Apa Dampak seks Bebas terhadap kesehatan?

Penulis: Dita | Editor: Umi

Istilah seks bebas atau yang dalam bahasa Inggris disebut casual sex tentu bukan hal yang asing bagi kita. Seks bebas bisa memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung kepercayaan dan budaya di masing-masing daerah atau negara.

Di Indonesia sendiri, seks bebas bermakna hubungan seks konsensual yang terjadi atau dilakukan di luar hubungan pernikahan. Tergantung pada situasinya, aktivitas ini juga disebut dengan hook-up, cinta satu malam, kencan, friends with benefits, dan lain sebagainya.

Hubungan seks bebas bisa terjadi pada pasangan yang hanya ditemui sekali atau secara teratur. Bisa terjadi juga antara orang dekat, kenalan, orang asing, atau pasangan kencan yang tidak memiliki komitmen. Seks bebas bisa terjadi dengan rencana atau secara spontan.

Namun pada dasarnya, seks bebas adalah cara untuk memiliki keintiman secara fisik di luar komponen yang sifatnya emosional, seperti cinta atau komitmen.

Karena berbeda dengan seks setelah menikah, seks bebas memiliki sejumlah dampak secara fisik maupun psikologis. Simak ulasannya berikut ini!

Baca Juga: Ketahui Dampak Sodomi Terhadap Fisik dan Psikis Korban

Orang yang melakukan seks bebas, termasuk mereka yang berhubungan dengan banyak orang dalam satu waktu (seks berganti-ganti pasangan) berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan fisik.

Masalah-masalah tersebut berhubungan dengan penyakit menular seksual yang bisa didapat dari pasangan seksualnya.

Beberapa penyakit menular seksual yang dihubungkan dengan kebiasaan berganti-ganti pasangan antara lain:

1. Klamidia

Klamidia adalah penyakit menular seksual yang paling sering ditemukan. Gejalanya berupa rasa sakit atau tidak nyaman saat berhubungan seksual atau saat buang air kecil.

Penderita juga kadang menemukan cairan berwarna hijau atau kuning dari penis atau vagina, dan kerap merasakan nyeri di perut bagian bawah.

2. HIV/AIDS

Penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus ini juga sering kali menular karena hubungan seksual (meski bisa juga menular melalui pertukaran cairan tubuh lainnya, seperti transfusi darah).

Infeksi HIV menyebabkan kekebalan tubuh penderitanya menurun atau rusak. Jika dibiarkan, HIV bisa berkembang menjadi penyakit yang lebih fatal yakni AIDS.

3.Sifilis

Dikenal juga dengan sebutan raja singa, sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang menimbulkan gejala luka pada kelamin, sekitar anus, dan mulut.

Penularannya bisa berlangsung antara 10-90 hari setelah kontak dengan penderita.

Jika tidak segera mendapatkan pengobatan, sifilis bisa menyebabkan sejumlah komplikasi termasuk kebutaan, borok di kulit, lumpuh, penyakit jantung sampai kematian.

Selain ketiga penyakit di atas, masih banyak lagi kondisi fisik yang muncul sebagai konsekuensi seks bebas, seperti gonore, kutil kelamin, kutu kelamin, dan lain sebagainya.

Baca Juga: 7 Penyakit Menular Seksual yang Tidak Menunjukkan Gejala

Dampak Seks Bebas terhadap Kesehatan Mental

Tidak hanya dampak secara fisik, aktivitas seks bebas juga bisa berdampak secara mental terhadap pelakunya. Apa saja?

Perasaan Bersalah

Di Indonesia, banyak orang menganggap hubungan seksual di luar nikah merupakan sesuatu yang tabu. Banyak pelaku seks bebas yang kemudian merasa bersalah dan menyesal.

Hal ini karena perilaku tersebut dianggap tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di Indonesia.

Psikolog Martha Waller dalam sebuah penelitiannya menemukan bahwa remaja yang melakukan tindakan berisiko termasuk minum alkohol, menggunakan narkoba, dan berhubungan seksual bebas lebih rentan terhadap depresi daripada mereka yang tidak.

Risiko Kehamilan di Luar Nikah

Masih rendahnya pemahaman mengenai pendidikan seksual yang sehat di Indonesia menyebabkan risiko kehamilan di luar nikah menjadi tinggi.

Selain berdampak pada kondisi mental karena tekanan sosial, mereka yang hamil di luar nikah dan masih berusia muda juga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kelahiran prematur, anemia, tekanan darah tinggi, hingga depresi pasca persalinan.

Itulah beberapa dampak berhubungan seksual bebas bagi kesehatan fisik dan mental yang sebaiknya Anda ketahui. Lakukanlah aktivitas seksual secara sehat demi menghindari hal-hal yang tidak Anda inginkan.

Baca Juga: Waspadai Dampak Pergaulan Bebas

Sumber

* Endang Triyanto

Ciptakan Instrumen Deteksi Dini Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja Raih Gelar Doktor

Remaja merupakan kelompok usia yang banyak menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah. Kelompok ini menurut World Health Organization (2014) memiliki batasan usia yaitu sepuluh sampai dengan 19 tahun. Di tangan remaja inilah masa depan bangsa ditentukan.

Namun, sebagian remaja justru melakukan perilaku-perilaku berisiko, seperti merokok, minum-minuman keras, konsumsi narkoba, pergaulan bebas, dan bahkan perkelahian. Tentunya, hal ini dapat mengancam masa depan Bangsa Indonesia.

Dari berbagai perilaku berisiko yang dilakukan remaja, terdapat satu perilaku pergaulan bebas yang marak terjadi akhir-akhir ini. Pergaulan bebas ini dapat dimasukan ke dalam perilaku berisiko seksual kesehatan reproduksi.

Dampak dari perilaku berisiko seksual kesehatan reproduksi yang dilakukan remaja, di antaranya adalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Kehamilan Remaja, Infeksi Menular Seksual (IMS), Aborsi, Depresi, bahkan tindak kriminal.

Apabila terjadi kehamilan remaja, tentunya menjadi kehamilan resiko tinggi, karena secara fisiologis dan psikologis, remaja belum siap untuk hamil. Hal ini akan memicu stres bagi remaja itu sendiri yang dapat mengarah pada depresi atau bahkan bunuh diri.

Latar belakang remaja melakukan perilaku berisiko seksual sangat kompleks dan beragam. Seiring dengan pergeseran budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor-faktor ini terus berkembang.

Tidak adanya instrumen untuk mengukur faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan reproduksi remaja yang komprehensif mengakibatkan kasus kesehatan reproduksi selalu tinggi.

Kenyataan inilah yang memotivasi Endang Triyanto (41 tahun) untuk meneruskan jenjang pendidikannya ke Program Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Melalui penelitian disertasinya, Endang Triyanto berupaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan reproduksi remaja dari faktor internal dan eksternal, serta menghasilkan instrumen yang komprehensif tentang faktor–faktor perilaku kesehatan reproduksi remaja berdasarkan eksplorasi yang diperoleh.

Selain itu, Endang berupaya mengidentifikasi hubungan antar faktor-faktor perilaku kesehatan reproduksi remaja yang tergambar dalam konstruk teori baru yang dihasilkan.

Temuan yang dihasilkan dari penelitian disertasinya meliputi faktor internal yang mempengaruhi perilaku kesehatan reproduksi remaja, seperti: usia pacaran terlalu dini, norma negatif yang dianut, ketidakberdayaan remaja, pengetahuan kesehatan reproduksi rendah, kebiasaan berisiko, dan gaya hidup bebas.

Sedangkan faktor eksternalnya yaitu Pengaruh negatif teman sebaya, keluarga tidak harmonis, dan lingkungan berisiko. Teman sebaya terbukti sebagai faktor paling dominan dalam mempengaruhi perilaku kesehatan reproduksi remaja.

Instrumen yang dihasilkan terdiri dari 54 item pernyataan yang mampu mengukur remaja ke dalam 3 tingkatan risiko yaitu rendah, sedang dan tinggi. Remaja dengan kategori tinggi harus mandapatkan prioritas utama agar tidak berkelanjutan dalam melakukan perilaku-perilaku berisiko kesehatan reproduksi. Instrumen ini digunakan untuk deteksi dini perilaku berisiko kesehatan reproduksi remaja.

Hasil penelitian disertasi tersebut mengantarkan Endang Triyanto S.Kep, Ns, M.Kep, memperoleh gelar Doktor dengan predikat sangat memuaskan pada program Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.

Endang Triyanto merupakan lulusan Doktor UGM ke-4.531 pada akhir September 2019. Doktor baru ini adalah dosen Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah. (Koordinator Sistem Informasi Unsoed, Ir Alief Einstein M.Hum)

Anak-anak kini hidup dalam lingkungan yang seksual, di mana mereka dihadapkan dengan bahasa, gambar, dan perilaku seksual. Ditambah dengan era teknologi di mana mudahnya mencari informasi melalui internet.

Informasi yang mereka sudah dapatkan sebelum mereka siap secara perkembangan untuk menanganinya. Istilah “seks bebas” akrab dijumpai pada kehidupan modern saat ini.

Bagi yang hidup didalamnya merasa kebebasan untuk melakukan apapun, termasuk soal seks.

Peran orangtua dalam memberikan pendidikan seksual pada anak penting untuk dilakukan, khususnya untuk mencegah anak dalam melakukan seks bebas.

Seks bebas seringkali mengacu pada seks yang tak aman, dan akan membawa dampak negatif bagi yang melakukannya.

Kali ini Popmama.com akan mengulas tentang dampak negatif seks bebas bagi fisik dan mental anak, serta tips dalam memberikan pemahaman seks pada anak saat pubertas di bawah ini:

1. Apa itu seks bebas?

Freepik

Seks bebas adalah kebiasaan melakukan tindakan seksual yang bebas. Terlepas dari tujuan seks yaitu sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan manusia, namun seks bebas atau free sex ini dilakukan diluar ikatan pernikahan.

Seks bebas juga merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual untuk menyalurkan keinginan seksualnya kepada siapapun yang dikehendakinya dan yang menghendakinya yang dilakukan biasa terjadi di tempat prostitusi, dilakukan sebagai bentuk perselingkuhanatau remaja yang belum menikah.

Seks bebas bisa terjadi karena tidak adanya pengendalian diri sendiri untuk menjaga perilaku dari risiko yang dapat berakibat fatal yang bisa merusak masa depan anak.

2. Bagaimana cara menjelaskan pendidikan seksual pada anak remaja?

Freepik/Tirachardz

Saat usia anak 9-12 tahun sudah saatnya Mama harus mulai berbicara tentang seksisme dan seksualisasi. Gunakan contoh-contoh yang ditemukan di media atau bahkan di lingkungan untuk memicu diskusi.

Obrolan ini bisa membuat anak bingung, tetapi dapat mendukung anak untuk menemukan kekuatan mereka, dan menunjukkan contoh positif dari lingkungannya. Usia ini penuh dengan perubahan emosional dan sosial, dan khususnya bagi anak perempuan yang mungkin berjuang dengan masalah tubuh.

Dalam hal ini penting untuk mengetahui anak tentang bagaimana perasaan mereka dan apa yang mereka ingin tahu. Karena kelompok usia ini umumnya memiliki lebih banyak kebebasan online, penting untuk membicarakan tentang keamanan internet dan pemahaman tentang penggunaan.

Gunakan contoh kasus dari berita terkenal tentang seks atau intimidasi secara online, gunakan itu sebagai titik awal untuk bertanya kepada anak bagaimana mereka akan menangani situasi yang sama.

EDITORS' PICKS

  1. 7 Rekomendasi Tablet 3 Jutaan Untuk Anak
  2. 7 Aktivitas Sensorik untuk Mendorong Perkembangan Anak Autis
  3. Waspada, Ini Gejala Diabetes Tipe 2 pada Anak

3. Tips memberikan pengertian pada anak tentang pentingnya menjaga diri saat fase pubertas

Freepik

Pada masa-masa pubertas penting untuk menyampaikan pendidikan seks pada anak agar menyadari pentingnya menjaga diri, untuk memudahkan Mama dalam menyampaikannya pada anak, berikut tips yang dapat Mama terapkan:

Anggap anak layaknya seorang teman, buka obrolan ringan tentang teman-teman sekitar anak yang sudah berubah secara fisik. Bangun kedekatan dengan anak sehingga Mama dapat mendampinginya pada masa pubertas, dengan diskusi ringan bisa menghilangkan jarak antara orangtua dan anak.

Bekali anak dengan pendidikan moral, budi pekerti, dan agama yang kuat, sehingga ia mengetahui perilaku apa yang benar dan apa yang salah.

Berikan anak informasi yang benar dan masuk akal, hal ini agar anak tidak mencari informasi diluar yang belum pasti kebenarannya. Selain itu, orangtua juga perlu membuka diri mengenai perkembangan atau tren di media sosial.

Hindari melarang atau memarahi anak tanpa alasan yang jelas, justru ajak anak untuk berdiskusi tentang apa yang ia ketahui. Kemudian bekali anak dengan pendidikan moral, budi pekerti, dan agama, sehingga anak dapat mengetahui perilaku apa yang benar dan apa yang salah.

Jangan menunggu anak bertanya terlebih dahulu, kemungkinan anak merasa malu. Masing-masing anak memiliki keunikan serta karakteristiknya masing-masing. Kenali sifat anak sehingga orangtua dapat menentukan langkah dan pendekatan yang tepat untuk berdiskusi dengan anak.

Perlakukan anak sesuai dengan usianya, hindari mengenalkan mereka pada hal yang bukan porsinya anak. Jangan sampai dengan tubuhnya yang sudah berkembang ia justru dapat leluasa mengonsumsi hal-hal dewasa.

Berikan peran dan kepercayaan pada anak untuk berkontribusi positif dalam keluarga, hal ini akan memandu anak untuk memiliki sikap bertanggungjawab dan rasa percaya diri serta pemahaman bahwa mereka disayangi dan dihargai dalam lingkungan keluarganya.

Orangtua tak perlu panik, tetap tenang, dan bijaksana saat anak pubertas dan ketika menghadapi tingkah laku anak yang tengah bereksperimen dengan hal-hal baru. Penerimaan yang baik akan membuat anak menjalani pubertas secara positif dan menunjang perkembangan mereka dengan matang.

Hargai pendapat anak dengan berusaha menjadi pendengar yang baik. Dalam hal ini orangtua perlu mengasah kesediaan untuk mendengarkan pendapat anak dan menghargai pemikiran yang mereka miliki.

Kenali lingkungan anak dengan perlu mengetahui siapa teman dekatnya, Hal ini dapat dilakukan secara santai melakui obrolan terbuka dengan anak. Hindari pemantauan atau hal yang berkesan mengintai gerak gerik anak.

4. Dampak seks bebas bagi kesehatan fisik

Freepik/rawpixel.com

Dampak seks bagi fisik anak sering dikaitkan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS). IMS dapat ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya melalui aktivitas seks. Berikut adalah beberapa jenis IMS:

  • Klamidia

Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachimatis, pada laki-laki yang terkena klamidia biasanya muncul gejala berupa peradangan pada saluran kencing, demam, keluarnya cairan dari penis, rasa sakit, atau rasa berat pada kantong buah zakar.

Sedangkan bagi perempuan, ditandai dengan infeksi pada saluran kemih dan serviks, infeksi di rahim, iritasi dan keluarnya cairan asing dari vagina, terasa panas saat buang air kecil, sakit perut bagian bawah, dan terjadinya pendarahan diluar waktu menstruasi.

  • Sifilis atau raja singa

Sifilis juga dikenal sebagai penyakit raja singa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang memiliki masa penularan diantara 10-90 hari.

Sifilis ditandai dengan timbulnya luka kecil berbentuk bundar yang hampir selalu muncul di dalam atau sekitar alat kelamin, anus, atau di mulut. Jika tidak diobati, penderita bisa mengalami kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh, hingga kematian.

  • Gangguan Gonore

Gonore atau kencing bernanah terjadi akibat infeksi dari bakteri Neisseria gonorrhoeae. Gejala gonore meliputi sakit saat buang air kecil, sering buang air kecil, keluarnya nanah pada ujung penis atau vagina, dan nyeri di bagian kelamin.

  • Infeksi jamur (Candida)

Bagi perempuan yang terjangkit infeksi jamur, ciri-cirinya dapat berupa terasa gatal di sekitar area vagina. Sedangkan untuk laki-laki, muncul warna merah pada ujung penis. Jika sudah parah, area tersebut akan tampak seperti luka bakar.

  • Kutil kelamin

Gejala awal munculnya infeksi ini ditandai dengan adanya sekumpulan kutil di sekitar alat kelamin, anus, dan bokong. Pada beberapa kasus disebutkan bahwa kutil ditemukan pada bagian dalam vagina yang mengakibatkan rasa gatal dan nyeri.

Kutil kelamin disebabkan oleh infeksi virus HPV, dan menjadi salah satu infeksi menular seksual yang penyebarannya paling cepat.

Virus ini bisa ditularkan melalui kontak fisik secara langsung, baik melalui hubungan seksual dengan penderita atau hanya dengan menyentuh bagian yang terinfeksi saja. HPV juga bisa menyebabkan kanker serviks pada permpuan.

  • Herpes simplex

Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes Simplex yang menyerang kulit, mukosa, dan saraf manusia. Herpes simplex dibagi menjadi dua tipe, yaitu herpes simpleks tipe 1 dan 2.

Perbedaannya terletak pada lokasi kemunculannya. Herpes simplex tipe 1 terjadi di sekitar mulut dan tubuh, sedangkan herpes simplex tipe 2 muncul di area kelamin.

Gejalanya adalah muncul bintil kecil yang bergerombol. Penyakit ini dapat menular melalui sentuhan langsung maupun tidak langsung. Misalnya melalui ciuman atau hubungan seksual dengan penderita, serta melakukan seks oral ataupun anal.

  • Hepatitis B

Hepatitis B ditandai dengan gejala seperti kelelahan, mual muntah, sakit perut, demam dan diare. Penyakit ini dapat ditularkan melalui air mani, darah, dan cairan vagina.

  • Kutu kelamin

Kutu kelamin ditularkan melalui kontak antara rambut kemaluan. Dibutuhkan waktu sekitar satu minggu bagi telur kutu untuk menetas pada rambut kelamin, yang akan mengakibatkan gatal di sekitar area kelamin penderitanya.

  • HIV/AIDS

Penyakit ini terjadi akibat dari infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh.

HIV dapat ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam atau aliran darah dengan cairan yang mengandung virus HIV.

Cairan tersebut meliputi darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Jika tidak segera ditangani, HIV dapat berkembang menjadi suatu penyakit mematikan yang disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

5. Dampak seks bebas bagi kesehatan psikologis atau mental anak

Pixabay/Myriams-Fotos

Selain dampak seks secara fisik, dampak negatif juga dirasakan secara psikologis atau mental anak. Berikut adalah bahaya seks bebas pada psikologis anak, yang meliputi:

Munculnya kekhawatiran akan kehamilan dan penyakit seksual

Bagi pelaku seks bebas terutama remaja, ketakutan hamil di luar nikah atau tertular penyakit seksual adalah sumber stres utama yang tidak dapat dihindari.

Merasa menyesal dan bersalah

Beberapa pelaku seks bebas sering merasa menyesal dan bersalah karena dalam hati nuraninya, perilaku tersebut dianggap salah dan terlarang untuk dilakukan.

Memengaruhi perkembangan karakter anak yang masih muda memperlakukan orang lain sebagai objek seksual untuk kepuasaan semata, yang kemudian disertai kehilangan rasa hormat pada dirinya sendiri.

Kemudian anak akan terbiasa untuk tidak dapat membedakan mana yang benar dan salah, demi mendapatkan kesenangan pribadinya.

Sulit memiliki hubungan yang serius

Pada masa dewasanya nanti, anak akan kesulitan untuk mempercayai hubungannya di masa depan karena hubungan singkat yang tercipta dari seks bebas.

Depresi

Suatu penelitian karya Psikolog Martha Waller mengungkapkan bahwa remaja yang melakukan perilaku berisiko, seperti seks bebas, memakai narkoba, dan minum alkohol, adalah kelompok yang paling mungkin mengalami depresi dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.

Kehamilan di usia muda

Jika tidak dilakukan dengan menggunakan pengaman, seks bebas bisa menyebabkan kehamilan di usia muda. Kehamilan di usia muda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi, anemia, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan mengalami depresi pascapersalinan.

Semua dampak buruk seks bebas pada fisik dan mental di atas dapat dicegah dengan memberikan pendidikan seksual pada anak sejak dini.

Pastikan orangtua mendidik anak dengan pendidikan moral, budi pekertidan agama yang diyakini oleh keluarga dengan baik. Selalu lakukan komunikasi yang positif dengan anak, seperti diskusi atau obrolan santai agar anak tak sungkan dalam bertanya serta Mama dapat menanamkan hal positif padanya.

Baca juga:

  • 5 Manfaat Penting Pendidikan Seks Anak yang Dilakukan Sejak Dini
  • Mama Harus Tahu: 6 Langkah Penting Untuk Membicarakan Seks Kepada Anak
  • Penting, Ini Dia Cara Memberikan Pendidikan Seks pada Anak Remaja

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA