Apa yang seharusnya menjadi tujuan utama berpacaran dalam alkitab

PACARAN MENURUT IMAN KRISTEN

Seorang dikatakan  Remaja Kristen jika ia sudah percaya kepada Kristus dan kepercayaan  itu akan terlihat dari:

1.       Pemahaman diri sendiri

       Pemahaman atau  mengerti diri sendiri atau disebut bercermin diri merupakan suatu keadaan, dimana seseorang mengetahui sikap-sikapnya, sifat-sifat, Kemampuan dan sebagainya. Pemahaman ini merupakan salah satu cara untuk menjadi diri sendiri yang seutuhnya.

2.       Penerimaan dirinya sendiri

       Salah satu wujud identitas diri sesorang adalah kesanggupan individu dalam menerima dirinya sendiri. Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

3.       Menilai diri berdasarkan penilaian Tuhan

        Ketika seorang remaja percaya Yesus Kristus maka remaja tersebut harus mampu melihat penilaian Tuhan terhadap dirinya  karena Tuhanlah yang menciptakan manusia, menempatkan manusia dibumi, dan mengetahui lebih banyak tentang manusia dibanding dengan siapapun. Sehingga remaja tersebut tidaklah hanya memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan pandangan dunia. Seorang remaja yang melihat dirinya berdasarkan penilaian Tuhan akan menyadari bahwa dirinya sebagai pribadi ciptaan baru, pribadi yang berharga, pribadi yang mulia, dan pribadi yang dikuduskan.

          Pacaran berasal dari katan dasar pacar yang berarti pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Sehingga pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.

            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata berpacaran berasal dari kata dasar pacar (teman lawan jenis yang biasanya menjadi tunangan, kekasih). Berpacaran berarti bercintaan, berkasih-kasihan. Berpacaran merupakan hubungan dua orang yang berbeda jenis kelamin berdasarkan cinta. Perhatian terhadap orang lain tidak sama dengan perhatian terhadap pacar. Menurut Hardjana, “Pacaran adalah usaha untuk memadukan dua pribadi yang berbeda yang bertujuan agar pasangan pacara mendapatkan kesempatan untuk saling mengenal lebih mendalam dan saling membina kecocokan yang kemudian dilanjutkan ke jenjang yang didasarkan pada cinta.”

Dari hal di atas maka dapat dipahami bahwa secara umum pengertian berpacaran adalah suatu usaha memadukan dua “hati” untuk dilanjutkan ke jenjang pernikahan yang didasarkan pada cinta-kasih.

Pengertian Pacaran Menurut Iman Kristiani

          Konsep kehidupan orang Kristen berbeda dengan orang-orang lain. Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan dalam anugerah untuk mengambil bagian dalam rencana karya penyelamatan Allah dalam tuhan Yesus Kristus. Kehidupan yang bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelum dunia diajadikan (Efesus 2:10). Oleh karena itu, bagi orang Kristen bahwa pergaulan, pacaran, dan pernikahan tidak lain dari proses kematangan hidup untuk semakin dipersiapkan, memikul dan mengerjakan pekerjaan baik yang sudah disiapkan Allah.
Dalam Kekristenan pacaran disebutkan sebagai suatu masa perkenalan antara dua pribadi yang menjadi satu kesatuan tubuh dalam kasih dan iman yang sungguh kepada Allah (bnd Kej 2:24; 1 Kor 7:1-16). Pacaran bukanlah sekedar perkenalan saja, melainkan suatu hubungan yang mengikat dua pribadi menjadi satu keutuhan yang menuju kepada pernikahan kudus (bnd Mat 19:6a).

Cara Berpacaran Menurut Iman Kristiani

           Dalam berpacaran, ada hal yang harus kita perhatikan agar kita mengetahui mana pacaran yang sesuai dengan iman kita (Kristen) dan mana yang tidak. Hal tersebut antara lain :

1.      Pacaran itu harus didasari Kasih Allah. Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, keinginan dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang menyangkut kepada kepuasan diri sendiri, dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua, dan tai gigipun akan rasa coklat…dan sebagainya,….dsb. Orang dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi orang yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu: 1. Cinta Kasih 2. Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.

Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang semua ini berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam I Korintus 13:4-7. Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain. Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari makna cinta yang sebenarnya. Yes. 13:16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di mana anak-anak muda tidak perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga dampaknya kebebasan seks, adanya pengguguran kandungan dsb.

2.    Tahapan Pacaran Orang Kristen

Dalam berpacaran ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu :

  • Tahap Perkenalan : suatu tahapan di mana dua pribadi berusaha untuk saling mengenal satu sama lain. Bagi pria dan wanita yang sudah saling kenal sebelumnya, proses saling mengenal itu lebih cepat.
  • Tahap Penjajakan : pria dan wanita saling berusaha untuk mengenali kebiasaan, dan sifat-sifat. Dari situ mereka dapat saling mengetahui apa mereka beruda saling tertarik dan mau saling berhubungan lebih dekat.
  • Tahap Pendekatan : kedua individu berusaha untuk saling menerima satu sama lain, yang akhirnya menampakan ada rasa ingin lebih dekat lagi.
  • Tahap Kesepakatan : hubungan kedua individu yang berlainan tersebut bukan lagi sekedar kenal, bukan lagi sekedar bersahabat, melainkan melangkah dalam kesepakatan untuk menikah.

Akan tetapi dalam hubungan berpacaran, seringkali anak-anak remaja jatuh ke dalam dosa seks. Dengan kata lain melakukan seks di luar nika. Berbuat seoalh-olah sudah suami istri, atau menganggap “dunia ini milik kita berdua” dan kurang memperhatikan teman-teman lain yang ada di sekitarnya. Selain itu dalam berpacaran sering juga terhalang karena faktor orang tua tidak setuju, misalnya karena perbedaan suku/budaya, adanya perbedaan pendidikan. Oleh karena itu dalam berpacaran perlu adanya keterbukaan dan pengenalaan yang lebih mendalam lagi mengenai latar belakang seseorang yang akan dijadikan pacar. Selain itu terdapat juga masalah-masalah yang lebih khusus lagi, misalnya cemburu. Hal itu boleh saja terjadi untuk menandakan ada rasa cinta. Tetapi jika berlebihan akan mengakibatkan hal yang sangat fatal. Saling menerima satu sama lain, bukan yang didasarkan pada nafsu (cinta erotis) melainkan didasarkan pada kasih Ilahi.

3.    Sikap Yang Dibutuhkkan Dalam Pacaran

           Jadi, pacaran yang sehat sesuai Firman Tuhan itu seperti apa? Kalau kita mengerti bahwa kita adalah manusia yang berdosa sehinga mudah dikuasai oleh hawa nafsu, maka usahakan jangan berduaan di tempat sepi atau bahkan liburan berdua. Menghargai seks sebagai suatu anugerah yang harusnya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Menjadikan pasangan sebagai sahabat baik yang saling mendukung satu sama lain. Mencintai kepribadiannya dan bukan fisik ataupun materi yang dimiliki. Beberapa syarat yang harus dimiliki baik pria ataupun wanita seperti Adam dan Hawa (Kejadian 2:23-25). Pria: memiliki visi, mampu menjadi pemimpin atau menjadi kepala keluarga yang baik, dan bertanggung jawab. Wanita: memiliki kecantikan batin, pendukung, lemah lembut, tenang dan tidak mudah khawatir. Secara keseluruhan, pasangan yang baik adalah pasangan yang memiliki kasih sejati di dalam hidupnya.

           1 Korintus 13:4-5, Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Masing-masing dari kita harus mengaplikasikan sifat-sifat tersebut, sehingga kita mampu menjadi pasangan yang penuh kasih sesuai dengan apa yang baik di mata Tuhan.

4.    Batas-batas pergaulan Berpacaran

         Apakah dalam masa berpacaran boleh ada keterlibatan seksuil? Pertanyaan diatas merupakan hal menjadi pertanyaan  banyak kaum muda masa kini. Ada tiga macam praktek yang “biasa” di kalangan kaum muda di kala mereka berpacaran,  yaitu berciuman, berpelukan dan meraba-raba. Praktek berciuman dianggap oleh kaum muda sebagai suatu tindakan “yang biasa”, yang “tidak perlu diganggu gugat lagi”, yang “tidak usah dijadikan bahan cerita lagi” dsb. Benarkah itu?

          Bahkan banyak para pemuda yang mengartikan bahwa hubungan seks merupakan cara untuk menunjukkan rasa sayang kita kepada orang yang kita sayangi apalagi kalau dilakukan dan dialami sebagai wujud cinta kasih, sebagai sarana cinta. Padahal hubungan seks hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah menikah sebagai pernyataan kasih, karena hubungan seks yang dilakukan bukan karena nafsu birahi belaka, tetapi karena dorongan cinta personal.

            Seorang pemuda atau pemudi yang bijaksana, lebih-lebih yang takut akan Tuhan, perlu tahu bahwa praktek bercium-ciuman itu hanya boleh dilakukan dikalangan khusus yaitu diantara mereka yang sudah menikah. Praktek berpelukan ini pun sudah dianggap “biasa”. Sambil duduk-duduk berdekatan, dua orang muda itu saling membelai dan memeluk. Mengenai kebiasaan ini, itu memang perlahan tetapi pasti akan membawa kearah kerusakan. Fakta-fakta yang menyedihkan dalam kehidupan sehari-hari membuktikan bahwa sudah teramat banyak jumlah pemuda dan pemudi yang menjadi korban kebiasaan yang keliru itu.

           Kebiasaan meraba-raba adalah suatu kombinasi antara berciuman dan berpelukan. Kebiasaan ini lazim disebut dengan istilah “ bercinta system Braille”. Dan kebiasaan inipun telah menelan korban yaitu menghasilkan suatu pernikahan yang kacau atau tidak terhormat. Harapan mereka akan cita-cita yang murni dalam perkawinan telah kandas ditengah jalan.

            Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Di masa remaja, seseorang mengalami masa puber yang menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar. Seseorang juga ingin mencoba segala sesuatu yang baru seperti pacaran. Pacaran adalah proses memadukan dua hati (wanita dan pria).

           Khusus bagi remaja kristen, harus mengetahui cara berpacaran seperti apa yang sesuai dengan Firman Tuhan, dan harus mengutamakan kasih dalam berpacaran apakah itu kasih terhadap sesama terutama kasih terhadap Tuhan.

         Sekarang ini banyak berkembang gaya pacaran remaja yang berlebihan. Sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan gaya pacaran menurut iman kristiani diusia remaja, sehingga dampak negatif dari berpacaran dapat diminimalisasi dan memperbesar dampak positif dari berpacaran.

Penulis     :     Antony Kristanto (Mahasiswa STT Misi William Carey)