Apa nilai moral dari cerita tupai dan kera brainly

KOMPAS.com - Siapa yang tidak tahu kisah si Kancil? Semasa kanak-kanak guru atau orang tua pasti menceritakan kisah-kisah yang mengandung pesan moral. Cerita yang sarat akan pesan moral disebut juga fabel.

Dilansir dari Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi (2010) karya Riris K. Toha-Sarumpaet, ke mana pun kita pergi, fabel yang notabene adalah upaya penanaman moral ini kita dengar dan temukan.

Untuk mempelajari lebih dalam mengenai fabel, mari membaca contoh-contoh. Berikut contoh fabel hewan singkat dan pesan moralnya:

Contoh 1

Diambil dari Ayo Lindungi Aku! 45 Fabel tentang Hewan-Hewan yang Terancam Punah (2015) karya Hanaco. Judulnya “Kakatua Jambul Kuning”.

Burung kakatua jambul uning itu biasa disapa Dija. Karena ceroboh, ia terpisah dari keluarganya. Padahal Dija sudah berkali-kali diingatkan untuk berhati-hati karena pemburu memasang banyak jebakan untuk menangkap penghuni hutan.

Dija belum jauh meninggalkan rumah ketika masuk perangkap. Susah payah dia mencoba melepaskan diri, tapi semuanya sia-sia saja. Ketika para pemburu melihatnya, mereka bersorak kesenangan.

“Hei, lihat!” panggil seseorang kepada teman-temannya. “Aku menemukan burung langka. Kita bisa kaya dengan menjualnya.”

Baca juga: Fabel: Pengertian, Ciri dan Unsurnya

Dalam sekejap beberapa manusia pun berkumpul da memelototi Dija. Burung kakatua itu sangat ingin mematuki para pemburu tersebut. Mereka sering berbuat jahat pada penghuni hutan.

Dija hanya bisa menangis dalam hari. Dia takut tidak akan pernah bertemu keluarga dan teman-temannya lagi. Dija kemudian tinggal di rumah mewah dengan banyak barang aneh. Si pemilih rumah memberinya nama baru.
“Doris…”
Itulah nama yang diucapkan lelaki itu tiap kali melihat Dija. Saat itu, Dija ingin berteriak bahwa namanya bukan Doris. Sayangnya, dia tidak bisa berbicara bahasa manusia.

Pemilik rumah juga mengajarinya berbicara. Jika Dija berhasil melakukan apa yang diminta, makanannya akan ditambah. Jika gagal, lelaki itu malah makin berusaha keras melatih Dija.
“Kamu memang burung yang sangat cantik dan pintar, Doris,” kata laki-laki itu berulang kali.

Dija suka dipuji. Tapi bukan dengan cara seperti ini. Dulu, pujian teman-temannya untuk jambulnya yang bisa mengembang, membuatnya sangat bahagia. Sekarang sebaliknya.

Suatu ketika, rumah mewah itu dipenuhi banyak tamu. Sangkar Dija dibawa ke ruang tamu yang luas. Banyak orang menatapnya takjub. Mengagumi keindahan warna bulunya dan jambul kuning Dija. Lalu burung itu disuruh bicara.
“Apa kabar? Apa kabar? Apa kabar?” Dija mengulang kata-kata itu dan suaranya disambut tepuk tangan. Begitu terus hingga Dija merasa lelah.

“Bagus, Doris, kamu memang burung yang luar biasa,” puji si pemilih rumah lagi.
Saat itu, tiba-tiba Dija mengucapkan namanya sendiri berkali-kali. Wajahnya tampak sedih.
“Dija… Dija… Dija… Dija…”

Fabel hewan di atas memuat pesan moral mengenai perburuan liar. Hewan langka seperti kakatua, seharusnya dibiarkan hidup bebas di alam agar berkembang biak sesuai habitatnya. Hewan yang dilindungi tidak boleh diburu, dijadikan pajangan, atau dipelihara manusia. Pesan moral lainnya adalah, turuti nasihat orang tua atau keluarga. Dija masuk perangkap pemburu karena tidak mengindahkan nasihat keluarganya. Akhirnya ia tidak dapat kembali ke hutan, terkurung, dan hidup dalam kesedihan.

Ada banyak dongeng hewan yang mengandung pesan moral, salah satunya adalah cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah. Buat yang belum pernah membaca kisahnya, menyimak artikel ini adalah pilihan yang tepat.

Dongeng tentang buaya memang ada banyak versinya. Salah satunya adalah cerita fabel Buaya yang Serakah dan Monyet Cerdik. Dongeng ini memiliki pesan moral sehingga cocok untuk kamu ceritakan pada adik, keponakan, atau anak.

Secara singkat, cerita fabel ini mengisahkan tentang seekor buaya serakah yang memanfaatkan kebaikan monyet cerdik. Meski awalnya mereka berteman, ternyata Buaya memiliki niat jahat pada Monyet.

Penasaran dengan kelanjutan kisah dari cerita fabel Buaya yang serakah dan Monyet cerdik ini? Tak perlu berlama-lama lagi, langsung saja simak artikel ini. Selain kisahnya, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami rangkum. Selamat membaca!

Apa nilai moral dari cerita tupai dan kera brainly
Sumber: YouTube – T-Series Kids Hut

Di tengah hutan yang sangat lebat ada sebuah sungai yang besar. Di dalamnya, hiduplah seekor buaya besar yang sudah tua. Namanya adalah Kroko. Tubuhnya lemah dan rapuh sehingga ia tak bisa berburu lagi.

Pada suatu hari, ia kelaparan dan badannya sangatlah lemas. Kroko mencoba menangkap ikan, tapi selalu gagal. Karena merasa kelelahan, ia pun memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon yang rimbun.

Setelah istirahat beberapa saat, ia melihat ada seekor monyet yang sedang bertengger di dahan pohon. Monyet itu sedang menikmati buah yang nampak lezat. Sang buaya pun menginnginkan buah itu.

“Hai, Kera. Buah apakah yang sedang kau makan? Bisakah kau membaginya padaku sedikit? Aku sangat kelaparan. Sudah berhari-hari aku tak makan,” ucap Kroko.

“Hmm. Buah ini namanya beri. Rasanya sangatlah manis. Aku akan memberikannya padamu. Makanlah hingga kenyang,” ucap Monyet sembari melemparkan buah beri pada Kroko.

“Rasanya sungguh nikmat. Terima kasih sudah memberiku buah, Kera. Ngomong-ngomong, namaku Kroko. Siapa namamu?” tanya Kroko.

“Namaku Mongki. Kalau menginginkannya lagi, datanglah kemari. Aku kan memberimu beberapa buah beri yang sangat lezat ini,” jawab Mongki.

“Terimakasih, Mongki. Aku sangat bersyukur bila bisa berteman dengamu,” ucap Kroko.

“Tenta saja kau bisa berteman denganku. Kapan pun kau butuh buah beri, aku akan memberikannya padamu,” jawab Mongki.

Baca juga: Legenda Asal-Usul Pulau Senua dan Ulasan Menariknya, Pulau yang Berbentuk Seperti Ibu Hamil

Berteman Baik

Sejak saat itu, setiap hari Kroko mendatangi Mongki untuk meminta buah beri. Dengan senang hati, seekor monyet ini memberikan buah pada Kroko. Mereka pun berteman dengan baik.

Terkadang, Kroko datang ke dekat pohon untuk bermain dengan Mongki. Si Mongki juga kerap naik ke punggung Kroko untuk berjalan-jalan di sungai. Mereka melalui hari bersama dengan suka cita.

Pada suatu hari, tiba-tiba Kroko teringat akan istrinya. Ia ingin sang istri juga menikmati kelezatan buah beri yang beberapa hari ini ia makan.

“Temanku, Mongki, aku ingin istriku juga memakan buah beri. Bisakah kau berikan sedikit buah beri pada istriku? Aku mohon padamu,” ucap Kroko.

“Tentu saja. Aku akan memetikkan buah beri yang banyak untuk istrimu. Kau kan temanku. Mintalah padaku apa pun yang kamu mau,” jawab monyet yang baik hati ini.

Setelah itu, Mongki dengan senang hati memetik banyak buah beri. Ia lalu memberikannya pada Kroko. Dalam perjalanan pulang ke rumah, Kroko tersenyum bahagia berharap sang istri juga menyukai buah beri.

Sesampainya di tempat tinggal mereka, Kroko langsung menghampiri istrinya, “Istriku, lihat apa yang aku bawa untukmu. Buah-buah beri ini sangatlah manis sepertimu.”

“Wah, terima kasih Suamiku. Tapi, bagaimana caranya kamu mendapatkan buah-buah ini? Bukankah pohon buah beri sangatlah tinggi. Mana bisa kau memetiknya,” tanya sang istri.

“Bukan aku yang memetiknya. Aku punya teman seekor kera yang sangat baik hati. Ia yang memetik buah-buah ini. Rasanya sangat manis, kan?” jawab Kroko.

Meminta Jantung Monyet

Setelah memakan habis buah beri yang suaminya berikan, buaya betina berhenti sejenak. Ia tampak memikirkan sesuatu.

“Istriku, apa yang sedang kau pikirkan? Buah ini sangat lezat, bukan?” ucap sang suami.

“Iya, Suamiku. Buah ini rasanya sangatlah manis. Tapi, sampai kapan kita akan memakan buah-buahan saja? Aku baru saja berpikir tentang kera, temanmu itu, setiap hari ia selalu makan buah beri, bukan? Aku tak bisa membayangkan betapa manisnya jantung temanmu itu,” ucapnya sembari tersenyum.

“Iya benar, temanku Mongki setiap hari memakan buah-buah beri ini. Tapi, apa maksudmu bertanya seperti itu, Istriku?” tanya buaya jantan.

“Sebenarnya, aku hanya membayangkan betapa manisnya jantung kera itu. Apalagi, sudah lama aku tak memakan daging. Pasti rasanya lezet bila memakan daging dan jantung kera segar. Suamiku tercinta, bisakah kau mendapatkan jantungnya untukku?” ucap sang istri memohon.

“Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya, Istriku. Kera itu teman baikku. Dia sudah banyak membantuku. Aku tak ingin mengkhianatinya. Jika aku memberikannya jantungnya padamu, ia akan mati,” ucap Kroko sedikit marah.

“Terserah apa katamu! Aku hanya mau jantung kera itu! Cepat pergi dan bawalah pulang kera itu. Kalau kau tak melakukannya, aku akan pergi meninggalkanmu,” teriak buaya betina mengancam Kroko.

Mendengar ucapan istrinya, Kroko menjadi galau dan kalut. Ia bingung harus berbuat apa. Ia tak ingin kehilangan teman baiknya, Mongki. Akan tetapi, ia juga tak ingin kehilangan istrinya.

Mengajak Kera Berkunjung Ke Rumah Buaya

Setelah berpikir sekian lama, akhrinya Kroko memutuskan untuk membawa Mongki ke rumahnya. Ia lalu menghampiri sang monyet yang sedang asyik memakan buah beri.

“Mongki, temanku, istriku sangat menyukai buah beri yang kau petik. Sebagai tanda terima kasih, ia mengundangmu untuk makan malam di rumahku. Ayo kita ke rumahku,” ajak sang buaya.

“Benarkah begitu, Kroko? Wah, istrimu baik sekali. Baiklah, ayo kita pergi,” ucap Mongki gembira.

Dalam perjalanan menuju ke rumah buaya, Mongki wajahnya tampak bahagia, ia lalu bertanya, “Kroko, kira-kira makanan apa yang akan istrimu sajikan untukku?”.

“Kamu suka pisang, kan? Istriku akan menyajikan roti panggang pisang yang sangat lezat spesial untukmu. ia juga telah menyiapkan beberapa pisang segar,” jawab Kroko berbohong.

“Waah, sepertinya sangat lezat. Aku sudah tak sabar ingin mencicipi makanan yang istrimu buatkan. Rasanya aku semakin lapar. Nanti, aku akan memakan pisang-pisang itu dengan lahap. Hahaha,” ucap sang monyet dengan wajah bahagia.

Melihat wajah temannya yang sangat berbahagia, sang buaya menjadi iba dan sedih. Ia ingin sekali menyelamatkan teman baiknya itu. Setelah berpikir sejenak, ia pun memutuskan untuk memberi tahu Mongki kejadian yang sebenarnya.

“Mongki, maafkan aku. Aku hendak berkata yang sejujurnya kepadamu. Istriku sangat ingin memakan jantungmu. Ia berpikir jantungmu sangat manis karena kau setiap hari memakan buah beri. Jika ia tak memakan jantungmu, ia akan pergi meninggalkanku,” ucap buaya.

Sang kera sangat terkejut mendengar pernyataan sahabat baik yang ia percaya itu. Dirinya tak menyangka jika sahabatnya tega menjebak dirinya. Ia lalu mendapatkan ide untuk menyelamatkan diri.

“Oh begitu rupanya. Kenapa kau tak memberitahuku sejak awal kalau istrimu akan memakan jantungku? Kami para kera, menyimpan jantung kami di atas pohon. Sekarang, kita harus kembali ke pohon untuk mengambil jantungku. Ayo antar aku dulu ke pohon,” ucap Mongki dengan tenang.

“Oh, begitu bodohnya aku. Aku baru tahu bila kera tak membawa jantung mereka. Baiklah, ayo kita kembali ke pohon. Kalau kita sampai rumahku tak membawa jantungmu, istriku akan pergi dariku,” jawab sang buaya bodoh.

Kecerdikan Mongki

Sesampainya di tepi sungai, Mongki langsung berlari meninggalkan buaya dan memanjat pohon  tinggi-tinggi. Ia lalu berkata pada Kroko, “Kau buaya bodoh! Bisakah kita menyimpan jantung kita dan tetap hidup? Kau mudah sekali untuk kubohongi. Seperti halnya aku yang mudah kau tipu. Dasar kau pengkhianat.”

“Ah benar sekali. Mana mungkin kita bisa hidup tanpa jantung. Betapa bodohnya aku,” ucap Kroko.

“Aku selama ini menganggapmu sebagai teman baikku. Setiap hari, aku memberimu buah beri. Aku bahkan memetikkan banyak buah untuk istrimu. Dan, inikah balasanmu padaku? Kenapa kau setega itu padaku?” ucap Mongki geram.

“Maafkan aku, Mongki, aku terlalu mencintai istriku. Sampai-sampai aku mengabaikan pertemanan kita,” jawab Kroko meminta maaf.

“Aku tak mau mendengar kata maaf dari buaya serakah sepertimu. Mulai dari sekarang, aku tak mau berteman denganmu. Aku tak akan memberikanmu lagi buah beri yang manis ini. Pergi kau dari hadapanku,” bentak Mongki.

Buaya menyesali perbuatannya. Ia kini kehilangan segalanya. Teman baiknya sudah tak percaya lagi dengan dirinya dan istrinya pun pergi meninggalkannya. Ditambah lagi, ia juga tak bisa memakan buah beri yang manis itu.

Baca juga: Kisah Legenda Dara Muning Asal Kalimantan Barat dan Ulasannya, Kisah Cinta Sedarah yang Membawa Petaka

Unsur Intrinsik

Kamu suka dengan cerita fabel Monyet dan  Buaya yang serakah ini? Buat yang penasaran dengan tema, perwatakan tokoh, hingga pesan moralnya, berikut adalah uraiannya;

1. Tema

Tema atau inti dari cerita fabel ini ini adalah tentang keserakahan dan pengkhianatan. Tak hanya itu, cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah ini juga mengisahkan tentang kecerdasan seekor kera bernama Mongki.

2. Tokoh dan Perwatakan

Apa nilai moral dari cerita tupai dan kera brainly
Sumber: Moral Stories

Tokoh utama dalam cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah ini ada dua, yaitu Mongki dan Kroko. Mongki adalah hewan yang baik hati dan suka menolong. Buktinya, ia dengan senang hati dan tulus membantu sang buaya.

Tak hanya itu saja, Mongki juga sangat cerdas. Ia dengan cepat mengatur rencana mengelebahui buaya agar bisa menyelamatkan diri.

Sementara itu, Kroko adalah buaya yang serakah. Padahal, ia setiap hari sudah mendapatkan buah beri yang Mongki petik. Bukannya berterima kasih, ia malah menjebak Mongki agar bisa menjadi santapan istrinya.

Selain tokoh utama, cerita ini juga memiliki tokoh pendukung yang turut mewarnai kisahnya, yaitu istri Kroko. Ia memiliki sifat yang jahat dan serakah. Meski sudah mendapat kebaikan, ia tetap meningingkan jantung monyet.

3. Latar

Cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah menggunakan beberapa latar tempat. Sebut saja sungai, bawah pohon beri, dan rumah Kroko.

4. Alur Cerita Fabel Monyet dan Buaya yang Serakah

Kalau menyimak dengan seksama, kamu tentu bisa menebak kalau alur cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah adalah maju. Cerita bermula dari seekor buaya yang kelaparan.

Lalu, ia melihat seekor kera yang sedang menyantap buah beri dengan sangat nikmatnya. Buaya bernama Kroko ini meminta beberapa buah beri pada Monyet yang namanya adalah Mongki.

Berawal dari situ, mereka berteman dengan baik. Namun, Kroko mengkhianati pertemana mereka. Ia berniat membawa Mongki ke rumahnya karena sang istri menginginkan jantung kera ini.

Pada akhirnya, Mongki membohongi Kroko untuk menyelamatkan diri. Buaya yang bodoh dan serakah itu pun tak lagi punya teman dan istrinya meninggalkan dirinya.

5. Pesan Moral

Ada beberapa pesan moral yang terkandung dalam dongeng ini, salah satunya adalah berbuatlah baik kepada sesama makhluk hidup. Jika kamu punya rezeki yang lebih, jangan lupa untuk membagikannya pada orang yang membutuhkan.

Amanat lain dari kisah ini adalah jangan berbuat serakah dan bersyukurlah atas apa yang kamu punya sekarang. Padahal, sang buaya sudah mendapatkan kenikmatan berupa teman yang baik dan makanan enak. Akan tetapi, ia justru mengkhianati temannya.

Akibatnya, ia kehilangan semua yang sempat ia miliki, yaitu teman, istri, dan makanan. Seandainya tak menuruti keinginan istrinya yang keji itu, ia mungkin hanya kehilangan seorang istri. Tapi, ia masih punya teman yang baik hati.

Selain intrinsik, cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah ini juga mengandung unsur ekstrinsik. Yakni hal-hal dari luar cerita yang bisa melengkapi kisahnya, seperti nilai moral, sosial, juga budaya.

Baca juga: Legenda Putra Lokan Asal Riau dan Ulasannya, Kisah tentang Seorang Pangeran Tampan yang Dibuang

Fakta Menarik

Setelah membaca unsur intrinsik dari cerita fabel ini, apakah kamu penasaran dengan fakta-fakta menariknya? Jika iya, berikut adalah ulasan singkatnya;

1. Memiliki Beragam Versi

Apa nilai moral dari cerita tupai dan kera brainly

Cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah memiliki beragam versi. Salah satu versinya mengisahkan tentang seekor buaya yang hendak menangkap seekor bebek yang sedang berenang di sungai.

Ia bisa saja dengan mudah menangkap dan memakan bebek itu. Namun, sang bebek berkat, “Tubuhku sangat kecil. Kamu tak akan kenyang bila memakanku. Di sana ada seekor domba, kamu bisa menangkapnya saja.”

Sang buaya setuju dengan perkataan sang bebek. Ia lalu datang menemui domba dan hendak memakannya. Namun, domba berkata sama dengan bebek. Ia mengatakan kalau di sana ada hewan yang tubuhnya lebih besar dari dirinya, yaitu si gajah.

Singkat cerita, si buaya datang menemui gajah. Namun, gajah itu dengan mudah membunuh buaya dengan kakinya yang besar. Itu hanyalah salah satu versi lain kisah ini. Masih ada beberapa versi cerita lainnya.

2. Diadaptasi Menjadi Tayangan Animasi

Ada banyak tayangan animasi yang mengadaptasi cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah ini. Ada yang menggunakan bahasa Indonesia, ada pula yang berbahasa Inggris. Kamu bisa menonton videonya dengan mudah di YouTube.

Baca juga: Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu

Saatnya Membagikan Cerita Fabel Monyet dan Buaya yang Serakah Pada Si Kecil

Demikianlah cerita fabel Monyet dan Buaya yang serakah beserta ulasan lengkapnya. Ceritanya cukup menarik, kan? Sekarang, saatnya kamu membacakan kisahnya pada anak, keponakan, atau adikmu yang masih kecil.

Kalau masih butuh cerita dongeng yang lain, kamu bisa langsung telusuri kanal Ruang Pena pada situs PosKata.com. Kamu akan menemukan dongeng tentang Ulat yang Sombong, Tupai dan Ikan Gabus, atau Semut dan Merpati. Selamat membaca!