Mengapa pendidikan mempengaruhi kesejahteraan

Pendidikan juga menjadi salah satu indikator dalam mengukur kesejahteraan masyarakat. Suatu masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan juga memiliki kualitas hidup yang tinggi sehingga kesejahteraan dapat tercapai.

Mengapa pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya?

Pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya, jika pendidikannya lebih tinggi maka jenis pekerjaannya pun akan lebih 26 f tinggi dan hal tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh seseorang. Selain itu jenis pekerjaan seseorang akan dilihat sesuai dengan keterampilan yang dimiliki.

Apa saja variabel yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat?

Variabel bebas yakni upah minimum, penyerapan tenaga kerja, pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi mampu mempengaruhi variabel terikat yaitu kesejahteraan masyarakat yaitu sebesar 97%. Sedangkan sebesar 3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang diluar penelitian.

Rabu , 19 Mar 2014, 06:00 WIB

Republika/Daan

Yudi Latif

Red: Maman Sudiaman

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yudi LatifUsaha mencerdaskan kehidupan bangsa lewat proses pendidikan dan pembudayaan bukan saja penting sebagai cara memanusiakan manusia, tetapi juga memiliki nilai pragmatik dalam mengembangkan kesejahteraan rakyat. “Kemajuan sebuah bangsa terletak pada pendidikan dan para generasi bangsa itu sendiri,” kata Ki Hadjar Dewantara suatu kali. Baginya, pendidikan merupakan wahana untuk membuat bangsa ini menjadi bangsa yang maju, bermartabat, sejahtera, dan merdeka lahir-batin. Untuk itu, ia punya semboyan yang indah, “Belajar seumur hidup, belajar dari kehidupan.”

Peraih Nobel di Bidang Ekonomi, Amartya Sen (1999) mengkategorikan pendidikan sebagai salah satu ”peluang-peluang sosial” (social opportunities) yang sangat fundamental dalam menciptakan kemerdekaan hakiki semua orang untuk hidup lebih baik dan layak. Menurut Sen, akses terhadap pendidikan sebagai salah satu social opportunities ini penting bukan hanya dalam rangka mencapai taraf hidup yang menyenangkan, tetapi pendidikan juga penting bagi warga sebagai modal awal untuk berperanserta secara lebih efektif dalam aktivitas ekonomi-politik-kultural secara lebih luas (Sen, 1999).

Sen mencontohkan bahwa kebutaaksaraan akan menjadi penghambat utama seseorang untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang mempersyaratkan adanya kemampuan baca-tulis atau pengendalian mutu secara ketat. Hal yang sama juga akan terjadi dalam peran serta politik warga dimana minimnya tingkat pendidikan juga akan menghambat partisipasi politik seseorang dalam beragam aktivitasnya (Sen, 1999). Singkat kata, pendidikan menjadi hal paling vital, merupakan kunci utama bagi kemajuan dan kesejahteraan sebuah bangsa dan umat manusia.

Oleh karena itu, jaminan negara atas hak pengajaran berdimensi strategis dalam usaha mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial. Hal ini dijelaskan secara gamblang dalam gagasan Amartya Sen tentang welfare economics. Dalam penilaiannya, pendapatan per kapita yang tinggi tidak secara otomatis akan membuat kehidupan manusia semakin baik (seperti pada penduduk miskin di Kerala, India, mempunyai angka harapan hidup (umur) yang lebih tinggi daripada penduduk Afro-Amerika di Amerika Serikat). Pernyataan bahwa “pendapatan yang rendah sebagai penyebab kemiskinan” dianggap terlalu menyederhanakan masalah. Bagi Sen, ada penyebab yang lebih mendasar mengapa terjadi keterbelakangan, yakni kualitas sumberdaya manusia. Menurutnya, “Pembangunan Manusia (Human Development) adalah sekutu bagi masyarakat miskin.” (Sen, 1999).

Selain itu, untuk mengupayakan kesetaraan partisipasi dalam perekonomian sebagai basis keadilan dan kesejahteraan menghendaki pencegahan ketimpangan akses terhadap informasi, atau apa yang disebut oleh ekonom Joseph E. Stiglitz (2008) sebagai “asimetri informasi” atau ketimpangan informasi. Salah satu cara untuk mencegah ketimpangan informasi ini adalah melalui kesetaraan akses warga negara terhadap dunia pendidikan.

Jaminan negara atas hak pengajaran juga penting dalam mengusahakan keserempakan antara pertumbahan dan pemerataan ekonomi. Pertumbuhan dan pemerataan menurut alam pikiran ekonomi Pancasila bukanlah suatu pilihan, melainkan harus terjadi secara bersamaan. Paham ekonomi seperti ini memperoleh pembenarannya dari Stiglitz (2008), berdasarkan pengamatannya atas perkembangan ekonomi global. Dalam pandangannya, pertumbuhan tidak bisa dipertukarkan (trade-off) dengan pemerataan. Jika pertumbuhan ekonomi dikehendaki secara berkelanjutan, maka pertumbuhan itu harus bersifat inklusif, dalam artian bahwa (setidaknya) mayoritas warga negara harus memperoleh keuntungan dari itu. Pengharapan pada efek penetesan ke bawah (trickle-down effect), sebagai berkah pertumbuhan, terbukti tidak berjalan. Menurutnya, pemerintah bisa meningkatkan pertumbuhan dengan memperluas pemerataan. Sumberdaya negara yang paling berharga adalah manusia. Oleh karena itu, kunci terpenting dalam mengembangkan pemerataan ini adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah untuk mendorong pemerataan, bukanlah dengan jalan proteksionisme ekonomi, melainkan lebih efektif melalui proteksi sosial, berupa pemberian kesempatan pendidikan bagi semua dan jaminan sosial. Ekonomi modern, menurutnya, memerlukan individu-individu yang berani mengambil risiko, dan untuk itu diperlukan jejaring pengaman sosial, lewat penguatan solidaritas sosial sebagai sumber jaminan sosial.Para pendiri bangsa menyadari benar arti pentingnya pendidikan bagi kehormatan, keberadaban dan kesejahteraan rakyat.

Menulis pada edisi perdana (1902) majalah pengobar ‘kemajuan’, Bintang Hindia, Abdul Rivai mencoba memancangkan ukuran kehormatan baru dengan memperkenalkan istilah “bangsawan pikiran”. Dikatakannya, “Tak ada gunanya lagi membicarakan ‘bangsawan usul’, sebab kehadirannya merupakan takdir. Jika nenek-moyang kita keturunan bangsawan, maka kitapun disebut bangsawan, meskipun pengetahuan dan capaian kita bagaikan katak dalam tempurung. Saat ini, pengetahuan dan pencapaianlah yang menentukan kehormatan seseorang. Situasi inilah yang melahirkan ‘bangsawan pikiran’.”

Atas dasar renungan sejarah akan pentingnya pendidikan sebagai sarana emansipasi, kesejahteraan dan kemartabatan bangsa, dalam menyusun Pembukaan UUD 1945, para perancang yang mewakili kesadaran ini secara terang menempatkan usaha “mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagai salah satu basis legitimasi negara kesejahteraan Indonesia, sebagaimana tertuang dalam alinea keempat. Visi dan komitmen politik untukmemajukan pendidikan itu kemudian diperkuat dalam pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.”

Di tengah kegaduhan pesta demokrasi dan pacuan ambisi kuasa para politisi, suatu pertanyaan penting patut diajukan: Apa relevansi demokrasi yang begitu mahal ini bagi peningkatan kecerdasan rakyat, sebagai modal sosial yang amat fundamental bagi pencapaian keadilan sosial yang menjadi tujuan akhir dari demokrasi kita?

Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. pendidikan juga merupakan sarana sosial untuk mencapai tujuan sosial, yang dapat berguna untuk menjamin kelangsungan hidup seseorang. Pendidikan juga menjadi salah satu indikator dalam mengukur kesejahteraan masyarakat. Suatu masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan juga memiliki kualitas hidup yang tinggi sehingga kesejahteraan dapat tercapai. Seperti yang terjadi di Kota Malang, peningkatan kualitas sumber daya manusia diimbangi dengan kesdaran akan pendidikan yang tinggi pula. Metode dalam mengkaji dan memahami terkait dengan pengaruh tingkat pendidikan dan kesejahteraan di Kelurahan Kesatrian sendiri menggunakan metode penelitian kuantitatif. Berdasarkan hasil temuan lapangan dan penelitian yang ditemukan memang terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan kesejahteraan. Tingkat pendidikan yang mayoritas ditempuh oleh masyarakat Kelurahan Kesatrian adalah pada jenjang pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan pekerjaan yang dominan adalah Tentara Angkatan Darat, karena mayoritas pekerjaan itulah menjadikan stigma dalam masyarakat bahwa lulusan pendidikan SMA pun dapat memperoleh pekerjaan yang memiliki gaji setara dengan sarjana. Kata Kunci: Ekonomi, Pendidikan, Kelurahan Kesatrian

To read the full-text of this research,
you can request a copy directly from the authors.

January 2010

  • Masjhudi Masjhudi

ABSTRAK Andriani, Vivi. 2010. Penerapan Pembelajaran Model Siklus Belajar yang Dipadu dengan Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Kelas X-A SMA YADIKA Bangil, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Skripsi, Jurusan Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. Sunarmi, M.Pd dan (II) Drs. Masjhudi, M.Pd Kata ... [Show full abstract] Kunci: Siklus Belajar, TGT, Motivasi Belajar Siswa, Hasil Belajar Siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Biologi kelas X-A di SMA YADIKA Bangil, Kabupaten Pasuruan, diperoleh informasi bahwa motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi termasuk rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hampir 50% siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam pembelajaran siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru sekitar 8 siswa atau 23% dari seluruh siswa selebihnya hanya mendengarkan penjelasan guru. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dengan menggunakan LCD. Metode ceramah membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran, karena siswa tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang belum memenuhi Standar Ketuntasan Minimum (SKM). Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran model siklus belajar yang dipadu dengan Teams Games Tournament (TGT). Penggabungan dua model pembelajaran ini dengan cara mengintegrasikan tahap pembelajaran model TGT ke dalam model siklus belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa kelas X-A SMA YADIKA Bangil, Kabupaten Pasuruan melalui penerapan pembelajaran model siklus belajar yang dipadu dengan TGT. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang terdiri dari dua siklus. Data penelitian berupa motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi, soal tes dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 57,08% yang termasuk dalam kategori kurang, sedangkan pada siklus II motivasi belajar siswa meningkat menjadi 75,71% yang termasuk dalam kategori baik. Persentase motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 18,63%. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 62,85%, sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belajar secara klasikal meningkat menjadi 85,71%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model siklus belajar yang dipadu dengan TGT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa kelas X-A SMA YADIKA Bangil, Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disarankan yaitu guru harus pandai mengelola kelas dan memperhatikan alokasi waktu yang digunakan agar pembelajaran berlangsung secara maksimal.

Read more

Conference Paper

Full-text available

March 2010

  • Budi Utami
  • Srini M Iskandar
  • Suhadi Ibnu

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran kimia pada materi larutan penyangga diantaranya adalah apakah suatu larutan merupakan larutan penyangga sebagai efek menambahkan ke dalam masing-masing larutan pada larutan lainnya yang mengandung asam atau basa atau dalam memutuskan apakah larutan merupakan larutan penyangga berdasarkan zat terlarutnya. Melihat kondisi tersebut, untuk ... [Show full abstract] meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi larutan penyangga maka diterapkan pembelajaran konstruktivistik melalui strategi Diagram Vee. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) apakah ada perbedaan hasil belajar siswa kelas XI IPA semester genap SMA PGRI Lawang Malang antara siswa yang diajar dengan strategi Diagram Vee dengan yang diajar dengan metode ceramah pada materi pokok bahasan larutan penyangga tahun 2007/2008, (2) Bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan strategi Diagram Vee dalam pembelajaran larutan penyangga. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi eksperimental). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA1 dan siswa kelas XI IPA2 SMA PGRI Lawang Malang yang terbagi atas kelompok kontrol dan eksperimen. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Berdasarkan hasil uji t data hasil belajar siswa diperoleh Zobs = 9,83939 > DK (Z 0,05 = 2,32 , DK = { Z ׀ Z > 2,32})sehingga Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi Diagram Vee lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah pada materi larutan penyangga. 2) Hasil respon siswa terhadap penerapan strategi Diagram Vee pada pembelajaran larutan penyangga adalah 23,26% siswa sangat setuju, 54,64% siswa setuju bahwa strategi Diagram Vee sangat bermanfaat dalam kegiatan praktikum di laboratorium, 19,76% berpendapat tidak setuju dan 2,33% sangat tidak setuju.

View full-text

September 2016 · JABE (Journal of Accounting and Business Education)

  • Immaculata Herawati
  • Yuli Widiastuti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Malang dan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi prestasi belajar akuntansi siswa. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Malang, dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Malang tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah ... [Show full abstract] deskriptif dan instrumen yang digunakan berupa kuisioner dan dokumentansi sedangkan teknik analisis datanya menggunakan Pearson Product Moment untuk uji validitas, Alpha Cronbanch untuk uji reliabilitas, dan analisis faktor menggunakan SPSS 16 for window untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar akuntansi. Dari hasil analisis data diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar akuntansi siswa yaitu motivasi, lingkungan sosial yang terdiri dari relasi antaranggota keluarga dan relasi siswa dengan siswa, psikologi yang terdiri dari EQ, kebiasaan belajar, perhatian, modernitas individu, sikap dan kesiapan serta faktor IQ

Read more

Remaja menganggap majalah sebagai sebuah kebutuhan di era globalisasi, agar dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan yang sedang terjadi di seluruh negara sekarang ini. Tetapi pada perkembangannya hingga saat ini rubrik majalah banyak menyajikan tentang gaya hidup fashion, dan dapat dikatakan hampir setiap majalah remaja saat ini mengulas tentang perkembangan fashion. Bahkan sebagian besar ... [Show full abstract] rubriknya berisi tentang fashion life style, yang sepertinya rubrik mode menjadi menu wajib bagi majalah-majalah remaja di Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah utama penelitian ini adalah: Adakah hubungan antara rubrik gaya di majalah GADIS dengan gaya fashion remaja dan seberapa besar hubungan rubrik gaya di majalah GADIS dengan gaya fashion remaja. Teori uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakaan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratification mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Berdasarkan teori tersebut, maka terdapat banyak alasan khalayak khususnya siswi SMA Negeri 9 lebih memilih majalah gadis untuk memenuhi informasi yang mereka butuhkan, mengingat eksistensi dari majalah gadis.jika rubrik gaya di majalah GADIS mampu menyajikan artikel yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan audience-nya, maka keberadaan rubrik tersebut dapat diterima. sebaliknya, jika rubrik gaya di majalah GADIS tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan audience-nya, maka mereka akan memilih rubrik gaya/fashion di majalah lain agar dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhannya Berdasarkan latar belakang penelitian maka di peroleh kesimpulan bahwa apabila rubrik gaya di majalah GADIS mengalami peningkatan, maka gaya fashion remaja akan meningkat pula. Hal ini menunjukan bahwa rubrik gaya di majalah GADIS berpengaruh positif terhadap gaya fashion remaja. Hal ini ditunjukan bahwa F hitung sebesar 57,343 > 3,938 oleh tabel 3.25 uji F/Serempak, maka hubungan antara rubrik gaya di majalah GADIS dengan gaya fashion remaja adalah signifikan. Hubungan antara variabel bebas yaitu rubrik gaya di majalah GADIS dengan variabel terikat gaya fashion remaja bersifat positif, artinya jika variabel bebas yaitu Rubrik gaya di majalah GADIS ditingkatkan maka gaya fashin remaja akan mengalami peningkatan

Read more

January 2014

  • Masjhudi Masjhudi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Malang menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa kelas XI IPA 1 masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari nilai ulangan terakhir yaitu materi pencernaan hanya 57% atau 12 dari 21 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM mata pelajaran Biologi di SMA Muhamma-diyah 1 Malang adalah 75. ... [Show full abstract] Selain itu, siswa juga kurang terlibat dalam penggunaan alat dan bahan saat praktikum sehingga menyebabkan keterampilan proses sains siswa kurang/rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 melalui penerapan pembelajaran yang berbasis praktikum. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Siklus I dan Siklus II secara berturut-turut dilaksanakan sebanyak 4 kali dan 3 kali pertemuan. Data yang diambil dari penelitian ini adalah (1) data keterlaksanaan pembelajaran berbasis praktikum, (2) data keterampilan proses sains (KPS) siswa yang dinilai melalui lembar observasi KPS, dan (3) data penguasaan konsep yang diukur melalui rata-rata tes akhir siklus dan laporan praktikum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum telah terlaksana dengan baik dari siklus I ke siklus II pada proses pembelajaran baik oleh guru maupun siswa. Keterampilan proses sains telah mengalami peningkatan pada setiap aspek. Keterampilan proses mengamati meningkat dari 92% menjadi 98%, keterampilan meramalkan meningkat sebesar 87,5% menjadi 95%, keterampilan proses menggunakan alat dan bahan meningkat sebesar 81,5% menjadi 98%. Keterampilan proses merencanakan praktikum meningkat dari 69,5% menjasi 98%. Keterampilan menafsirkan pengamatan meningkat sebesar 91,5 % menjadi 97%. Keterampilan proses melakukan komunikasi meningkat dari 70,5 menjadi 87%, dan keterampilan proses mengajukan pertanyaan meningkat dari 67% menjadi 73%. Penguasaan konsep siswa juga mengalami peningkatan yaitu dari 71% pada siklus I dan menjadi 90% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Malang mengalami peningkatan melalui penerapan pembelajaran berbasis praktikum. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggabungkan metode praktikum dengan model lain seperti inkuiri terbimbing dan problem posing yang dapat meningkat-kan keterampilan proses dan penguasan konsep, sehingga siswa lebih mampu berfikir tingkat tinggi.

Read more

Article

Full-text available

March 2019 · KEMBARA Journal of Scientific Language Literature and Teaching

Monolog dalam seni teater dan drama penting untuk di pelajari saat ini, karena memberikan dampak positif bagi seorang aktor, baik itu di atas panggung, maupun pada kehidupan itu sendiri. Kecerdasan yang bisa dipelajari dalam belajar monolog tentu saja bukan hanya berani tampil sendirian di atas panggung dengan menyampaikan kisah. tetapi nilai yang paling berharga adalah ketika seorang manusia ... [Show full abstract] mampu menghapalkan hasil pemikiran seorang penulis naskah, merespon segala tatanan artistik dengan kecerdasan lahiriah dan batiniah sebagai perangkat keaktoran untuk disampaikan kepada penonton. Refleksi dan evaluasi perlombaan, perlu disampaikan demi kemajuan para pelaku monolog.

View full-text

Conference Paper

Full-text available

February 2016

  • Ahmad Fauzi
  • Duran Corebima Aloysius

ABSTRAK Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yang dijabarkan oleh Gregor Johan Mendel dan dipelajari dalam materi pewarisan sifat. Laporan terdahulu melaporkan bahwa pewarisan Mendel merupakan salah satu materi yang cukup sulit dipelajari oleh peserta didik. Kegiatan praktikum yang bertujuan untuk memperlihatkan keberadaan hukum Mendel di dunia nyata dapat digunakan sebagai alternatif cara agar ... [Show full abstract] materi pola pewarisan sifat menjadi lebih mudah dipelajari oleh peserta didik. Drosophila melanogaster merupakan organisme model yang dapat digunakan sebagai media dalam mempelajari pola pewarisan sifat bagi para siswa. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa melalui persilangan berbagai strain D. melanogaster, pola pewarisan Mendel dapat teramati. Prosedur persilangan, data hasil penelitian, serta teknik analisis yang dilakukan dapat digunakan sebagai dasar dalam memanfaatkan D. melanogaster dalam kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, persilangan strain N x e, N x bse, dan testcross N x bcl secara berturut-turut digunakan untuk memperlihatkan pola pewarisan Mendel I, Mendel II, dan menunjukkan pemisahan dan pilihan bebas tidak terjadi pada tingkat gen, melainkan kromosom. Hasil anakan F2 pada persilangan N x e memenuhi rasio 3:1, hasil anakan F2 pada persilangan N x bse memenuhi rasio 9:3:3:1, sedangkan hasil testcross N x bcl memperlihatkan peristiwa pilihan bebas terjadi pada tingkat kromosom. Kata kunci: Drosophila melanogaster, hukum Mendel I, hukum Mendel II, pewarisan sifat PENDAHULUAN Hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas merupakan hukum yang dirumuskan oleh G. J. Mendel pada tahun 1865 (Corebima, 2013). Secara garis besar, hukum pemisahan Mendel menjelaskan terkait keberadaan sepasang faktor yang mengendalikan setiap karakter akan memisah pada waktu pembentukan gamet. Pada hukum pilihan bebas, Mendel menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain (Klug, dkk., 2012; Snustad dan Simmons, 2012; Corebima, 2013). Istilah faktor yang dijelaskan oleh Mendel tersebut dikemudian hari dikenal dengan istilah gen. Hukum pewarisan Mendel merupakan salah satu materi yang dipelajari peserta didik, baik di tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Pada tingkatan SMA, kajian terkait Hukum Mendel dipelajari peserta didik saat duduk di bangku kelas XII, tepatnya saat memasuki KD 3.9 dan 4.10. Pada tingkatan perguruan tinggi, kajian terkait Hukum Mendel dipelajari mahasiswa jurusan biologi ketika mereka menempuh perkuliahan Genetika. Sebagian siswa SMA merasa bahwa materi pewarisan sifat merupakan materi yang cukup sulit. Hal tersebut terungkap dari wawancara yang telah dilakukan terhadap siswa-siswa SMAN kelas XII di Kabupaten Malang. Sampel siswa tersebut menyatakan bahwa genetika dan pewarisan sifat merupakan materi yang cukup sulit. Bahkan 70% sampel mengatakan bahwa materi genetika dan pewarisan sifat merupakan materi tersulit di dalam mata pelajaran biologi. Hasil wawancara tersebut sesuai dengan laporan Cimer (2011) yang melaporkan bahwa hukum pewarisan Mendel merupakan salah satu materi berkategori sulit dipelajari oleh peserta didik. Genetika berkembang melalui penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan. Persilangan dilakukan para peneliti terdahulu sebagai usaha untuk mengungkap berbagai pola pewarisan sifat. Dari fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa persilangan merupakan ciri kegiatan inkuiri dari berbagai ilmuwan yang turut mengembangkan konsep genetika yang dipelajari di bangku sekolah saat ini. Berkaitan dengan hal tersebut, satu solusi yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kesulitan siswa dalam memahami materi pewarisan sifat adalah dengan memfasilitasi siswa untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang telah dilakukan oleh para peneliti tersebut. Pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran yang menurut Srisawasdi (2012) sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran sains.

View full-text

Article

Full-text available

August 2015 · JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran)

Penelitian ini berawal dari guru masih cenderung menggunakan metode ceramah, siswa kurang diberi latihan tentang kemampuan penalaran matematis dalam membuat dan menyelesaikan sebuah permasalahan. Pendekatan Problem Posing merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa agar mengembangkan kemampuan penalaran matematisnya dalam membuat soal dan menyelesaikan soal. Sehingga pendekatan yang ... [Show full abstract] digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Problem Posing. Hasil penelitian dari keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui pendekatan Problem Posing yang dilakukan oleh guru dan siswa pada dua pertemuan terlaksana dengan baik. Dari hasil analisis siswa I,II,III,dan IV diperoleh rata-rata siswa tidak dapat menyajikan pernyataan matematika dalam bentuk diagram dengan benar.

View full-text

Article

Full-text available

January 2018 · EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan)

  • Maya Erliza
  • Effendy Effendy
  • Munzil Munzil

Asam-Basa adalah salah satu materi penting yang dipelajari di SMA yang mencakup pemahaman konsep dasar dan melibatkan representasi makroskopik, mikroskopik dan simbolik. Hal ini menyebabkan materi asam-basa cenderung sulit dipahami oleh siswa. Kesulitan mempelajari materi Asam-Basa berpotensi menimbulkan miskonsepsi. Oleh karena itu perlu dilakukannya identifikasi miskonsepsi. Penelitian ini ... [Show full abstract] merupakan rancangan deskriptif untuk membandingkan keefektifan tes pilihan ganda tiga tingkat terhadap tes pilihan ganda diikuti wawancara dalam mengidentifikasi miskonsepsi asam-basa. Subjek penelitian ini adalah dua kelas homogen dari kelas program IPA pola lima semester SMAN 8 Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes pilihan ganda diikuti wawancara lebih efektif dibandingkan tes pilihan ganda tiga tingkat. Terdapat sembilan miskonsepsi yang dialami siswa, empat diantaranya merupakan miskonsepsi yang belum ditemukan pada penelitian lain.

View full-text

Article

Full-text available

February 2016 · Jurnal Ilmu Pendidikan

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran mengenai kesadaran tertib berlalulintas siswa, perhatian otangtua/sekolah terhadap kesadaran tertib berlalulintas siswa, dan hubungan perhatian orangtua/sekolah dengan kesadaran tertib berlalulintas siswa. Penelitian menggunakan metode survai. Data dikumpulkan dengan angket atas 132 siswa, wawancara dengan Kepala SMAN I dan VIII serta petugas Polresta ... [Show full abstract] Malang. Analisis dilakukan dengan persentase dan korelasi momen tangjar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri Kotamadya Malang berpeluang besar melakukan pelanggaran tertib berlalulintas, kesadaran cukup mengenai pentingnya SIM/STNK saat bersepeda motor, kurang menyadari pentingnya perlengkapan keselamatan, hampir cukup dalam etika berlalulintas, memperoleh perhatian cenderung kurang dari orangtua dan kurang dari sekolah dalam tertib berlalulintas, dan berkesadaran tertib berlalulintas tinggi jika memperoleh perhatian tinggi dari orangtua/sekolah, dan sebaliknya

View full-text

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA