Apa faedah Berbakti kepada orang tua sebutkan dalil al qur annya

WOL – Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah) namun juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia (hablun minannas). Hablun minannas yang pertama dan paling utama bagi setiap muslim adalah berbakti kepada orang tua.

Show

Berikut ini 10 keutamaan berbakti kepada orang tua berdasarkan hadits-hadits shahih;

1. Amal Yang Paling Utama

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal yang paling utama. Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu ia berkata;

“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Amalan apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku melanjutkan, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

2. Bernilai Jihad

Berbakti kepada orang tua senilai dengan jihad fi sabilillah. Sehingga pada beberapa hadits, beliau menganjurkan orang yang akan berjihad untuk berbakti kepada kedua orang tua.

Dari Abdullah bin Ash ia berkata;

“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu meminta kepada beliau untuk berjihad. Maka beliau bersabda, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” ia menjawab, “Ya.” Beliau pun bersabda, “Maka bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada keduanya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

3. Berpahala Hijrah

Berbakti kepada orang tua juga bernilai hijrah. Ada seseorang yang berniat berhijrah ke Madinah, lalu Rasulullah memerintahkannya untuk tetap di negerinya dalam rangka berbakti kepada kedua orang tua.

“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lalu berkata “Saya berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, aku mengharapkan pahala dari Allah.” Beliau bertanya, “Apakah salah satu orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab, “Ya, bahkan keduanya masih hidup.” Rasulullah bertanya lagi, “Maka apakah kamu masih akan mencari pahala dari Allah?” Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda, “Pulanglah kepada kedua orang tuamu lalu berbuat baiklah dalam mempergauli mereka.” (HR. Muslim).

4 Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Ungkapan surga berada di bawah kaki ibu merupakan ungkapan yang bersumber dari hadits dan menunjukkan betapa luar biasa keutamaan berbakti kepada ibu.

“Jahimah pernah datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu berkata, “Ya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, aku ingin berperang dan sungguh aku datang untuk meminta pendapatmu.” Beliau bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu?”Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda, “Tetaplah bersamanya karena sesungguhnya surga ada di kakinya.” (HR. Ibnu Majah dan An Nasai)

5. Dipanjangkan Umur, Ditambah Rezeki

Di antara keutamaan berbakti kepada kedua orang tua adalah sama dengan keutamaan silaturahim yakni dipanjangkan umur dan ditambah rezekinya.

“Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, maka hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturahim” (HR. Ahmad)

6. Memperoleh Ampunan Allah

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal yang dengannya Allah mengampuni dosa-dosa seorang hamba.

“Siapa yang mendapati salah satu dari kedua orang tuanya kemudian ia tidak diampuni, maka Allah telah menjauhkannya (dari rahmat)” (HR. Ahmad)

7. Taat Kepada Orang Tua Merupakan Bentuk Ketaatan Kepada Allah

“Taat kepada Allah (salah satu bentuknya) adalah taat kepada orang tua. Durhaka terhadap Allah (salah satu bentuknya) adalah durhaka kepada orang tua” (HR. Thabrani)

8. Keridhaan Allah Ada Pada Keridhaan Orang Tua

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda;

“Keridhaan Tuhan ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Tuhan ada pada kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi)

9. Bentuk Taubat Kepada Allah

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu ia berkata;

“Seorang laki-laki datang menghadap Nabi lalu berkata, “Sesungguhnya aku telah melakukan satu dosa yang sangat besar. Apakah aku bisa bertaubat?” Beliau balik bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu?” ia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau masih memiliki bibi (saudari ibu)?”ia menjawab, “Ya.” Maka beliau bersabda, “Maka berbaktilah kepadanya.” (HR. Tirmidzi)

10. Tiket Menuju Surga

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan tiket menuju surga. Dalam hadits diistilahkan orang tua adalah “ausathu abwaabil jannah” pintu surga yang tengah-tengah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda;

“Orang tua adalah paling pertengahan dari pintu-pintu surga. Jika kamu mau, sia-siakanlah pintu itu (kau tidak mendapat surga) atau jagalah ia (untuk mendapatkan pintu surga itu).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Wallahu alam bish shawab.(bersamadakwah/mozaik/ags/data1)

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (٢٣)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. al-Israa’: 23)

Itulah ayat dalam al-Qur’an yang dibedah dalam kajian tafsir oleh Drs. Anhar Anshary, M.Si. pada kajian rutin Ahad pagi (6/12/2015), yang bertempat di Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jalan Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, DIY.

Kajian rutin ahad pagi merupakan program rutin Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD yang pada penyelenggaraannya memberikan tema dan pembicara yang berbeda. Kajian tersebut diperuntukkan bagi mahasiswa UAD dan masyarakat umum. Sekitar 100 orang menghadiri acara tersebut pada setiap minggunya.

Dalam tafsir QS. al-Israa’ ayat 23, terdapat tiga poin yang harus dicatat dan diaplikasikan oleh manusia. Di antaranya, manusia dilarang menyembah kepada selain Allah, setiap orang hendaknya berbakti kepada kedua orang tua mereka, serta jangan membentak orang tua dan selalu mengucapkan perkataan yang mulia.

Terdapat dua akhlak yang terkandung dalam ayat itu, yakni akhlak kepada Allah dan akhlak kepada kedua orang tua. Muhammadiyah, sebagai organisasi yang berlandaskan pada al-Qur’an dan Sunnah menjadi pemurni ibadah dan akhlak.

“Saat ini, persekutuan terhadap Allah terjadi pada diri manusia sendiri, ia menganggap dirinya sebagai Tuhan. Hal itu terjadi ketika manusia menuruti hawa nafsu mereka,” terang Anhar.

Manusia memiliki tiga kekuatan dasar, yaitu iman, hati, dan akal. Sementara Allah selalu melihat manusia dalam isi hati serta ibadahnya yang menggunakan akan dan menentukan iman seseorang.

Selain itu, berbakti kepada kedua orang tua merupakan kebutuhan seorang anak. Anak harus senantiasa berkata lemah lembut dan tidak menyinggung perasaan orang tua, tunduk dan patuh pada perintahnya, selalu mendoakan yang terbaik bagi keduanya baik diminta atau tidak, serta membantu tidak hanya ketika mereka butuh bantuan.

“Doa anak shalih merupakan amalan yang tidak pernah putus pahalanya, karena hanya doa anaklah yang paling ikhlas. Allah selalu menuntun setiap orang dalam berdoa, karena Dia Maha Segalanya yang dapat membalas jasa kedua orang tua, bukan manusianya,” tutup Anhar. (AKN)

MADANINEWS.ID, JAKARTA — Berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain) merupakan naluri dan fitrah setiap manusia. Sebab dalam jiwa dan setiap orang tertanam sifat cinta dan hormat kepada kedua orang tuanya atau ayah ibunya. Sebab kedua ibu bapaknyalah yang menjadi sebab kehadiran setiap orang ke dunia ini.

Meskipun demikian dalam Islam berbakti kepada  kedua orang tua memiliki kedudukan yang mulia. Banyak keterangan dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua.

1. Amalan Paling  Dicintai Allah

Dalam suatu hadits shahih yang diriwayatkan sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah.

Abu ‘Amr Asy-Syaibani meriwayatkan, pemilik rumah ini (seraya menunjuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud) menyampaikan kepadaku;

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasul menjawab, “Shalat pada (awal) waktunya.” “Kemudian apa lagi?” Nabi Menjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.”Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.”

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Beliau terus menyampaikan kepadaku (amalan yang paling dicintai oleh Allah), andaikan aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai).

2. Amalan Paling Utama

Berbuat baik dan berbakti kepada orang tua juga merupakan amalan yang afdhal atau paling utama. Sebagaimana dalam versi riwayat lain hadits Ibnu Mas’ud di atas.

فعن عَبْدِ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ عَلَى مِيقَاتِهَا»، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ»، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

Dari  ‘Abdullh bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling afdhal (utama)?” Rasul menjawab, “Shalat pada –waktu-waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau Mmenjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.”Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.” Kemudian aku terdiam dan tidak lagi bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Andaikan  aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi).

3. Umur Panjang dan Kemudahan Rezki  Bagi Anak yang Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Anak yang senantiasa berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya akan memperoleh keberkahan hidup berupa umur panjang dan kemudahan rezki. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwaykan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth;

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ،قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambug silaturrahim (kekerabatan).” (HR. Ahmad).

4. Pintu Surga yang Pertengahan

Kedua orang tua merupakan salah satu pintu surga, bahkan pintu surga yang paling pertengahan. Abu Abdurrahman As-Sulami meriwayatkan dari Abu Darda, Seorang pria mendatangi beliau mengatakan, “Saya memiliki seorang istri, namun ibuku menyuruhku untuk mentalaknya. Abu Darda mengatakan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

«الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ البَابَ أَوْ احْفَظْهُ»

“Orang tua merupakan pintu syurga paling pertengahan, jika engkau mampu maka tetapilah atau jagalah pintu tersebut”. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dishahihkan Syekh Al-Albani dan syekh Al-Arnauth).

5. Ridha Allah Tergantung Ridha Kedua Orang Tua

Bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya akan mengundang ridha kedua orang tua kepada anak. Sementara ridha kedua orang tua terhadap anak merupakan penentun seorang anak mendapat ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu meriwatakan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

«رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ». (26

“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani).

 6. Do’a yang Mustajab Bagi Anak yang Berbakti

Anak yang berbakti akan senantiasa didokan oleh orang tuanya, dan do’a orang tua untuk kebaikan anaknya meruapakan salah satu do’a yang musatajab (memiliki peluang besar dikabulkan oleh Allah).

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

” ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ، لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ “

“Ada tiga do’a yang mustajab, tidak ada keraguan akan hal itu; do’a orang yang terdzalimi, do’a musafir, dan do’a orang tua untuk (kebaikan) anaknya”. (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syekh Al-Arnauth).

Dalam riwayat lain berbunyi;

 ” ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ “

“Ada tiga do’a yang mustajab, tidak ada keraguan tentang hal itu; do’a orang tua (untuk anaknya), do’a musafir, dan do’a orang terdzalimi”. (HR. Abu Daud dan Ahmad, dihasankan oleh Syekh Al-Albani).

7. Sebab Dikabulkannya Taubat

Berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua atau kepada salah satu dari keduanya merupakan salah satu sebab dikabulkannya taubat.  Ibnu Umar meriwayatkan bahwa;

 أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، رَجُلٌ، فقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَذْنَبْتُ ذَنْبًا كَبِيرًا، فَهَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟، فقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلَكَ وَالِدَانِ؟ »، قَالَ: لَا، قَالَ: «فَلَكَ خَالَةٌ»؟، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «فَبِرَّهَا إِذًا».

“Seorang pria datang kepada Rasululla shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “wahai Rasulullah, saya telah melakukan dosa besar, apakah masih ada taubat utukku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?” “Tidak,” “Apakah kamu memiliki khalah (saudari ibu)?” “Iya,” “Kalau begitu berbuat baiklah kepadanya!” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban, dishahihkan olejh Syekh Al-Albani).

وعن عطاء ، عن ابن عباس رضي الله عنهما: أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ ، فَقَالَ : إِنِّي خَطَبْتُ امْرَأَةً فَأَبَتْ أَنْ تَنْكِحَنِي وَخَطَبَهَا غَيْرِي، فَأَحَبَّتْ أَنْ تَنْكِحَهُ ،فَغِرْتُ عَلَيْهَا فَقَتَلْتُهَا ،فَهَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟ قَالَ: أُمُّكَ حَيَّةٌ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: تُبْ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَتَقَرَّبْ إِلَيْهِ مَا اسْتَطَعْتَ، فَذَهَبْتُ فَسَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ: لِمَ سَأَلْتَهُ عَنْ حَيَاةِ أُمِّهِ؟ فَقَالَ: إِنِّي لَا أَعْلَمُ عَمَلًا أَقْرَبَ إِلَى الله عز وجل من بر الوالدة. (30)

‘Athaa` bin Yasaar rahimahullah meriwayatkan, Suatu ketika Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma didatangi seseorang lalu berkata pada beliau:

“Sesungguhnya sebelumnya saya melamar seorang wanita, namun ia enggan menikah denganku, dan kemudian dilamar oleh orang lain, dan iapun mau menikah dengannya, lalu saya pun merasa cemburu dan membunuh wanita tersebut, maka apakah taubat saya bisa diterima ?“.

Ibnu Abbas balik bertanya padanya: “Apakah ibumu masih hidup?” Ia menjawab: “Tidak (sudah wafat)”. Maka Ibnu Abbas berkata padanya:

“Bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wajalla, dan beribadahlah mendekatkan diri pada-Nya semaksimal kemampuanmu“. ‘Athaa` berkata: (Setelah orang tersebut pergi) saya mendatangi Ibnu Abbas dan bertanya padanya: Kenapa anda bertanya tentang hidupnya ibunya?

Beliau menjawab: “Sesungguhnya saya tidak tahu ada amalan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah (dan lebih dicintai-Nya) dari berbakti pada sang bunda“.  (Atsar ini shahih).

8. Amalan di Jalan Allah (Fi Sabilillah)

Berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan mulia, bahkan termasuk amalan di jalan Allah. Sebagaimana dalam suatu riwayat dari sahabat Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu;

عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَة، قَالَ: مَرَّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ، فَرَأَى أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ جِلْدِهِ وَنَشَاطِهِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ: لَوْ كَانَ هَذَا فِي سَبِيلِ اللهِ؟، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ

“Seorang pria lewat di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dilihat oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan kesungguhannya dan rajinnya dalam bekerja. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, andaikan (kesungguhan dan rajinnya ini) di jalan Allah?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Jika ia keluar untuk bekerja menghidupi anaknya yang masih kecil maka ia termasuk di jalan Allah, jika ia keluar bekerja untuk membantu/menghidupi kedua orang tuanya yang sudah sepuh maka ia di jalan Allah, jika ia keluar bekerja untuk dirinya sendiri demi menjaga kehormatan/harga dirinya maka ia di jalan Allah, dan jika ia keluar untuk riya (pamer) dan berbangga diri maka ia di jalan setan.” (HR. Thabrani dan Baihaqi).

Kewajiban Berbakti Tidak Gugur Meskipun Orang Tua Kafir atau Musyrik

Saking agungnya kedudukan orang tua dan besarnya hak mereka untuk mednapatkan bakti dari anak-anaknya, kewajiban berbakti tidak gugur meskipun orang tua berbeda keyakinan dengan anaknya.  Sebagaimana dalam surat Luqman ayat 14-15.

{ وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [لقمان: 14- 15]

Dalam hadits shahih diriwayatkan, Asma binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kewajibannya berbakti kepda ibunya yang masih musyrik.

 يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي قَدِمَتْ عَلَيَّ وَهِيَ رَاغِبَةٌ أَفَأَصِلُهَا؟ قَالَ: «نَعَمْ صِلِيهَا»

“Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku namun masih enggan masuk Islam, apakah saya tetap menyambung hubungan dengannya? Rasul bersabda, “Iya sambunglah hubungan (silaturrahim dengannya). (HR. Bukhari, Muslim,Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Hibban).

Oleh karena itu, mari manfaatkan kesempatan meraih kebaikan dan kemuliaan dengan berbakti kpada orang tua kita.