IAP2 Indonesia – Dilansir dari dokumen publikasi Visi Indonesia Emas di Tahun 2045 oleh Kementerian PPN/Bappenas, terdapat 4 (empat) pilar pencapaian tujuan yang terdiri dari, (1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, (3) Pemerataan Pembangunan, serta (4) Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan. Keempat pilar tersebut dibangun di atas Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar berbangsa bernegara dan konstitusi, dengan tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Gambar 1. Pilar Pembangunan Indonesia 2045 Sumber : Bappenas, 2019 Secara keseluruhan Visi Indonesia 2045 disasarkan untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang lebih baik dan merata dengan kualitas manusia yang lebih tinggi, ekonomi Indonesia yang meningkat menjadi negara maju dan salah satu dari 5 kekuatan ekonomi terbesar dunia, pemerataan yang berkeadilan di semua bidang pembangunan, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat dan demokratis. Penyusunan visi tersebut melalui proses yang melibatkan semua pemangku kebijakan di lingkungan eksekutif, yudikatif, dan legislatif; pendidikan tinggi; generasi muda; serta berbagai lembaga profesi. Hal inilah yang kemudian direfleksikan oleh Aldi Muhammad Alizar dalam acara Webinar Ko-Kreasi (20/11/2021), bahwa partisipasi publik dibutuhkan dalam menciptakan proses pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Dengan melibatkan berbagai pihak, keberterimaan program maupun kebijakan akan dapat dirasakan lebih oleh seluruh pemangku kepentingan. Dalam isu partisipasi, tinjauan terkait rencana pembangunan dalam konteks kerja sama antar pemangku kepentingan menekankan pentingnya pelibatan non-state actors dalam upaya peningkatan kerja sama pembangunan internasional. Pelibatan non-state actors ini diakomodir dalam RPJMN 2020-2024 yang mencakupi isu pembangunan global termasuk ketidakpastian ekonomi, dan pandemi COVID-19 yang mempengaruhi berbagai sektor pembangunan internasional. Baca Juga : Kepemimpinan Muda yang Partisipatif dan Kolaboratif dalam Sektor Entrepreneurship Keterlibatan non-state actors sebagaimana dicantumkan pada produk perencanaan dilakukan untuk mendapatkan perspektif yang menyeluruh terhadap upaya mewujudkan tujuan pembangunan internasional. Konteks global ini sesuai dengan arahan kebijakan ini adalah untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan dengan kerja sama seluruh pihak baik dalam maupun luar negeri, yang kemudian diharapkan mampu berdampak pada percepatan pencapaian target Indonesia Emas 2045. Dalam pemaparannya, Aldi juga menekankan beberapa isu penting yang menjadi cross-cutting issues pada lintas stakeholder dan menjadi tantangan bersama, yaitu diantaranya adalah tantangan untuk mengimplementasikan green recovery strategy paska COVID-19, yang berhubungan erat dengan pertumbuhan PDB Indonesia, kemudian pemahaman pada trend dan tantangan isu Demografi dan Urbanisasi yang didukung dengan Perkembangan Teknologi (artificial intelligence; blockchain, perpaduan AI, big data, dan IoT. Pada tinjauan publikasi lainnya, pentingnya non-state actors juga tercantum dalam produk turunan dari Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional – Kementerian PPN/Bappenas melalui produk Panduan Kemitraan Multipihak yang juga disusun bekerja sama dengan salah satu agensi PBB dalam skala regional yaitu UNESCAP. Dokumen ini didasarkan pada maksud untuk membangun model kemitraan yang berkelanjutan, terukur, dan transformatif sebagai kunci untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Dokumen panduan ini juga membahas poin terkait kaburnya batas-batas tradisional antar sektor pembangunan dimana semua pemangku kepentingan memiliki peran tata kelola yang besar dalam upaya mewujudkan agenda global yaitu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, termasuk merespon tantangan pada kondisi Indonesia dan juga berbagai negara di dunia yang semakin ditandai dengan ketidakpastian dan transformasi ekonomi dan sosial.
Ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan 17 Agustus 1945 berpenduduk sekitar 61 juta dan ketika memasuki 100 tahun kemerdekaan, tahun 2045, diprediksi jumlah penduduk mencapai 340 juta dengan 180 juta di antaranya termasuk usia produktif 15-24 tahun. Keadaan inilah yang di dalam istilah ekonomi kependudukan disebut dengan jendela demografi (the demografhic window of opportunity) yang berdampak pada salah satu dari dua kemungkinan yaitu bonus demografi (demografhic devidend) atau justru sebagai kutukan demografi (demografhic disease). Jendela demografi dapat menjadi bonus demografi apabila profil penduduk Indonesia berkualitas, sehingga merupakan potensi bagi negara untuk melakukan akselerasi ekonomi dengan menggenjot industri manufaktur, infrastruktur dan UMKM, karena berlimpahnya angkatan kerja. Sebaliknya, jendela demografi dapat pula berubah menjadi petaka atau kutukan demografi, yang akan menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara, manakala negara tidak melakukan investasi sumberdaya manusia (human capital investment).
Untuk memanfaatkan bonus demografi dan mewujudkan Indonesia emas 2045, menurut menteri keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa ada empat syarat agar terwujudnya Indonesia emas tahun 2045 yaitu kualitas manusia, ketersediaan infrastruktur, kualitas kelembagaan dan kebijakan pemerintah. Disisi lain juga menteri kesehatan Republik Indonesia Nila Moeloek juga menegaskan bahwa kualitas manusia dipengaruhi oleh kondisi kesehatannya. Masyarakat yang sehat tentu akan memberikan dampak yang positif atau melahirkan masyarakat yang berkualitas lainnya seperti infografis di bawah ini:
Infografis di atas menggambarkan kepada kita bahwa masyarakat yang sehat akan berdampak pada lahirnya masyarakat yang sejahtera, masyarakat yang bahagia, masyarakat yang mampu bersaing, masyarakat yang cerdas, masyarakat yang kuat yang tentunya akan berdampak pada kualitas negara kita sendiri. Namun pada kenyataannya, banyak dari masyarakat khususnya kaum muda yang masih rendah kesadarannya mengenai kesehatan padahal pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia gencar-gencarnya berusaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Di sinilah perlunya keterlibatan semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat. Nah, dalam tulisan ini saya akan mengulas seputar informasi mengenai Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai salah satu bentuk kontribusi saya menyuarakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Dibaca ya sobat!
Nah, untuk menjawab pertanyaan sobat, dibawah ini akan dijelaskan secara detail mengenai PTM. dibaca ya sobatku!
Penyakit Tidak Menular atau biasa disingkat dengan PTM merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, keadaan penyakit tidak menular ini masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas ini makin meningkat. Hal ini merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan khsusunya di Indonesia. Menurut Departemen Kesehatan Indonesia yang dikutip dari Klikdokter, penyakit tidak menular adalah penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 70 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular.
Gambar di atas menjelaskan bahwa, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (riskesdar) tahun 2013, PTM diakibatkan oleh kurangnya 26,1% aktifitas fisik, 93,6 % kurangnya makan sayur dan buah, 53,1% tinggi gula, 26,2% tinggi garam, 28,9% obesitas umum, 26,8% obesitas sentral, 36,3 prevelensi perokok, dan 4,6 mengkonsumsi alkohol. Itulah beberapa faktor penyebab resiko timbulnya penyakit tidak menular pada tubuh kita. Perlu sobat ketahui juga Penyakit Tidak Menular (PTM) tidak memandang muda atau tua, kaya atau miskin, semua bisa terkena PTM lo. Berdasarkan Litbangkes 2014 penyebab kematian utama di segala umur diakibatkan oleh 21,1% stroke, 12,9% penyakit jantung koroner, 6,7% diabetes dengan komplikasi, 5,7% tuberkulosis, dan seterusnya. Sedangkan penyebab kematian utama usia 30-70 tahun diakibatkan oleh 20,7% penyakit pembuluh darah otak, 14,9% penyakit jantung iskemik, 9,6% DM, 7% TB, dan seterusnya. Jika kita perhatikan gambar dibawah ini, penyakit tidak menular adalamh penyakit yang paling besar penyebab kematian utama di segala umur.
Penduduk usia produktif dengan jumlah besar yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru akan terancam apabila kesehatannya terganggu oleh PTM dan perilaku yang tidak sehat. Adapun penyebab PTM adalah perilaku pola hidup kita sehari-hari yang kita masih menganggap biasa, padahal sangat berbahaya bagi kesehatan kita.
GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja. Peran Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) untuk mencegah timbulnya penyakit tidak menular (PTM) dapat dilakukan dengan CERDIK. Apa itu CERDIK? Yuk simak pembahasan dibawah ini:
PTM dapat dicegah dengan cara mengendalikan faktor risiko yang diyakini menjadi penyebabnya. Kegiatan pengendalian faktor risiko PTM bertujuan untuk mendorong agar mandiri dalam penerapan gaya hidup sehat melalui perilaku 'CERDIK'. Mari kita berkenalan dengan pola perilaku 'CERDIK' untuk mencegah timbulnya PTM: C ( Cek Kesehatan Secara Rutin ) Baik disadari ataupun tidak, kita sering meremehkan kesehatan. Kebanyakan orang baru akan memeriksakan dirinya apabila mengalami keluhan atau bahkan ada orang yang tidak mau memeriksakan dirinya sama sekali dengan alasan takut ketahuan penyakit yang dideritanya. Banyak ditemukan orang-orang yang memiliki tensi sangat tinggi masih melakukan aktivitas seperti biasa hingga mendadak terkena serangan stroke atau jantung atau bahkan meninggal secara tiba-tiba. Oleh karena itu, jaga kesehatan kita dengan cara merubah cara pandang mengenai kesehatan bahwa lebih baik mencegah dan mengetahui sejak dini penyakit yang diderita dari pada mengalami komplikasi dan susah diobati. Periksakanlah kesehatan minimal cek tekanan darah, ukur lingkar perut, tinggi badan dan timbang berat badan minimal sebulan sekali. Memonitor perilaku merokok, diet dan aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin dan periodik. E ( Enyahkan Asap Rokok ) Banyak jenis penyakit tidak menular yang berhubungan dengan asap rokok. Kita juga sering mendengar fenomena second smoker dan third smoker yakni perokok pasif yang ikut beresiko terkena penyakit akibat terpapar asap atau residu bekas rokok. R ( Rajin Aktivitas Fisik ) Menurut WHO, kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor resiko munculnya penyakit-penyakit tidak menular. Pembinaan jasmani sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Agar tubuh kita semakin sehat dan bugar, disarankan melakukan olahraga rutin minimal 30 menit setiap hari. Bagi orang yang memiliki kesibukan dan tidak sempat berolahraga, dapat memilih aktivitas yang mendukung fisik bergerak aktif. Diet seimbang adalah pola konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dari jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh termasuk pemilihan bahan makanan yang tidak mengandung pengawet, makanan rendah gula, rendah garam, tinggi serat dan kalori seimbang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur dapat menekan kadar tekanan darah tinggi dan kolesterol, juga dapat menurunkan resiko kegemukan. Tidur adalah kebutuhan dasar setiap orang. Tidur yang cukup diharapkan bisa menjaga kesehatan tubuh. Karena itulah setiap orang harus memenuhi kebutuhan tidur yang durasinya disesuaikan dengan usia. Pada usia produktif, orang dewasa membutuhkan 7-8 jam tidur setiap harinya Stres adalah suatu keadaan berupa respon sesorang terhadap situasi yang diterimanya sebagai tantangan atau ancaman. Seseorang yang mengalami stres umumnya merasakan perasaan tertekan, cemas, letih, takut dan depresi. Hal-hal yang dapat mengurangi stres dengan selalu berfikir positif, berusaha sabar dan ikhlas, meningkatkan ibadah dan mensyukuri nikmat Tuhan YME. ***
Dapatkan Tips dan Info mengenai Kesehatan dengan mengikuti Kemenkes RI di: - Instagram : @kemenkes_ri - Facebook : Kementerian Kesehatan RI - Twitter : @KemenkesRI Sumber Gambar: - koran88.com - http://sehatnegeriku.kemkes.go.id Infografis By: - Lalu Teguh Jiwandanu
- http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/?s=penyakit+tidak+menular - http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/foto/20141014/1211275/deteksi-dini-untuk-penyakit-tidak-menular/ - http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20140615/3410375/kurang-gerak-tingkatkan-resiko-penyakit-tidak-menular/ - http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/?s=penyakit+tidak+menular&paged=2 - http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20140429/3310394/penyakit-tidak-menular-berdampak-ekonomi/ - http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20130626/488116/prinsip-pencegahan-penyakit-tidak-menular-ptm-dan-regulasinya/ - http://www.depkes.go.id/article/view/16111500002/germas-wujudkan-indonesia-sehat.html - http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/materi_rakorpop_2018/Strategi%20Pengendalian%20Penyakit%20Tidak%20Menular%20Terintegrasi.pdf Tags: Healthy |