Apabila kita menjadi garam dunia maka kita akan berbuah

Bahan: Matius 5:13

Selamat pagi, bapak- ibu, Oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Bagi kita orang percaya memulai sebuah perjalanan akan menjadi indah di mata Tuhan, saat diawali dengan doa dan ucapan syukur. Kiranya, demikianlah kita memulai perjalanan hidup di hari ini.

Sedangkan firman Tuhan yang menjadi dasar perenungan kita, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”

Matius 5:13

Saudaraku, keluhan atas menu makanan yang kita santap bisa disebabkan karena faktor macam-macam. Bisa karena kualitas bahan makanannya jelek. Bisa karena kurang bumbu. Atau bisa juga disebabkan dimasak secara tidak sempurna, misalnya masih mentah.

Selain keluhan lantaran faktor di atas, pada umumnya orang tidak menyukai makanan yang kurang asin atau terlalu asin. Kurang asin berarti kurang garam. Tidak disukai sebab rasa makanan hambar. Dingin. Anyep. Sebagus apapun mutu bahan mentahnya dan sesempurna apapun mengolahnya, kalau kurang garam orang ogah-ogahan memakannya. Malas menyantapnya.

Demikian juga sebaliknya, makanan terlalu asin, jelas orang pun kehilangan selera untuk menyantapnya. Nilai kelezatannya hilang. Buat penderita darah tinggi, jelas menghindarinya. Makan terlalu asin tentu disebabkan kelebihan porsi garam yang dibubuhkan ke dalam makanan itu. Seorang suami biasanya sebagai ungkapan komplain atas sajian yang terlalu asin, yang dibuat istrinya, suka menyindir. ”Wah, air laut pindah ke panci dapur kita.”

Jelas, betapa garam itu tidak boleh dipandang sepele untuk menjadikan makanan yang sedap. Kelebihan atau kekurangan garam menimbulkan orang tidak bersemangat menyantapnya. Takaran yang pas itulah yang dibutuhkan.

Saudaraku, Anda, saya dan semua orang percaya adalah garam. Kiasan ini artinya, kita itu dibutuhkan. Dan keberadaan kita dihadirkan di mana pun agar lingkungan kita menjadi indah, nyaman, tentram, sejahtera dan menyenangkan.

Kita semua punya fungsi, yakni berfungsi menggarami seperti dinyatakan di atas. Ketika ada orang kristen kehadirannya malah membawa onar dan dicap tukang bikin reseh. Di lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja kurang gaul, sampai pada tingkat orang yang tidak disukai. Maka, orang itu telah kehilangan fungsi garamnya. Dia akan diinjak-injak orang. Bahkan dibuang. Dianggap tidak berguna. Eksistensinya tidak bermanfaat.

Orang yang tidak menjadi garam sama dengan menyangkali identitas yang diberikan Tuhan Yesus. Sekaligus orang seperti itu tidak menaruh apresiasi atas status, dan tugas yang dipercayakan Allah kepadanya.

Dan jangan lupa. Orang kristen menjadi garam bukan di kalangan terbatas. Yakni cuma di area internal saja. Kehadiran kita yang membuat kehidupan menjadi indah dan suasana menjadi nyaman, tidak hanya pada lingkungan gereja saja. Tempat kita di tengah dunia. Menjadi garam dunia, menandakan Anda, saya dan seluruh orang kristen tempatnya di dunia. Dunia merupakan lingkungan pergaulan yang luas, bisa di tengah keluarga, gereja, pergaulan sehari-hari, masyarakat dan negara.

Jangan sampai di lingkungan gereja seorang kristen menjadi sosok yang baik. Sedangkan di luar gereja hidupnya semau gue. Itu jelas keliru. Lebih menyedihkan di lingkungan sendiri (internal) tidak mau menggarami. Begitupun sama di tengah masyarakat (eksternal), gagal fungsi. Sikap dan perbuatan baik dipraktikkan sama di mana pun kita berada. Layaknya garam, di mana pun ia berada asinnya harus dirasakan. Tidak kurang dan tidak lebih. Sepanjang hari Senin, mari hadirkan diri kita yang menjadi faktor yang menghadirkan hidup nyaman, aman, menyenangkan. Allah dipuji, sesama dihargai.

Tuhan, terus mampukan kami menjadi sosok yang dibutuhkan di tengah keluarga, gereja, teman-teman dan masyarakat. Karena bagaimanapun Engkau menjadikan kami adalah garam yang harus menggarami dunia.

Tuhan berkati kesehatan kepada para Lansia dan yang sakit. Semoga Engkau berikan tubuh yang segar dan pulihkan, sehingga mereka bisa beraktivitas normal seperti biasa. Kekuatan dan kesabaran bersama mereka.

Kami ingin mendoakan seluruh anak-anak dan cucu-cucu kami; baik yang masih bayi maupun sudah dewasa. Tuhan limpahkan kasih-Mu atas mereka. Mereka yang belajar dan menimba ilmu di rumah maupun bekerja. Lindungilah mereka dari tangan-tangan atau virus jahat. Kiranya mereka aman di tangan-Mu. Mereka bertumbuh dan berkembang seturut kehendak-Mu. Takut akan Engkau dan hormat pada orang tua. Jadikanlah mereka maju dalam studi dan karier. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya Wacana selalu meninggalkan kesan dan pesan yang positif  bagi para mahasiswanya, dengan tujuan, kelak bekal yang mereka dapatkan saat masa kuliah dapat berguna serta dapat menjadi “garam dan terang dunia.” 

Makna dalam kata Garam dan Terang Dunia merupakan sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Tuhan sebagaimana kita manusia harus bisa menjadi garam yang baik yang artinya, garam merupakn pemberi rasa, dapat dianalogikan bahwa, kita sebagai manusia harus memberi rasa berupa pengaruh yang baik bagi sesama dan lingkungan disekitar kita. Bagi Fakultas hukum UKSW, perumpamaan seperti ini terealisasikan dengan baik dengan adanya KBM Ungu Mengabdi untuk turut serta langsung terjun dalam lingkungan diberbagai daerah dan Ungu Mengajar untuk pengabdian mengajar dan memberitahu mengenai Ilmu-Ilmu Hukum diberbagai sekolah, serta membawakan sifat kasih bagi sesama dan menanamkan sifat kepeduli pada lingkungan sekitar. 

Selain diartikan sebagai pemberi rasa, garam juga dapat diartikan sebagai pengawet, hal tersebut dapat dianalogikan bahwa kita sebagai manusia harus menjadi pengawet atau dapat juga di artikan, bahwa sebagai mahasiswa harus dapat mempertahankan ajaran dan nilai moral serta kebenaran untuk menjadikan diri sendiri lebih baik. Entah itu pengajaran yang diberikan didalam kampus maupun diberbagai komunitas yang ada, selayaknya kita bawa ajaran baik tersebut untuk dapat diterapkan bagi kehidupan untuk bermasyarakat.  

Terang Dunia dapat diartikan bahwa, kita sebagai manusia harus memberi dampak yang baik bagi sekitar, bagaikan lilin yang tidak akan menerangi ditempat yang terang. Lilin akan lebih berguna jika ia diletakan ditempat yang gelap. Hal tersebut diharapkan bagi Mahasiswa FH UKSW untuk menjadi terang dimanapun mereka berada dan selalu memberi dampak yang baik bagi sesama. 

Belajar bukan hanya soal ilmu materi, nilai dan moral merupakan hal yang sangat perlu ditananmkan pada era yang semakin modern ini. Nilai merupakan sikap manusia dalam menilai segala sesuatu yang ada disekitarnya. Nilai juga dianggap penting oleh masyarakat, karena bisa menganggap baik dan buruk dalam masyarakat, sehingga membantu kita untuk bertindak serta mengambil keputusan. 

Sedangkan moral merupakan ajaran yang baik dan buruk tentang suatu kelakuan manusia. Pada dasarnya, moral membicarakan tentang tingkah laku atau akhlak manusia yang baik dan tidak baik. Dimana dalam menanamkan moral pada setiap pikiran maupun tingkah laku seseorang, menjadikan dirinya menjadi lebih bijaksana dalam melakukan sesuatu. 

Perumpamaan tentang aram dan terang dunia dapat menjadikan pedoman untuk seseorang bertumbuh dan berkembang untuk semua kalangan baik mahasiswa maupun untuk dosen, agar dampak dari proses belajar dan mengajar akan selalu berguna dan bermanfaar bagi siapapun dan dimanapun mereka berada, sebagai  bekal untuk menata serta menggapai tujuan, untuk ,mencapai masa depan yang lebih baik dan membanggakan.  

Meski ada banyak perguruan tinggi di Indonesia, yang bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa, namun Satya Wacana sebagai salah satu perguruan tinggi, tentu memiliki “nilai”yang berbeda yang perlu digelorakan dan diinternalisasikan, demi terwujudnya profil lulusan yang Creative Minority (minoritas yang berdaya cipta sehingga mampu mempengaruhi sekitarnya menuju kehidupan yang lebih baik).Creative minority tidak terkait dengan UKSW sebagai lembaga pendidikan Kristen, tetapi lulusan perguruan tinggi (termasuk lulusan UKSW) adalah bagian terkecil yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi, sehingga diharapkan mampu melakukan “perubahan” menuju masyarakat yang sejahtera. 

Pdt.Budi Asali, M.Div.

Apabila kita menjadi garam dunia maka kita akan berbuah
Matius 5:13 -Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Pengantar:

Kalau kita melihat Kejadian 1:4,12,18,21,25 maka kita melihat bahwa pada saat penciptaan, dunia dan segala isinya, dikatakan ‘baik’. Dan untuk manusianya dikatakan ‘sungguh amat baik’(Kejadian 1:31). Tetapi masuknya dosa ke dalam dunia (Kejadian 3) menyebabkan sekarang:

· dunia ini penuh dengan orang yang tidak mengenal Allah atau tidak peduli kepada Allah.

· dunia ini penuh dengan dosa dan moral yang bejad.

· dunia ini sedang menuju penghukuman Allah yang kekal / neraka.

Dalam dunia yang seperti inilah Tuhan Yesus menyuruh kita menjadi Garam dunia dan Terang dunia.

I) Garam dunia.

Kalau kita digambarkan sebagai garam dunia itu tidak berarti bahwa kita harus sama dengan garam dalam segala hal. Ini sama seperti kalau saudara mengatakan kepada seseorang ‘kamu itu seperti babi’. Tentu saudara hanya menyamakan dia dengan babi dalam hal-hal tertentu, bukan dalam segala sesuatu. 

Demikian juga kalau kita digambarkan sebagai garam. Jangan mengambil persamaan yang salah, yang bertentangan dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, misalnya: 

garam larut kalau kena air, jadi kalau hujan kita boleh bolos ke gereja. 

kalau makanan terlalu banyak garam rasanya jadi tidak enak, jadi sebaiknya dunia ini jangan terlalu banyak orang kristen. 

Lalu dalam hal apa kita harus sama seperti garam dunia?

1) Garam berfungsi untuk mengawetkan / mencegah kebusukan.

Pada jaman dimana belum ada kulkas / freezer, maka garam penting sekali baik bagi pemburu maupun nelayan untuk mengawetkan daging binatang buruan / ikan, karena garam bisa mencegah pembusukan.

Jadi kalau dikatakan bahwa kita adalah garam dunia, maka artinya adalah bahwa kita harus mencegah dunia dari kebusukan rohani.

Kita bisa melakukan hal itu dengan memberitakan Injil kepada dunia. Dan Pemberitaan Injil itu harus disertai dengan kesaksian hidup yang baik dan dengan doa. Tujuannya adalah membawa orang kepada Kristus, karena Kristus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yohanes 14:6 Kisah Para Rasul 4:12 1Yohanes 5:11-12).

Saya ingin tekankan tentang ‘memberitakan Injil’. Apa artinya?

Arti yang salah:

· Social Gospel (= Injil Sosial). Ini banyak dalam kalangan gereja Protestan, dimana aktivitas pemberitaan Injil dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang dilanda bencana alam, yatim piatu, dsb, dan apa yang mereka lakukan di sana hanyalah memberikan bantuan sosial. Orang-orang yang dibantu senang, tetapi tetap tidak bisa mengenal Kristus, dan akan masuk ke neraka pada saat mereka mati.

· Yesus ditekankan sebagai pemberi berkat jasmani, penyembuh, pembuat mujijat, penolong dalam kesukaran duniawi. Ini banyak dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik.

Memberitakan Injil yang benar, mencakup hal-hal ini:

a) Menyatakan dosa.

b) Menyatakan keadilan Allah / hukuman dosa, khususnya neraka.

c) Memberitakan Yesus sebagai Allah yang menjadi manusia, yang lalu mati di salib sebagai pengganti manusia berdosa / untuk memikul hukuman manusia berdosa.

d) Mendorong orang itu untuk mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

e) Menjelaskan hubungan iman dengan pertobatan dari dosa.


BACA JUGA: EKSPOSISI 1 KORINTUS 14:1-40 (KEJARLAH KASIH)


Kalau kita memberitakan Injil dan orang yang kita injili itu mau datang kepada Kristus, maka ia akan dicegah dari pembusukan.

Contoh:

¨ dulu Saulus adalah orang yang sedang membusuk. Tetapi setelah bertobat, ia menjadi Paulus, orang yang hidup bagi Tuhan dan berguna untuk Tuhan.

¨ ada cerita tentang seorang pemabuk yang bertobat. Lalu temannya mengejek dia dengan bertanya: ‘Apa betul Yesus bisa mengubah air menjadi anggur?’. Orang itu menjawab: ‘Aku tidak tahu apakah Yesus mengubah air menjadi anggur atau tidak, tetapi di rumahku Yesus mengubah bir menjadi perabot rumah tangga’.

2) Garam mengenakkan makanan.

Bagaimanapun pandainya seseorang memasak, kalau tidak ada garam, makanan menjadi hambar dan tidak enak. Jadi, garam mengenakkan makanan.

Kita adalah garam dunia; artinya kehadiran kita harus mengenakkan orang-orang di sekitar kita. Mereka harus merasa senang dengan kehadiran kita. Ini bisa kita lakukan dengan:

· mengasihi / menolong orang-orang di sekitar kita.

· mentaati dan menghormati orang tua.

· menghibur orang yang kesusahan.

Tetapi ini ada batasnya, yaitu kita tidak boleh melakukan sesuatu yang menyenangkan orang tetapi bertentangan dengan Firman Tuhan.

Contoh:

¨ mengantar orang ke dukun.

¨ memberi tahu waktu ulangan.

¨ membelikan orang rokok.

Hal lain yang harus kita ingat adalah bahwa hidup orang Kristen yang bagaimanapun baiknya tidak selalu menyenangkan orang dunia. Tuhan Yesus sendiri, yang hidupnya suci murni dan penuh kasih, tidak disenangi oleh banyak orang. Pada waktu kita memberitakan Injil, menegur dosa dan sebagainya, kita bisa mendapatkan permusuhan / kebencian (bdk. Galatia 4:16 1Petrus 3:13-14).

3) Garam mempengaruhi, bukan dipengaruhi.

Kalau garam dimasukkan ke dalam makanan, garam menjadikan makanan itu asin, Jadi garam mempengaruhi makanan. Karena itu, kalau kita adalah garam dunia, maka kita harus mempengaruhi orang dunia, dan bukan sebaliknya, orang dunia yang mempengaruhi kita (bdk. Roma 12:2). Apakah saudara mempengaruhi dunia atau dipengaruhi oleh orang dunia?

Misalnya:

· dalam soal rokok, minuman keras, ecstasy dan sebagainya, apakah saudara berani berkata ‘tidak!’ kalau ditawari?

· kalau saudara diajak berzinah, apakah saudara bisa menolak dengan tegas?

· kalau teman-teman di sekolah semua ngerpek / nyontek, dan saudara diajak, bisakah saudara menolak?

· kalau dunia menggunakan ‘jam karet’ / suka datang terlambat, apakah saudara juga demikian?

Sebaliknya, apakah saudara bisa mempengaruhi orang-orang di sekitar saudara dalam hal:

¨ pergi ke gereja, membaca / belajar Firman Tuhan, berdoa, melayani Tuhan?

¨ berbuat baik, seperti menolong orang?

¨ rajin belajar / bekerja dengan baik?

¨ ketundukan / hormat kepada orang tua, kesetiaan kepada istri / suami?

Kalau ketiga hal tersebut di atas tidak ada di dalam hidup kita, kita menjadi garam yang tawar, yang tidak berguna (Matius 5: 13).

Catatan: Stott dan Hendriksen mengatakan bahwa garam memang bisa menjadi tawar, kalau tercampur zat-zat lain.


Catatan: Mattew Henry, Kamu adalah garam dunia. Kata-kata ini akan mendorong dan menyokong mereka saat mengalami penderitaan, agar, sekalipun diperlakukan hina, mereka harus tetap menjadi berkat bagi dunia, lebih-lebih ketika sedang di tengah-tengah penderitaan. Para nabi yang ada sebelum mereka adalah garam bagi tanah Kanaan, tetapi para rasul adalah garam bagi seluruh bumi, sebab mereka harus pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil. Tampaknya mereka berkecil hati karena jumlah mereka begitu sedikit dan lemah. Apa yang mampu mereka lakukan di kawasan yang begitu luas seperti seluruh muka bumi ini? Tidak ada, jika mereka harus bekerja dengan menggunakan kekuatan senjata dan pedang semata. Namun, dengan bekerja tanpa suara seperti garam, maka segenggam garam itu akan menyebarkan rasanya ke mana-mana, menjangkau daerah yang luas, dan bekerja tanpa terasa dan tanpa penolakan seperti bekerjanya ragi. Pengajaran Injil itu seperti garam, yang menembus, cepat dan sangat kuat (Ibrani 4:12). Ia menjangkau hati (Kisah Para Rasul 2:37).

Ia membersihkan, mengharumkan, dan mengawetkan supaya tidak busuk. Kita membaca mengenai keharuman pengenalan akan Kristus (2Korintus 2:14), sebab selain pengenalan akan Kristus, pengetahuan lainnya hanyalah hambar saja rasanya. Perjanjian yang kekal disebut perjanjian garam (Bilangan 18:19), dan Injil itu sendiri adalah Injil yang kekal. Garam merupakan syarat dalam semua korban persembahan (Imamat 2:13), juga dalam Bait Suci Yehezkiel (Yehezkiel 43:24). Sekarang, setelah belajar sendiri tentang pengajaran Injil dan diutus untuk mengajarkannya kepada orang lain, murid-murid Kristus menjadi seperti garam. Perhatikanlah, orang-orang Kristen, terutama para pelayan Tuhan, adalah garam dunia.

Ringkasan: 

1.Kamu adalah garam dunia, kata-kata ini mendorong dan menyokong kita untuk tetap menjadi berkat bagi dunia ditengah-tengah sedang menderita.

2.Perhatikanlah, orang-orang kristen, terutama para pelayan Tuhan, adalah garam dunia.

TAFSIRAN ARTI MENJADI GARAM DUNIA (MATIUS 5:13).

-AMIN_