subnormal11. Defisit Mental12. Defisit Kognitif13. Cacat Mental14. Defisiensi Mental 15. Gangguan Intelektual American Asociation on Mental Deficiency atau AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20), mendefinisian Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes yang muncul sebelum usia 16 tahun yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Pengklasifikasian atau penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut: 1. EDUCABLE Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar. Ada beberapa pengertian tunagrahita menurut beberapa ahli.
Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri.Mulai dari segi akademik, pribadi dan sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental mereka. B. Karateristik Tunagrahita a. Tunagrahita Ringan Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididikdan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra. b. Tunagrahita Sedang Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang. c. Tunagrahita Berat Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita berat. 1. Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata2. Ketidakmampuan dalam perilaku adaptif 3. Terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun. Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient). 1. Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 –552. Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 – 403. Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 – 25 4. Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25 Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi: 1. Tunagrahita ringan IQnya 50 – 702. Tunagrahita Sedang IQnya 30 – 50 3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30 Kondisi ini juga bisa disebut keterbelakangan mental Tuna grahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi seseorang yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata orang normal. Hal ini terjadi karena beberapa hal, salah satunya cedera otak atau otak tidak berfungsi normal. Tuna grahita menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan yang signifikan pada fungsi intelektual dan perilaku adaptif seseorang. Sebutan tuna grahita ini juga dikenal dengan nama 'disabilitas kognitif'. Selain memiliki keterbatasan, melansir dari Center for Parent Information & Resources tuna grahita juga menyebabkan IQ rendah serta kesulitan dalam menyesuaikan diri di kehidupan sehari-hari termasuk bersosialisasi. Baca Juga: Penyebab Down Syndrome dan Cara Deteksi Dini Sejak dalam Kandungan Dalam beberapa kasus yang lebih parah, tuna grahita mengakibatkan ketidakmampuan belajar, berbicara, bersosialisasi, dan beraktivitas fisik. Umumnya, kondisi ini sudah bisa didiagnosis segera setelah pertumbuhan bayi. Namun, anak Moms mungkin akan kesulitan mendeteksi kondisi ini pada bayi yang baru lahir, sebab hampir semua kasus tuna grahita baru bisa didiagnosis ketika anak anak beranjak dewasa atau maksimal usia 18 tahun. Ada empat level tuna grahita yakni ringan, moderat, berat, dan mendalam. Namun tak jarang sebagian orang mengklasifikasikan tuna grahita dalam dua kategori yakni 'lain-lain' atau 'tidak ditentukan'. Baca Juga: Ternyata Ini Penyebabnya Anak Down Syndrome Memiliki Wajah yang Mirip Gejala Tuna GrahitaFoto: Orami Photo Stock Gejala tuna grahita tiap orang bervariasi berdasarkan tingkat kecacatan anak. Namun, ada beberapa gejala umum yang dapat Moms jadikan panduan apabila mencurigai Si Kecil mengalami tuna grahita, dilansir dari American Association on Intellectual and Developmental Disabilities.
Baca Juga: Daftar Persiapan Mental untuk Ibu Hamil Sebelum Operasi Sesar Apabila Si Kecil mengalami tuna grahita, maka anak akan melakukan sejumlah perilaku seperti:
Beberapa orang dengan tuna grahita akan mengalami karakteristik fisik tertentu seperti perawakan pendek atau kelainan wajah. Baca Juga: 7+ Perilaku Bayi Down Syndrome yang Perlu Moms Ketahui, Catat! Penyebab Tuna GrahitaFoto: Orami Photo Stocks Sebagian besar kasus tuna tidak diketahui penyebabnya. Tapi, kondisi ini biasanya terjadi karena adanya penyakit, cedera, atau kerusakan fungsi otak. Biasanya tuna grahita ini dialami oleh anak berusia di bawah 18 tahun. Tapi, sebagian besar kasus tuna grahita dapat diketahui ketika bayi masih dalam kandungan. Namun, tak dipungkiri bahwa kasus tuna grahita dapat terjadi ketika anak beranjak remaja karena penyakit atau peristiwa yang menyebabkan kerusakan otak. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa meskipun penyebab tuna grahita masih belum diketahui secara pasti, tapi ada beberapa penyebab umum yang bisa Moms waspadai yakni:
Baca Juga: Apakah Bayi Down Syndrome Bisa Sembuh? Cara Mendiagnosis Tuna GrahitaFoto: Orami Photo Stocks Untuk dapat mendiagnosis seseorang mengidap tuna grahita, ada sejumlah evaluasi yang akan dilakukan oleh para ahli, dokter dan tenaga medis. Meurut American Speech-Language-Hearing-Association menjelaskan (ASHA) Berikut ini tahapan yang akan dilakukan untuk mendiagnosis apakah anak memiliki tuna grahita?
Baca Juga: Dampak Memukul Anak pada Kondisi Mentalnya saat Dewasa Tapi, Moms perlu mengetahui bahwa anak-anak dari budaya dan status sosial ekonomi yang berbeda akan melakukan tes secara berbeda pula. Hal ini dilakukan agar diagnosis dokter lebih akurat. Selanjutnya, dokter akan melakukan proses evaluasi terhadap anak termasuk mengunjungi beberapa ahli seperti psikologi ahli patologi bicara, pekerja sosial, ahli saraf, dokter anak, terapis fisik, hingga tes laboratorium. Tahapan tersebut penting untuk mengetahui dan mendeteksi kelainan metabolisme dan genetik, serta masalah struktural pada otak anak. Kondisi lainnya yang memungkinkan anak terdiagnosis tuna grahita ialah masalah gangguan pada pendengaran gangguan belajar, gangguan neurologis, dan emosional hingga keterlambatan pertumbuhan. Kemudian, dokter akan menggunakan hasil tes dan evaluasi ini untuk mengembangkan rencana perawatan dan pengobatan hingga pendidikan untuk anak yang mengidap tuna grahita. Baca Juga: 4 Kebaikan Memelihara Binatang Peliharaan Untuk Kesehatan Mental Anak Pengobatan untuk Tuna GrahitaFoto: Orami Photo Stocks Tuna grahita merupakan kondisi yang akan dialami seseorang seumur hidupnya karena hingga kini belum ditemukan obat yang mampu menyembuhkan kondisi tersebut. Meski begitu, banyak orang dengan tuna grahita bisa belajar untuk meningkatkan fungsi otak dan fisik agar bisa hidup normal dan beraktivitas layaknya anak-anak sehat lainnya. Menerima stimulasi dini dan berkelanjutan dapat meningkatkan fungsi otak sehingga memungkinkan seseorang untuk berkembang. Beberapa hal yang bisa Moms lakukan jika anak mengidap tuna grahita ialah memberikan kebutuhan, mengajarkan agar lebih kuat, hingga dukungan moral. Baca Juga: Mari Perhatikan Kesehatan Mental Anak Sejak Dini dengan 4 Cara Ini Bahkan kini, sudah banyak layanan tersedia untuk membantu penyandang tunagrahita dan keluarganya untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Sebagian besar layanan ini memungkinkan seseorang dengan tuna grahita menjalani harinya dengan normal dalam masyarakat. Diagnosis dari dokter akan menentukan layanan, perlindungan, perawatan, dan pengobatan apa yang cocok untuk anak dengan tuna grahita. Dengan dukungan dan perawatan yang tepat, banyak penyandang tuna grahita dapat mencapai peran produksi yang sukses di masyarakat. Itulah serba serbi tuna grahita, mulai dari pengertian, penyebab, gejala, diagnosis, hingga penanganannya. Selain konsumsi obat-obatan, jika anak telah beranjak atau memasuki usia sekolah, sebaiknya Moms memasukkannya ke sekolah khusus agar anak lebih mudah mengikuti pelajaran dan tidak merasa ‘berbeda’ dibandingkan dengan anak-anak lain. Baca Juga: Dikaruniai Dua Anak Berkebutuhan Khusus, Agatha Suci Merasa Diberkati Sebagai Ibu Tak hanya itu, kesabaran dan ketelatenan dibutuhkan dalam merawat anak tuna grahita. Bangun kepercayaan diri dan latih kemandiriannya agar dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar selayaknya anak normal seusianya. Dengan kasih sayang orang tua, teman, dan keluarga yang mengelilinginya, tentunya Si Kecil akan merasa bahagia dan tumbuh jadi anak yang mandiri, percaya diri, sehat, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Jangan lupa untuk memeriksakan anak secara berkala ke dokter spesialis untuk mengetahui kemajuan dan tumbuh kembang anak dengan baik. Semangat ya, Moms!
Page 2 |