Apa peran Sunan Drajat dalam hal tatanan nilai dan sosial budaya

JATIM | 7 Juli 2020 15:00 Reporter : Rizka Nur Laily M

Merdeka.com - Sunan Drajat atau Raden Qasim merupakan salah satu anggota Wali Songo yang makamnya ada di Jawa Timur. Tepatnya di pesisir utara di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan seperti dikutip dari liputan6.com.

Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel, seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Selain Sunan Drajat, anak Sunan Ampel yang lain yakni Sunan Bonang yang makamnya berada di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Dalam menyebarkan ajaran Islam di masa lalu, Sunan Drajat menekankan pada aspek pendidikan moral. Ia dikenal sebagai wali yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kaum miskin. Ajarannya yang terkenal yakni Catur Piwulang, terdiri dari ajakan untuk memberi pertolongan, makan, pakaian, serta melindungi masyarakat yang membutuhkan.

2 dari 5 halaman

©2020 Merdeka.com/liputan6.com

Dalam melakukan syiar ajaran Islam, Sunan Drajat memilih pendekatan melalui pendidikan moral. Ia dikenal sebagai wali yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakat miskin.

Sunan Drajat merupakan anggota Wali Songo yang mengembangkan dakwah Islam melalui jalur pendidikan moral. Ia juga dikenal sebagai wali yang punya kepudulian tinggi terhadap masyarakat miskin.

Dalam bukunya berjudul Atlas Wali Songo (2012), Agus Sunyoto mengisahkan bahwasanya Sunan Drajat mendidik masyarakat sekitar supaya memiliki kepedulian terhadap nasib fakir miskin, mengutamakan kesejahteraan umat, serta memiliki empati.

3 dari 5 halaman

©2020 Merdeka.com/liputan6.com

Di antara pendidikan moral yang ditekankan oleh Sunan Drajat dalam melakukan syiar ajaran Islam di Lamongan dan sekitarnya yakni etos kerja keras, kedermawanan, pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, serta gotong-royong.

Sementara itu, dalam hal yang lebih teknis, Sunan Drajat mengajarkan kepada masyarakat mengenai teknik-teknik membuat rumah dan tandu.

4 dari 5 halaman

©2020 Merdeka.com/liputan6.com

Dalam beberapa literatur, beberapa ajaran Sunan Drajat disebut-sebut erat kaitannya dengan ajaran tasawuf. Pasalnya apa-apa yang diajarkan memiliki kedalaman makna dan implikasi. Baik dalam sisi kebatinan maupun yang kaitannya dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari.

Dikutip dari nu.or.id, diskursus ajaran sosial-religius Sunan Drajat itu dapat dielaborasi dan diimplementasikan dalam konteks terkini. Sebagai sebuah konstruksi filosofis yang realistis dalam upaya untuk mengurangi angka kemiskinan.

Nilai-nilai luhur yang diajarkan Sunan Drajat memiliki sisi menarik, yakni ajakan melakukan perbuatan terbaik untuk umat atau masyarakat. Pesan-pesan luhur Sunan Drajat dikenal dengan sebutan Catur Piwulang. Isinya yakni mengenai ajakan memberi pertolongan, makan, pakaian, hingga perlindungan bagi masyarakat yang membutuhkan.

5 dari 5 halaman

©2020 Merdeka.com/liputan6.com

Sebagaimana lazimnya para wali, kata-katanya banyak yang punya kesan kebijaksanaan serta membuat orang yang mendengarnya merenungkan arti kehidupan. Berikut beberapa kata bijak Sunan Drajat yang memiliki makna mendalam.

1. Memangun resep tyasing Sasoma (Kita sebaiknya selalu membuat senang hati orang lain)

2. Jroning suka kudu éling lan waspada (Di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)

3. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (Dalam perjalanan untuk mencapai cita-cita luhur, kita harusnya tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)

 4. Mèpèr Hardaning Pancadriya (Kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)

5. Heneng-Hening-Henung (Dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita-cita luhur).

6. Mulya guna Panca Waktu (Suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)

7. Wenehono teken marang wong kang wuto (Berilah tongkat pada orang yang buta).

8. Wenohono pangan marang wong kang kaliren (Berilah makan pada orang yang kelaparan).

9. Wenohono sandang marang wong kang wudo (Berilah pakaian pada orang yang telanjang).

10. Wenohono payung marang wong kang kawudanan (Berilah payung pada orang yang kehujanan)

(mdk/rka)

KOMPAS.com - Sunan Drajat lahir sekitar tahun 1470 Masehi. Sunan Drajat masih memiliki hubungan saudara dengan Sunan Bonang.

Sunan Drajat memiliki nama kecil Raden Qasim atau Raden Syarifuddin. Ia adalah putra dari Sunan Ampel dan Dewi Candrawati.

Sekitar tahun 1520 Masehi, Sunan Drajat diberi gelar Sunan Mayang Madu, oleh Raden Patah. Sunan Mayang Madu dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi kepada sesamanya.

Ia sering memberi bantuan kepada fakir miskin. Sebelum menyebarkan agama Islam, Sunan Drajat berusaha untuk membuat warga masyarakat hidup dalam kemakmuran.

Mengikuti jejak ayahanda

Mengutip dari Buku Kisah Teladan Walisongo: Sembilan Wali Penyebar Islam di Jawa (2007) karya M. Faizi, diceritakan jika Sunan Ampel, ayah Sunan Drajat, memberi pengajaran dakwah serta taklim kepada Sunan Drajat.

Sehingga Sunan Drajat memiliki gaya berdakwah yang lugas sama seperti Sunan Ampel. Ia mengawali pengajaran dakwahnya di daerah pesisir Gresik.

Hingga pada suatu hari, Sunan Drajat terdampar di daerah Banjarwati, yang saat ini lebih dikenal sebagai daerah Lamongan di Provinsi Jawa Timur.

Baca juga: Sunan Giri, Menyebarkan Islam Lewat Permainan Kanak-kanak

Setahun setelah memberi dakwah di Banjarwati, Sunan Drajat melanjutkan perjalanannya ke arah selatan yang berjarak kurang lebih satu kilometer.

Kemudian ia mendirikan pesantren Dalem Duwur di daerah tersebut, yang saat ini lebih dikenal sebagai Desa Drajat, berlokasi di daerah Paciran, Kabupaten Lamongan.

Kepada santrinya, Sunan Drajat memberi pengajaran tentang tauhid serta akidah, menggunakan gaya yang lugas sama seperti ayahnya.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sunan Drajat nama aslinya adalah Syarifudin bergelar Raden Qasim.

Lahir di Surabaya tahun 1470 M, Sunan Drajat adalah anak dari Sunan Ampel dan Nyi Ageng Manila.

Sunan Drajat adalah saudara kandung Sunan Bonang atau Raden Mahdum Ibrahim.

Selain bernama Raden Qasim, Sunan Drajat dikenal juga dengan nama Maulana Hasyim, Raden Syarifudin, pangeran Kadrajat, dan Sunan Mayang Madu.

Ibunya berdarah Jawa yang membuat pengetahuannya tentang bahasa, sastra dan budaya lebih dominan bercorak Jawa.

Sunan Drajat juga sangat pandai menggubah berbagai jenis tembang macapat pungkur berisi pesan-pesan Islam, seperti Sunan Bonang.

Menginjak usia sekolah, ia belajar langsung kepada Sunan Ampel, ayahnya.

• Sunan Bonang dan Peran Pentingnya dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Kemudian Sunan Ampel mengirimnya ke Cirebon memperdalam ilmu agama kepada Sunan Gunung Jati.

Kepergiannya nyantri di Cirebon mempertemukannya dengan sang istri, Dewi Sufiyah, putri Sunan Gunung Jati.

Setelah menikahi Dewi Sufiyah, Raden Qasim tinggal di Kadrajat, Jawa Timur sehingga disebut Pangeran Kadrajat atau Pangeran Drajat.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Pontianak

Gaya Hidup Buruk, Diabetes Mengancam Kaum Muda

Oleh Erik Erfinanto pada 08 Sep 2020, 04:00 WIB

Diperbarui 08 Sep 2020, 08:22 WIB

Perbesar

Makam Sunan Drajat, Lamongan

Liputan6.com, Jakarta - Raden Qasim atau yang lebih akrab dengan sebutan Sunan Drajat merupakan anak dari Sunan Ampel yang menyebarkan Islam di pesisir pantai utara Lamongan, Jawa Timur.

Dalam cerita tutur disebutkan, perjalanan Sunan Drajat ke pesisir pantai utara Lamongan merupakan sebuah kebetulan belaka. Tadinya, ia diutus oleh sang ayah untuk menyebarkan Islam di pesisir barat Gresik.

Namun, perahu yang ia tumpangi hancur dihantam ombak di tengah laut. Untungnya, ada ikan yang menolongnya hingga selamat dan membawanya mendarat di bibir pantai.

"Dalam peristiwa pecahnya perahu itu, Raden Qasim dituturkan ditolong oleh ikan cucut dan ikan talang sampai mendarat di sebuah tempat yang disebut Jelag, yaitu gundukan tanah yang tinggi dibanding sekitar, yang masuk ke dalam Desa Banjarwati,” tulis Agus Sunyoto dalam buku Atlas Walisongo.

Kedatangan Raden Qasim disambut baik oleh sesepuh kampung yang dikenal dengan sebutan Kyai Mayang Madu dan Mbah Banjar. Di tempat itu pula dirinya menikah dengan Nyai Kemuning yang merupakan putri dari Ki Mayang Madu.

Di tempat ini Sunan Drajat memulai jalan dakwahnya. Tak butuh waktu lama, masyarkat setempat menerima dengan baik dakwah tersebut. 

Hal itu bukan tanpa alasan, ada sejumlah jurus yang ia jalankan hingga dakwahnya lancar dan diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Lantas apa saja jurus yang dipakai Sunan Drajat dalam menyebarkan agama Islam di tempat baru itu, berikut ulasannya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Perbesar

Makam Sunan Drajat, Lamongan

Sunan Drajat adalah salah satu Wali yang berjiwa sosial tinggi. Hal itu tercermin dari jalan dakwah yang ia tempuh, yaitu dengan cara menyejahterakan masyarakat.

Baginya, kesejahteraan merupakan jurus untuk mengambil hati masyarakat. Setelah masyarakat sejahtera secara ekonomi, barulah memberi pemahaman tentang ajaran Islam.

“Sunan Drajat dikenal sebagai penyebar Islam yang berjiwa sosial tinggi dan sangat memerhatikan nasib kaum fakir miskin serta lebih mengutamakan pencapaian kesejahteraan sosial masyarakat,” tulis Agus Sunyoto.

Membangun Mental Masyarakat

Jurus yang dipakai Sunan Drajat selanjutnya adalah dengan cara memperbaiki mental masyarakat setempat, yaitu dengan cara mengajari masyarakat agar bekerja keras dan saling membantu satu sama lain.

Dengan mengajari masyarakat untuk saling menolong, maka akan tercipta kemakmuran dan menghilangkan kemiskinan.

“Ajarannya lebih menekankan pada empati dan etos kerja keras berupa kedermawanan, pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong-royong,” tulisnya.

Perbesar

Sunan Drajat | Dok. Bintang.com/Ardini Maharani

Jurus lain yang dipakai Sunan Drajat untuk menyebarkan dakwahnya adalah dengan menggunakan sarana seni. Salah satu jenis kesenian yang ia pilih adalah seni musik.

“Sunan Drajat diketahui menggubah sejumlah tembang tengahan macapat pangkur, yang digunakan menyampaikan ajaran falsafah kehidupan kepada masyarakat,” tulisnya.

Berdakwah Lewat Wayang

Selain lewat seni musik, Sunan Drajat juga menggunakan sarana pertunjukan wayang untuk melancarkan jalan dakwanya. Cara tersebut sama seperti yang telah dilakukan oleh kakaknya, yaitu Sunan Bonang.

“Sunan Drajat juga dikisahkan menyukai pertunjukan wayang dan sesekali memainkan wayang sebagai dalang, sebagaimana Sunan Bonang, kakaknya,” tulisnya.

Sejumlah peninggalan Sunan Drajat yang masih terpelihara sampai sekarang ini salah satunya adalah seperangkat gamelan yang disebut “Singo Mengkok” dan beberapa benda seni lain yang tersimpan di Museum Sunan Drajat.

Lanjutkan Membaca ↓

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA