Apakah fast charging bisa merusak baterai

PIKIRAN RAKYAT - Fitur fast charging bisa menjadi salah satu teknologi andalan yang digunakan para pemilik dan pengguna mobil listrik.

Pasalnya, ketika diaktifkan, fitur ini bisa membuat mobil listrik terisi dayanya dengan waktu sangat cepat.

Tetapi, para pemilik mobil listrik harus tahu bahaya menggunakan fast charging pada kendaraan mereka.

Pasalnya, fast charging tak hanya membuat pengecasan menjadi lebih cepat, melainkan bisa juga merusak mobil listrik. Bagaimana bisa?

Baca Juga: Indonesia Dapat Kuota Haji Tambahan Sebesar 10.000, Dubes: Sudah Tradisi

Hal ini dijelaskan oleh Technical Manager Hyundai Mobil Indonesia (HMID) Fattony pada saat ditemui di Bandung, Rabu 23 Juni 2022.

Menurutnya, penggunaan fast charging dengan arus model DC bisa menurunkan kualitas baterai mobil listrik dengan cepat.

"Jika terlalu sering menggunakan DC (fast charging) itu akan membuat baterai mobil listrik jadi lebih cepat panas," katanya menjelaskan.

"Jadi semakin sering menggunakan fast charging, maka degradasi baterai akan terjadi lebih cepat," tuturnya lagi.

Baca Juga: Fenomena Planet Sejajar Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang, Berikut 4 Hal yang Harus Diperhatikan

Nextren.com - Kini sebagian besar smartphone baik kelas entry level maupun flagship, sudah dibekali fitur pengisian cepat untuk baterainya.

Yang berbeda hanyalah daya pengisian di chargernya, mulai dari 15 Watt, 24 Watt, 50 Watt hingga 65 Watt.

Bahkan kini mulai dikembangkan charger 120 Watt dan 200 watt yang sedang diujicoba secara intensif.

Hampir kebanyakan charger smartphone kelas menengah dan atas (flagship) telah didukung oleh fitur pengisian daya yang cepat.

Hal ini ditandai dengan keterangan fast charging yang tertera pada kotak kemasan ponsel.

Baca Juga: Xiaomi Konfirmasi Fitur Fast Charging 120W di Redmi Note 11 Series!

Dalam beberapa kasus, Anda mungkin juga pernah mendengar istilah quick charging.

Meski terdengar sama, namun kedua istilah tersebut sebenarnya dua hal yang berbeda.

Lantas, apa beda fast charging dan quick charging?

Untuk mengetahui apa beda fast charging dan quick charging, ada baiknya untuk menyimak penjelasan berikut.

Apa arti Fast Charging?

Fast charging merupakan fitur pengisian daya baterai secara cepat yang umumnya dihantarkan melalui kabel (wired).

Serupa dengan namanya, fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengisi baterai dalam waktu yang cukup singkat.

Fast charging umumnya ditemukan pada charger yang mendukung kabel berjenis USB Type-C.

Untuk dapat bisa dikategorikan sebagai fast charging, sebuah charger harus memiliki daya hantar listrik sebesar 15 Watt.

Daya hantar ini diformulasikan dari kombinasi satuan Ampere (A) dan Volt (V).

Singkatnya, pengisian daya pada 3 Ampere/5 Volt dapat menghantarkan daya hingga 15 Watt.

Baca Juga: Huawei Nova 9 Series Lolos Sertifikasi 3C, Bawa Fast Charging 100W!

Apa arti Quick Charging

Sementara itu, quick charge adalah sebuah trademark istilah yang diberikan perusahaan Qualcomm pada produk smartphone bikinannya.

Trademark ini umumnya disematkan pada produk charger yang kompatibel dengan chipset smartphone yang juga diluncurkan oleh Qualcomm.

Beda fast charging dan quick charging

Secara garis besar, fast charging dan quick charging memiliki fungsi yang serupa, yakni mampu mengisi daya ponsel dengan cepat.

Hanya saja, istilah quick charging hanya dapat digunakan pada perangkat yang memakai chipset produksi Qualcomm.

Sementara istilah fast charging lebih universal, karena bisa dipakai pada smartphone dan charger yang mendukung pengisian daya cepat, tanpa terkecuali.

Baik fitur fast charging dan quick charging dapat berfungsi dengan baik, apabila digunakan pada perangkat yang kompatibel.

Lalu, bagaimana jika smartphone yang kompatibel tidak lagi menggunakan charger dengan fitur fast charging atau quick charging?

Smartphone tersebut masih dapat mengisi daya baterai, meski tidak menggunakan charger asli yang disertakan pada kotak kemasan pembelian.

Baca Juga: Pemerintah Cina Akan Batasi Wireless Fast Charging, Dianggap Berbahaya!

Kendati demikian, proses pengisian daya yang dilakukan tidak dapat berjalan secepat saat menggunakan kepala charger aslinya.

Sebab, daya yang dihantarkan bisa jadi lebih rendah dibanding yang direkomendasikan.

Hal ini tentu berdampak pada proses pengisian baterai yang lebih lama.

Apabila baterai smartphone tidak terisi pada kecepatan yang dijanjikan, maka baterai tersebut berpotensi dapat mengalami kerusakan.

Solusi terbaik yang bisa dilakukan pengguna adalah dengan kembali menggunakan charger asli.

Namun jika tidak memungkinkan, pengguna disarankan untuk setidaknya menggunakan kepala charger asli karena memiliki pengaturan daya yang sesuai dengan yang diperlukan oleh smartphone.

Bisa bikin umur baterai pendek?

Beberapa pengguna mungkin sudah pernah mendengar mitos tentang fitur fast charging atau quick charging bisa memperpendek umum baterai itu sendiri.

Faktanya, hal tersebut tidaklah benar.

Saat merancang smartphone, vendor tentu sudah dengan hati-hati memformulasikan kombinasi antara jenis baterai (umumnya lithium-ion) dengan daya hantar charger.

Baca Juga: Infinix Concept Phone 2021 Rilis, Fast Charging 160W Isi Baterai 4000mAh Cuma 10 Menit

Dilihat dari cara kerjanya, fitur fast charging dan quick charging akan mengisi daya baterai dengan cepat hingga 50-80 persen.

Setelah mencapai kapasitas tertentu, proses pengisian daya akan semakin lambat dari waktu ke waktu.

Proses pengisian daya sendiri terbagi menjadi tiga tahap, yakni arus konstan, saturasi, dan trickle/topping.

Pada fase konstan, charger akan menghantarkan daya baterai dengan tinggi sehingga proses pengisian baterai berlangsung dengan cepat.

Selanjutnya, tahap saturasi dimulai ketika tegangan telah mencapai puncaknya yang diikuti oleh menurunnya arus daya.

Terakhir pada fase trickle/topping, daya akan mengalir perlahan atau secara berkala hingga baterai terisi penuh.

Usia baterai

Terkait usia baterai, daya tahan baterai yang mendukung fitur pengisian daya cepat diklaim cenderung lebih kuat dibandingkan dengan baterai yang tidak kompatibel.

Namun, fitur pengisian daya cepat juga dapat memengaruhi penggunaan smartphone.

Baca Juga: Xiaomi Fast Charging 200W Diklaim Aman, Isi Penuh Baterai Cuma 8 Menit!

Karena baterai dapat terisi cepat, tak jarang penggunaan smartphone justru akan semakin intens, sehingga dibutuhkkan lebih banyak proses charging.

Baterai ponsel umumnya memiliki umur penggunaan yang optimal tiga hingga lima tahun, atau antara 500 hingga 1.000 kali siklus (cycle) pengisian daya.

Proses pengisian daya yang sering dilakukan tentu dapat mengurangi umur penggunaan baterai, sehingga performanya tidak lagi akan sebaik dulu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Beda Fast Charging dan Quick Charging, Bisakah Merusak Baterai?"
Penulis : Kevin Rizky Pratama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Video Pilihan

Apa resiko pengisian cepat pada baterai?

Saat melakukan pengisian cepat ini menggunakan arus yang besar sehingga jika terlalu sering melakukan pengisian cepat akan membuat baterai cepat rusak.

Apakah fast charging membuat hp panas?

Fast charging yang mengisi daya lebih cepat, bisa mengakibatkan suhu menjadi cukup panas, terlebih lagi pada fitur quick charge dengan voltase tinggi dari teknologi Qualcomm quick charge. Dengan kata lain, terkadang fitur quick charge ini lebih memerlukan suhu ekstra.

Berapa lama cas HP fast charging?

Sebagai contoh, jika biasanya proses charge smartphone dengan baterai 4.000 mAh dari 5% ke 100% memakan waktu 2 jam, namun dengan teknologi fast charging maka smartphone tersebut bisa terisi 100% dalam waktu 30-40 menit saja.

Apa manfaat fast charging?

Apa arti Fast Charging Fast charging merupakan fitur pengisian daya baterai secara cepat yang umumnya dihantarkan melalui kabel (wired). Baca juga: Teknologi Fast Charging Ponsel Bisa Bunuh Powerbank? Serupa dengan namanya, fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengisi baterai dalam waktu yang cukup singkat.