TEMPO Interaktif, WASHINGTON: Debit air di sungai-sungai besar di dunia berkurang di sepanjang separuh abad terakhir ini. Fakta itu terungkap lewat analisis yang dilakukan tim peneliti yang dipimpin Aiguo Dai dari Pusat Penelitian Atmosferik Nasional Amerika Serikat terhadap 925 sungai besar di dunia mulai dari 1948 sampai 2004."Sumber-sumber air tawar dunia kelihatannya akan berkurang di beberapa dekade ke depan, terutama karena perubahan iklim," kata Dai seperti diungkapkannya dalam Journal of Climate milik American Meteorological Society yang akan terbit pada 15 Mei nanti.Selain berpengaruh terhadap populasi manusia yang hidup dekat ataupun bergantung pada air sungai, dampak berkurangnya debit sungai juga dirasakan samudra dunia. Dampak terbesar dirasa Samudra Pasifik karena berkurangnya pasokan air yang masuk ke dalam samudra terluas di dunia ini setara dengan membendung sepenuhnya aliran Sungai Mississippi di Amerika Serikat.Satu-satunya laut atau samudra yang masih menikmati peningkatan input air tawar dari sungai adalah Arktik. Namun, di sini pun peningkatan terjadi karena pemanasan global yang membuat salju dan es mencair. "Menghilangnya gletser di kawasan ini dan juga di tempat lainnya seperti Dataran Tinggi Tibet tentu akan membuat dampak perubahan iklim lebih buruk lagi," kata Dai.Dai memang cuma menyebut perubahan iklim yang menyebabkan sungai-sungai mengering. Tapi, makalah yang disusunnya mencantumkan faktor lain juga terlibat seperti bendungan-bendungan dan penyedotan air sungai untuk industri dan kebutuhan pertanian."Perubahan jangka panjang debit sungai seharusnya menjadi perhatian utama dalam konteks pemanasan global," begitu kata Dai. Pasalnya, Dai menambahkan, studi menemukan di banyak kasus sungai besar di dunia, efek aktivitas tahunan manusia terhadap perubahan debit sungai itu masih relatif kecil dibandingkan dengan variasi iklim.Beberapa sungai besar di dunia yang menunjukkan penurunan debit itu termasuk Amazon, Kongo, Changjiang (Yangtze), Mekong, Gangga, Irrawaddy, Amur, Mackenzie, Xijiang, Columbia, dan Niger. WURAGIL | AP Show
Rekomendasi BeritaAnies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?
Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global. Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan GondrongKetika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong
Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah. Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?
Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial? Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?
Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya? Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu BaraFaisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara
Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara. BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip TsunamiBMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami
BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang. Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global WarmingMensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming
Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming. Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 JutaCegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta
Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta. Peduli Perubahan Iklim, Ramon Y Tungka Mau ke Amerika LatinPeduli Perubahan Iklim, Ramon Y Tungka Mau ke Amerika Latin
Ramon Y Tungka mengatakan, perjalanannya tersebut bukan sekadar untuk bersenang-senang. Lengkungan Es di Arktik Mencair Lebih Cepat dari PerkiraanLengkungan Es di Arktik Mencair Lebih Cepat dari Perkiraan
Lengkungan es di sepanjang Selat Nares, yang memisahkan Greenland dengan Pulau Ellesmere, Kanada, mencair dua bulan lebih awal.
PENDAHULUAN ha1 ini diperhitungkan maka untuk Jawa dan Madura aliran mantapnya menjadi 589.4 m3 per jiwa per tahun, yang berarti sudah di bawah rata-rata keperluan air di tingkat nasionai (Salim, 1978). Menurut Doelhomid (1972) potensi air di Jawa berdasarkan perhitungan curah hujan efektif mencapai 158 000 juta m3 per tahun. Dari sejurnlah tersebut diperwnakan untuk keperluan irigasi lebih kurang 38000 juta rn3 pada musim hujan dan 13 000 juta m3 pada musirn kemarau. Sedangkan untuk keperluan industri air minum dan domestik di Jawa diperkirakan tidak lebih dari 12 000 juta m3 per tahun. Dengan demikian masih terdapat pemborosan air yang terbuang ke laut yang kadang-kadangterlebih dahulu menirnbulkan banjir. Dengan memperhitungkan ledakan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan pembangunan, terutama di Jawa dan Madura, serta keadaan potensi air seperti tersebut di atas maka pada tahun 2 000 pulau Jawa. Madura dan Nusa Tenggara akan menghadapi defisit air yang cukup serius. Kerisauan terhadap ancaman krisis air ini telah dirasakan tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Konperensi-konperensiintemasional rnengenai masalah tersebut akhirakhir ini telah sering dilakukan. Di mulai dengan konperensi "Air untuk Perdamaian" yang diadakan di Washington DC tahun 1967, dilanjutkan dengan Konperensi Lingkungan Hidup di Stockholm tahun 1972, Kongres "Air untuk Kebutuhan Manusia" di New Delhi tahun 1975, Konperensi Air Sedunia di Man del Plata di Argentina tahun 1977, Konperensi Pengendalian Pencemaran Air di Negarmegara yang Sedang Berkembang di Bangkok pada bulan Pebruari 1978, Konperensi Lingkungan di Nairobi pada bulan Mei 1978 sampai ke Kongres "Air untuk Keselamatan Manusia" yang diadakan pada bulan Juni 1978, semuanya memberikan perhatian yang serius terhadp krisis air yang sedang mengancam kehidupan manusia dewasa ini (Notodihardjo, et a/., 1978). Pada Konperensi Air Sedunia di Man del Plata, Argentina, pada tahun 1977 yang dihadiri oleh 116 utusan negara dan 96 utusan organisasi internasional, para peserta sependapat untuk bekerjasarna dalam suatu "Rencana Aksi Man del Plata" untuk rnengejar saJaran benama yaitu rnengarnankan air sehat bagi setiap manusia di tahun 1990 dan bagi kenaikan produksi pangan agar negara berkembang dapat berswasembada pangan, sehingga teratasi kelaparan yang mengancam penduduk dunia (Salim, 1978). Menurunnya debtt sungai pada suatu tempat akan berakibat fatal bagi pembangunan baik di bidang pertanian maupun non pertanian. D i bidang pertanian ha1 ini dapat mengakibatkan berkurangnya areal sawah yang dapat diairi dan menurunnya produksi tanaman pertanian lainnya, yang rnemerlukan air irigasi. Bahkan dapat menggagalkan panenan sekaligus. D i bidang bukan pertanian ha1 i n i akan menghambat pembangunan di sektor industri, perkotaan, pemukiman, tenaga listrik dan lain sebagainya yang memerlukan air banyak. Lebih-tebih lagi bila dii k u t i fluktuasi debit air yang besar, pada suatu saat terjadi banjir yang meminta korban baik harta rnaupun jiwa seperti yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. D i pihak lain terjadi saat-saat kritis kekurangan air pada musim kemarau. Dengan melihat kenyataan bahwa permintaan akan air justru terdapat di pulau-pulau yang kurang banyak rnemiliki air maka pengelolaan surnberdaya air dalarn pernbangunan rnenjadi sangat strategis. Menurut Salirn (1978) ada tiga langkah pendekatan yang perlu diambil dalarn mengelola air untuk pembangunan d i rnasa depan, yaitu (1) ikhtiar untuk mernperbesar kernarnpuan menyirnpan dan rnenahan aliran mantap air atau dengan perkataan lain rnernperkecil fluktuasi debit sungai; ( 2 ) peningkatan efisiensi penggunaan air; dan (3) usaha perneliharaan kualitas air. Salah satu masalah yang kita hadapi dalam usaha kita memelihara kualitas air adalah kecenderungan peningkatan kadar lumpur d i beberapa perairan sungai. Peningkatan kadar lurnpur akan menurunkan kualitas lingkungan. D i lingkungan pemukirnan, daerahdaerah industri, daerah perkotaan maupun perkarnpungan yang sehat diperlukan air yang cukup dan bersih. Banyak waduk-waduk yang menurun kapasitas tampungnya karena hasil sedirnentasi, seperti yang dikemukakan oleh Haeruman (1977). Demikian pula di luar negeri Copeland (1960) mengemukakan bahwa tujuh belas waduk yang dibangun untuk peneegahan banjir dan erosi di sesuatu daerah allran sungai seluas 12 m i l penegi di New Mexico Barat Laut kehilangan 35 persen kapasitas tarnpungnya dalam waktu lirna tahun pertama. Kadar lumpur yang berasal dari partikel-partikel suspensi liat, lernpung, bahanbahan organik terurai, bakteri, plankton, dan organisme-organisme lainnya menyebabkan kekeruhan air (NTAC, 1968; Renn, 1970). Arus yang mengalir d i atas dasar perairan dapat mengikis dan rnengaduk dasar perairan sehingga dapat mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan yang bersangkutan. Kondisi air yang keruh biasanya tidak disukai oleh hewan benthos f Reid, 1961).Selanjutnya NTAC (1969) rnenyatakan bahwa partiket tanah atau pasir dan jugaendapan lain akan merusakdasar perairan yang berkerikil dan berbatu-batu karena partikel-partikel tersebut akan mengendap dan menutupi celahcelah kerikil dan pasir,sehingga menghilangkan nilai guna dasar perairan sebagai wilayah pernijahan ikan habitat berbagai insekta air serta invertebrata, seperti siput, udang air tawar, dan sebagainya. Pengelolaan surnberdaya tanah erat sekali hubungannya dengan pengelolaan sumberdaya air baik ditinjau dari segi penggunaan atau pemanfaatannya maupun dari segi pengawetannya. Oieh karena i t u pengelolaan yang baik dari kedua sumberdaya tersebut mutlak diperlukan agar pemanfaatan ganda dari kedua surnberdaya tersebut dapat dipertahankan dan diperkembangkan secara optimum, seimbang dan lestari. Sebagaimanavang dikemukakan oleh Soerianegara (1977) bahwa pengelolaan sumberdaya alam adalah usaha manusia u n t u k mengubah ekosistem sumberdaya alam agar manusia memperoleh manfaat maksimum dengan mengusahakan kontinuitas produksinya, atau suatu proses pengalokasian sumberdaya alam dalam ruang dan waktu u n t u k memenuhi kehidupan manusia (O'Riordan, 1971). D i sini tentunya. dalam mengalokasikan sumberdaya alam harus dicari keseimbangan antara populasi manusia dan sumber- daya agar terhindar dari kelangkaan sumberdaya alam maupun kerusakan lingkungan hidup. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. Sehubungan dengan latar belakang dan dasar-dasar pemikiran yang telah diuraikan di atas maka tujuan penelitian i n i adalah u n t u k mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi debit air dan kadar lumpur d i perairan sungai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah u n t u k mengambil kebijakan mengenai pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya tanah dan sumberdaya air, seperti dalam hal-ha1 sebagai berikut : a. Perencanaan tata guna tanah (landuseplanning~ . b. Perencanaan tata guna air. c. Menentukan kegiatan dan skala prioritas dalam pelaksanaan program perlindungan hutan, tanah dan air. d. Perencanaan lokasi dan jenis kegiatan dalam pelaksanaan program INPRES penghijauan dqn reboisasi. e. Perbaikan kualitas lingkungan. f. Pengamanan waduk dan lain-lain. Penelitian i n i dilaksanakan d i daerah tarnpung atau sub daerah aliran sungai (Sub DAS) yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Barat, yang meliputi 30 unit daerah tampung atau sub daerah aliran sungai. KERANGKA TEORI : Tinjauan Pustaka Berbicara rnengenai debit air dan kadar lumpur tidak lepas daripada pembicaraan rnengenai limpasan dan erosi karena besarnya lirnpasan dan erosi ini akan mernpengaruhi debit air dan kadar lurnpur. Baver (1956) rnengemukakan bahwa faktor-faktor yang rnempengaruhi erosi adalah iklirn (C),topografi (TI, s ~ f a dan t jenis tanah (S), vegetasi (V), dan rnanusia (M). Hubungan tersebut dirumuskan secara deskriptif sebagai berikut : E = f (C.T.S.V.M.) ...................................... (I) Oleh Arsyad (1975) E dalam rumus di atas diartikan sebagai "kerusakan tanah". Peubah-peubah dalam persamaan tersebut ada yang dalam batas-batas tertentu dapat diubah dan ada yang secara langsung t a k dapat diubah. Faktor-faktor yang dalam batas-batas tertentu dapat diubah adalah faktor vegetasi, topografi, dan sifat tanah. Faktor iklirn tak dapat diubah sedangkan faktor manusia tergantung pada perlakuan yang diterapkan dalam penggunaan tanah. Wixhemeier (1959) dan Wischemeier dan Mannering (19691 dalam Arsyad (1975) mernperkenalkan suatu istilah energi-intensitas hujan ( E l ) yang merupakan pengukur terbaik bagi pengaruh b e ~ m antara a hujan terhadap erosi. E l disebut pula sebagai lndeks Erosi Potensial. Hail-hasil perhitungan dengan rumus Wischerneier yang diterapkan d i Indonesia, di Jongyol dan Bogor menunjukkan bahwa El3, yang merupakan interaksi energi-intensitas hujan maksimum selama 30 rnenit berkorelasi linier sangat nyata dengan besarnya erosi yang terjadi. E I,, didapat dari hubungan sebagai berikut : El, = CE (13,.10-2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2) sedangkan E adalah energi kinetik hujan dalam t o n meter per h a i l 0 0 untuk setiap periode, dan ,I adalah intensitas hujan rnaksimum selarna 30 rnenit yang terjadi selama waktu hujan. Sedangkan nilai E dihasilkan dari hubungan : E=210,3+891ogl ......................................... (3) di rnana I adalah intensitas hujan dalam cm/jam yang terjadi dalam satu periode, dan E adalah energi k i n e t i k hulan dalqm t o n meter per hektar per jam. intersepsi air Vegetasi rnempengaruhi aliran perrnukaan dan erosi melalui (i) hujan oleh bagian vegetatif sehingga mengurangi banyaknya air yang sampai k e tanah, (b) mengurangi jatuh butir-butir hujan dan daya angkut aliran perrnukaan oleh bagian vegetatif dan sisa-sisa vegetatif yang tersebar d i atas permukaan tanah. (c) rnemperbesar porositas tanah dan kapasitas penyerapan air oleh akar dan sisa-sisa vegetasi d i dalam tanah yang mernperbaiki struktur tanah, dan (d) mengurangi kadar air tanah melalui transpirasi (Tedjojuwono, 1959. Arsyad, 1975). Faktor topografi yang mempengaruhi aliran perrnukaan dan erosi adalah tingkat kerniringan tanah dan panjang lereng. Hubungan antara tingkat kerniringan tanah dan panjang lereng dirurnuskan oleh Zing (1940, dalam Baver, 1956) sebagai berikut : a. U n t u k tingkat kemiringan tanah : Xc*= 0.0025 L'.53 ...................................... (4) b. U n t u k panjang lereng . Xc = 0.65 S1:49 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5) c. U n t u k keduanya (kemirngan tanah dan panjang lereng) : Xc = C.SlALl.6 ....................................... (6) sedangkan : sedangkan : X, L = banyaknya tanah yang terangkut (tonlacre) panjang lereng (ft) = kemiringan tanah (%) = konstanta yang tergantung pada kecepatan infiitrasi, sifat fisik tanah. intensitas dan larnanya hujan. Menurut Gustafson (1948) hubungan antara kemiringan tanah dan kecepatan air mengalir di atas perrnukaan tanah adalah bahwa kecepatan air mengalir tersebut sebanding dengan : (a) pangkat dua kekuatan rnengikis atau mengerosi tanah. [b) pangkat enarn besarnya b u t i r bahan yang tererosi, Lc) pangkat lima besarnya bahan yang terangkut. Faktor sifat tanah yang berperan dan rnempengaruhi erosi adalah (a) kapasitas infiltrasi tanah dan {b) stabilitas agregat tanah ( A r l a d , 1977). Tiap jenis tanah mernpunyai kepekaan erosi yang berbeda-beda tergantung dari sifat-sifat fisik tanah tersebut. Kepekaan tanah terhadap erosi dinamai erodibilitas tanah. Menurut Bennett (1939) erodibilitas tanah ditentukan oleh sifat-sifat fisik tanah, antara lain tekstur, stmktur, kandungan bahan organik dan susunan kirnia tanah. Sedangkan Thompson (1957) menarnbahkan k e empat faktor tersebut di atas faktor kedalarnan tanah, sifat-sifat tanah, dan kesuburan tanah. Berdasarkan faktor-faktor yang menentukan erodibilitastanah tersebut maka jenis-jenis tanah yang mempunyai kepekaan erosi besar adalah : Atuvial, Grumusol, Renzina, Brown Forest Soil, Andosol, Podsolik Merah Kuning, Podsol, Hidmrnorf Kelabu, Gley Humus, Planosot dan Solonzak. Tanah yang rnempunyai kepekaan erosi kecil adalah Latosol dan L$terit A i r Tanah. Sedangkan jenis tanah Mediteran Merah Kuning rnempunyai kepekaan erosi sedang hingga besar (Dudal dan Supraptohardjo, 1957). Faktor rnanusia, menurut Arsyad (1977) tergantung pada bagairnana rnanusia rnau mengusahakannya, yang tergantung pula pa& tingkat pengwsaan teknologi, tingkat pendapatan, hubungan antara input dan output pertanian, pendidikan, penyuiuhan, pernilikan tanah, dan penguasaan tanah. Dengan rnengetahui faktor-faktor yang berpengamhterhadap erosi tersebut d i atas maka dapat diketahui bagaimana caracara penanggulangannya. Hubungan antara besarnya erosi dan faktor-faktor yang mernpengaruhinya seperti tersebut d i atas secara kuantitatif dapat ditetapkan dengan rnetoda prediksi erosi. Menurut Arsyad f 1977) rnetoda pfediksi erosi yang paling sederhana dan dapat dipergunakan d i Indonesia sebelum dikembangkan metode yang paling tepat aclalah rnetoda Browning (1947, dalarn Thompson, 19571. Dalam rnetoda ini hubungan antara besarnya erosi yang akan terjadi dengan tindakan pengawetan tanah yang digunakan dinyatakw sebagai berikut : AsS.L.E.D.C.F.P. . .. . . .. . ... . .. (7) sedangkan : A = banyaknya e r w i yang terjadi (ton/acre), S = faktor kecurarnan lereng, L = faktor panjang lereng, E = faktor erosi dari tanah yang telah rnengalami kemsakan, D = faktor kepekaan erosi, C = faktor cara bercocok tanam, F = faktor pemeliharaan kesuburan tanah, P = faktor metoda mekanik pengawetan tanah. ; - S C .. . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . # Nilai nurnerik untuk faktor-faktor tersebut rnempakan nisbah (ratio) kehilangan tanah untuk setiap keadaan dengan keadaan dan perlakuan baku. Williams dan Berndt (1972) mengernukakan bahwa "persamaan ercsi urnurn" (universafsoil iarr equation) sangat berguna untuk mernperkirakan erosi di lapangan dalarn suatu bidang tanah, karena dikembangkan berdasarkan data dari petakpetak kecil, akan tetapi tidak praktis bila dipergunakan untuk mengukur hasil sebimen d i sesuatu daerah aliran sungai untuk keperluan perencanaah waduk. Persarnaan erosi urnum yang dirnaksudkan adalah sebagai berikut : A = R.K.L.S.C.P. . . . (8) sedangkan : A = banyaknya erosi per tahun (tonlacre) yang diperkirakan. R = faktor curah hujan, K = faktor kepekaan erosi tanah. L = faktor panjang lereng, S = faktor kecuraman lereng, C = faktor tanaman-sistem pengolahan, P = faktor tindakan-tindakan pengawetan tanah. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . Untuk pe*itungan hasil endapan sungai dari rurnus tersebut perlu rnodifikasi tersendiri. Mengenai pengaruh hutan terhadap debit air dan hasil sediman, Manan (1977) mengernukakan hutan mempunyai pengaruh baik, baik terhadap pengurangan perbedaan fluktuasi debit sepanjang tahun rnaupun kualitas a i m y . Sungai-sungai dan danaudanau yang tidak terganggu rnanusia rnernpunyai kualitas yang baik dan tinssi, seperti danau Poso. Towuti. di Sulawesi Tensah. Keadaan debit air dan hasil . sedirnen serta kualitas air d i perairan sungai merupakan cerrninan daripada pengelolaan daerah aliran sungai yang bersangkutan, d i sarnping kondisi fisik lingkungannya. Sarnpurno (1976) rnenyatakan bahwa kesegaran hutan d i hulu akan rnernberikan pengaruh fsangat berakibat) menyenangkan d i bagian hilir, yaitu tidak terjadi pendangkalan sungai secara cepat, berkurangnya banjir, cukupnya air tanah dan air permukaan serta berkurangnya pengendapan lurnpur di pantai dan di pelabuhan. Kualitas aliran air d i sungai sangat bervariasi besar dengan debit sungainya, dtsebabkan perubahan-perubahan pada dalarnnya dan daya angkut dari sungai selarna terjadi hujan lebat. Makin besar arus air rnakin banyak muatan air yang diangkut. Bahan-bahan yang berasal dari daerah-daerah pertanian urnurnnya bahan anorganik, sedangkan dari daerah hutan umurnnya sedimen organik. Pada umumnya, hutan kayu berdaun lebar, rnenghasilkan lebih banyak sedimen organik daripada hutan kayu jarurn (Manan, 1977). Mengenai pengaruh penebangan hutan terhadap hasil air, Manan (1977) mengernukakan bahwa percobaan-percobaan d i begerapa tempat di dunia rnenunjukkan bahwa sesudah penebangan sebagian atau seluruhnya akan terjadi penambahan hasil air (water yield]. Hal ini disebabkan o k h perubahan evapotranspirasi Persentase dari total hutan atau luas bidang dasar (basal areal) yang ditebang, cenderung berkorelasi langsung dengan penarnbahan d a l m hasil air. Percobaan semacam ini juga telah dilakukan oleh Hibbert (1967, dalam Hewtett dan Nutter, 1969) yang meliputi 31 percobaan pada daerah aliran sungai. Tidak ada percobaan penebangan hutan yang menghasilkan penurunan hail air. Percobaan yang menggunakan DAS dengan dibiarkan turnbuh kernbali hutannya menunjukkan bahwa efek sebaliknya segera timbul, yaitu penurunan hasil air. Hal itu penting sekali untuk diketahui oleh para pengelola daerah aliran sungai (Manan, 1977). . Penimusan Masatah p e l i t i a n Dari uraian-uraian di atas ternyata bahwa penelitian-penelitian yang telah m e n 9 hasilkan model-model persamaan empirik (pemmaan (1) s/d (8) didasarkan penelitian-penelitian satuan petak-petak bidang tanah yang kecil, terpisah, tidak mempakan suatu pola yang kompleks seperti apa yang terlihat d i wilayah yang luas dan bervariasi. Oleh Williams dan Berndt (1972) persamaan (8) dipergunakan untuk mengukur hasil endapan dengan modifikasi-modifikasi tersendiri disesuaikan dengan kondisi daerah aliran yang diselidiki. Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian petak-petak satuan bidang tanah yang tersendiri, tetapi dicoba dalam satuan wilayah yang lebih luas dan lebih kompleks, d i mana tiap-tiap faktor yang diduga mempengaruhi debit air dan kadar lumpur membentuk polapola yang kompleks di dalam satuan atau u n i t daerah tampung atau sub daerah aliran sungai. Bertitik t d a k dari anggapan bahwa debit sungai dan kadar lumpur dipengaruhi oleh manusia dengan kegiatannya di atas kondisi fisik dan lingkungannya maka dicoba untuk membuat suatu model kerangka hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi debit sungai dan kadar lumpur dalam suatu DAS atau sub DAS seperti terlihat pada Gambar 1. Manusia Dari segi manusianya, di Indonesia ini, lebih-lebih di pulau Jawa, perkembangannya sangat cepat, baik perkembangan jumlahnya maupun perkembangan kegiatannya. Sepeni digambarkan oleh Djojohadikusumo (1975) bahwa pulau Jawa pa& tahun 2 000 akan merupakan suatu "pulau kota" (islandcity). Gambaran tersebut didasarkan pada anggapan menurunnya tingkat kesuburan sebesar 25 persen dalam satu generasi, sehingga penduduk .di negeri kita pada tahun 2.000 akan mencapai 2 5 0 jum jiwa lebih, yang berarti lebih dari dua kali lipat jumlah penduduk pa& tahun 1971. Dari 250 juta pendududk tersebut di antaranya 146 juta jiwa akan berm u k i m di pulau Jawa dan Madura dengan kepadatan 1.105 jiwa per km2, suatu tingkat kepadatan yang jauh lebih besar daripada pusat-pusat perkotaan yang paling padat penduduknya d i Eropa Barat dewasa ini. Sebaliknya, tanah sebagai tempat untuk melaksanakan usaha-usaha manusia tenebut tidak bertambah luasnya, sehingga perubahan jumlah dan bentuk kegiatan manusia tersebut dengan sendirinya akan mengakibatkan perubahan dalam pola tata guna tanah. Selanjutnya perubahan-perubahan dalam pola tata guna tanah akan mengakibatkan perubahan-perubahan lingkungan hidup, karena tanah dan air merupakan salah satu komponen ekosistem yang mempunyai hubungan yang saling kait mengait dengan komponen lainnya dalam suatu ekosistem d i sesuatu wilayah. Dari segi manusia, pengaruhnya terhadap debit air dan ka&r lumpur dicoba didekati dengan banyaknya dan kegiatannya. a. Banyaknya manusia Banyaknya manusia diukur dengan kepadatan penduduk yang diklasifikasikan dalam 5 golongan, yaitu : (1) kurang dari 5 0 0 jiwa per km2, (2) 500 - 1 0 0 0 jiwa per km2, (3) 1 000 1 500 jiwa per km2, (4) 1 500 - 2 000 jiwa per k m 2 dan (5) lebih dari 2 0 0 0 jiwa per km2. - Luas penyebaran dari tiap-tiap golongan di atas merupakan peubah-peubah yang akan diteliti. dinyatakan dalam km2. M A N U S I A I F I I I I JUMLAH MANUSlA # I I- Kepadatan Penduduk I---------,,--,- I I KEGIATAN MANUSIA I - - 1 I . I I I Mata Pencaharian '1 > KONDISI FlSlK LINGKUNGAN lc |