Apa alasan Utsman bin Affan membukukan Al Quran?

Jakarta - Utsman bin Affan adalah sahabat Nabi Muhammad yang termasuk Khulafau Rosyiddin yang ketiga. Ia menjadi khalifah pada usianya yang ke-69 tahun menggantikan Umar bin Khattab. Utsman merupakan khalifah yang berjasa dalam membukukan Alquran.

Utsman  dikenal sebagai saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia tidak ragu mengeluarkan hartanya untuk kepentingan dakwah Islam. Kepribadian Utsman merupakan gambaran dari akhlak yang baik menurut Islam. Dia jujur, dermawan dan sangat baik hati hingga membuat Rasulullah SAW mencintai Utsman.

Utsman menikah dengan dua putri Rasulullah SAW. Pertama adalah Ruqayyah yang meninggal setelah Perang Badar. Utsman merasakan kesedihan yang mendalam sepeninggal Ruqayyah. Hingga akhirnya Rasulullah menasihatinya untuk menikahi seorang lagi anak perempuan beliau, Ummu Kultsum.

Ruqayyah adalah kakak dari Ummu Kultsum. Mereka lahir dari pernikahan pertama Rasul dengan Khadijah bintu Khuwailid. Awalnya, Ruqayyah menikah dengan ‘Utbah bin Abi Lahab. Sementara Ummu Kultsum menikah dengan ‘Utaibah bin Abi Lahab.

Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?

Ketika Rasulullah SAW mulai menyampaikan risalah kepada orang-orang Quraisy, Abu Lahab memerintahkan kedua anaknya untuk menceraikan kedua istrinya. Maka diceraikanlah Ruqayyah dan Ummu Kultsum dalam keadaan masih suci (perawan).

Hingga akhirnya, Ruqayyah dinikahkan dengan Utsman dan kemudian mereka berdua hijrah ke negeri Habasyah. Di Habasyah, Ruqayyah melahirkan seorang putra yang diberi nama Abdullah. Kemudian Utsman bersama keluarga kecilnya kembali berhijrah ke Kota Madinah setelah sebelumnya sempat kembali ke kota Mekkah.

Suatu ketika, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat berangkat menuju daerah Badr untuk menghadang kafilah dagang Quraisy. Sedianya, Utsman ingin mengikuti misi tersebut. Akan tetapi Rasulullah SAW memerintahkannya untuk tetap tinggal di Madinah demi menjaga dan merawat Ruqayyah yang dalam keadaan sakit.

Tatkala kaum muslimin bersukacita merayakan kemenangan atas pasukan Musyrikin dalam perang Badr, justru keluarga Utsman dirundung kesedihan atas kepergian istri tercintanya pada bulan Ramadan tahun 2 Hijriah.

Utsman menikah dengan Ummu Kultsum pada bulan Rabiul Awal tahun 3 Hijriah. Pada tahun 4 Hijriah, putra Utsman yang bernama Abdullah meninggal dunia karena sakit. Dan pada tahun 9 Hijriah juga meninggal berikutnya sang istri Ummu Kultsum, tanpa meninggalkan keturunan.

Karena kehormatan yang besar dapat menikahi dua pitri Rasulullah, Utsman mendapat julukan sebagai Dzun Nurain atau Sang Pemilik Dua Cahaya.

Dalam sebuah riwayat oleh Imam Muslim, Aisyah bertanya kepada Rasulullah, "Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?" Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”

Pada peristiwa Hudaibiyyah, Utsman dikirim Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Kakbah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Gathfan berkecamuk, di mana Rasullullah memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat Wali Kota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. 

Menjadi Khalifah

Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki Suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan, yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. 

Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 Hijriah. 

Utsman adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya dengan membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid.

Selain itu, Utsman juga membangun pertanian, menaklukkan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Alquran dalam satu mushaf.

Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.

Kewafatan Utsman bin Affan

Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak (Ghafiki dan Sudan), yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. 

Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 Hijriah ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Alquran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah Utsman oleh para pemberontak selama 40 hari. Utsman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 Hijriah. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah. []

Baca juga:

Sahabat umma, sebagai umat muslim, kita mengenal Al-Qur’an sebagai kitab suci dalam agama Islam. Tak hanya itu, kita juga percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantaraan Malaikat Jibril.

Apa alasan Utsman bin Affan membukukan Al Quran?

Ilustrasi

Namun pernahkah Sahabat umma berpikir bagaimana asal mulanya Al-Qur’an mulai dibukukan? Dan apakah alasan dibalik pembukuan Al-Qur’an tersebut?

Jika melihat pada sejarah awal mula pembukuan Al-Qur’an, disebutkan bahwa yang pertama kali membukukan Al-Qur’an dalam satu mushaf Utsmani ialah Sayyidina Utsman bin Affan. Namun, gagasan penulisan Al-Qur’an telah ada sejak zaman Khalifah Abu Bakar As-Siddiq atas usulan Umar bin Khattab.

Alasan pembukuan Al-Qur’an dalam satu mushaf adalah untuk menghindari adanya perbedaan. Banyaknya naskah-naskah Al-Qur’an yang berbeda-beda dikhawatirkan akan menimbulkan perbedaan dalam memahami tulisan dan makna ayat Al-Qur’an itu sendiri.

Oleh karena itu, Utsman bin Affan mengumpulkan berbagai macam naskah Al-Qur’an untuk dijadikan satu mushaf, dan mengusulkan mushaf tersebut untuk menjadi acuan, baik dari segi penulisan, tata letak, dan huruf-huruf yang digunakan, demi menjaga persatuan dan kesatuan umat.

Utsman bin Affan merupakan seorang khalifah yang berkuasa selama 13 tahun, yakni 644 sampai 656 M, atau 23 sampai 35 H. Ia menjadi khalifah setelah Umar bin Khattab wafat.

Sejak itulah, ia menggantikan Abu Bakar As Shidiq dan Umar bin Khattab, sebagai khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin.

Biografi Utsman Pemilik Dua Cahaya

Utsman bin Affan bin Abi Ashim bin Umayah bin Abdi Ayana bin Abdi Manaf Al-Umawy Al-Quraisy, adalah nama lengkap Utsman bin Affan.

Abu Abdillah, merupakan nama lain Utsman. Pada masa jahiliyyah, berasal dari Bani Umayyah. Dzun Nuraini atau pemilik dua cahaya merupakan julukan baru bagi Utsman.

Karena menikahi dua putri Nabi Muhammad SAW, yaitu Sayyidah Ruqayyah dan Sayyidah Ummu Kulsum.

Utsman Menjadi Khalifah

Utsman naik sebagai khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab wafat.

Sebelum wafat, Umar melakukan seleksi terlebih dahulu dengan mengangkat enam orang yang bertugas untuk menentukan khalifah berikutnya.

Keenam orang tersebut, antara lain, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwal, Abdurrahman bin Said dan Sa’ad bin Abi Waqas.

Dari keenam orang tersebut, akhirnya Utsman bin Affan terpilih sebagai khalifah ketiga di Masjid Nabawi 23 H atau 644 M, saat ia berusia 70 tahun.

Ketika memerintah, ia melakukan ekspansi dengan membentuk angkatan laut. Selain itu, ia membagi wilayah kekuasaan Islam menjadi 10 provinsi.

Pada masa pemerintahan, ia membangun gedung pengadilan, lalu membangun bendungan irigasi, dan memperluas Masjidil Haram sampai membukukan Al-Qur’an.

Membukukan Al-Quran

Pada masa khalifah, Utsman berupaya membukukan Al-Quran.

Hal ini terungkap dalam buku berjudul “Kepemimpinan dan Keteladanan Utsman bin Affan” karya Fariq Gasim Anuz.

Buku ini mengisahkan bagaimana awal mula Utsman dan para sahabatnya membukukan Al-Quran sampai akhirnya berbentuk mushaf Al-Quran.

Penulisan Al-Quran dalam satu mushaf sesuai tulisan aslinya dengan Hafsah menjadi usaha pembukuan di masa Utsman bin Affan.

Saat itu, Utsman memberi tanggung jawab penulisan Al-Quran kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair dan Said bin Hisyam.

Laporan dari Hudzaifah yang mengatakan telah terjadi perselisihan antara umatnya tentang Al-Quran menjadi salah satu pertimbangan.

Pertimbangan lainnya adalah kesalahan dalam membaca Al-Quran pada orang-orang non Arab, daripada orang Arab.

Selain itu, juga akibat dari belum ada upaya membukukan Al-Quran.

Alasan Utsman bin Affan tidak langsung begitu saja menyatukan dalam hal membukukan Al-Quran.

Utsman bin Affan melihat kondisi dahulu saat itu, termasuk menerima masukan.

Sebelumnya, pada masa Rasulullah Al Quran belum berbentuk mushaf. Baru pada masa khalifah Ustman inilah ada upaya menyatukan Al-Quran dengan membuat mushaf.

Upaya ini terjadi setelah Utsman menanggapi laporan Hudzaifah dengan bermusyawarah bersama beberapa sahabat di Madinah.

Metode Utsman dalam Penulisan Mushaf Al-Quran

Upaya membukukan Al-Quran di masa Utsman pertama kalinya dengan membuat beberapa metode.

Pertama, membentuk satu tim ahli melaksanakan penulisan Al-Quran.

Tim ahli ini menurut mayoritas ulama, terdiri dari 4 orang, yaitu Zaid bin Tsabit dari Anshar, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits dari Quraish.

Setelah itu, ia mengumpulkan mushaf yang ada pada Hafshah binti Umar bin Khattab. Kemudian menulis ulang sesuai tulisan aslinya.

Ia mengawasi sendiri proses pembukuan Al-Quran. Namun, proses pembukuan tersebut terjadi perbedaan tentang nama surat At-Taubah atau At-Tabuut.

Mendengar telah terjadi perbedaan, maka Utsman mengatakan untuk menulis At-Taabuut, sebab ia turun dengan lisan Quraisy.

Kemudian usai pembukuan mushaf ia membagi dan memperbanyak menjadi 5 bagian dan sebagian lagi berpendapat mushaf diperbanyak menjadi 5.

Kemudian, ia mengirimkan salinan mushaf ke sejumlah wilayah dari Mekah, Kufah dan Syam.

Mushaf Al-Madinah merupakan mushaf pengirimannya ke Madinah.

Mushaf Al-Imam merupakan salinan mushaf yang ia bawa sendiri.

Dalam pengiriman setiap mushaf, ada seorang pengajar yang menyertainya ke wilayah tertentu.

Pengajar tersebut mengajarkan kaum muslim cara membacanya berdasar hadist shahih dan hadis mutawir.

Abdullah bin Sa’id mengajarkan mushaf ke Mekah. Mughirah bin Syiap mengajarkan mushaf ke Syam, Abu Abdurrahman Sulami di Kufah, dan Zaid bin Tsabit di Madinah.

Memisahkan isi mushaf yang berbeda dengan cara membakar dan mencucinya dengan air sampai tintanya hilang.

Supaya tidak ada perbedaan dan muslimin bersatu dalam satu mushaf.

Kedermawanan Utsman bin Affan

Khalifah Utsman bin Affan, merupakan seorang pedagang kain yang kaya raya. Kedermawanannya terhadap sesama menjadi karakternya yang khas.

Berbisnis, salah satu cara Utsman untuk menyumbangkan sebagian rezekinya kepada orang yang membutuhkan.

Semasa hidupnya, Utsman sering mengelola berbagai macam bisnis, kemudian menghasilkan banyak uang hingga menjadi pedagang kaya raya.

Hasil usaha bisnis tidak untuk foya-foya, tetapi ia membagikan keuntungan bisnisnya dengan membantu orang yang tidak mampu dan kepentingan dakwah.

Ia memanfaatkan semua kekayaannya untuk keperluan berdakwah dan berjihad di jalan Allah.

Kisah Kedermawanannya terlihat jelas ketika terjadi perang Tabuk. Saat itu ia menyumbang ratusan ekor kuda, unta dan dana sebesar 1000 dinar.

Tidak hanya saat terjadi perang Tabuk, ia juga menaruh perhatian besar terhadap fakir miskin. Ia selalu menyisihkan sebagian rezeki kepada orang yang tidak mampu.

Bersedekah sudah menjadi kebiasaan Utsman semenjak ia sukses sebagai pedagang. Meskipun sering bersedekah, jumlah uang simpanannya tidak habis.

Menurut kitab Allah Al-Bidayah wa-an Nihayah, simpanan uang Utsman jumlahnya mencapai 151 ribu dinar dan 1000 dirham atau sekitar 2 triliun rupiah.

Strategi Utsman terjun ke Dunia Bisnis

Ketika menjalankan bisnis, khalifah Utsman menggunakan beberapa strategi, yaitu terjun langsung mengelola bisnis.

Keuntungan yang banyak ia peroleh dengan cara membayar jasa orang ketika membangun bisnis.

Strategi lain dalam merintis usaha, Utsman menyediakan stok barang yang harganya lebih murah dan terjangkau.

Kemudian ia tidak membeli stok barang lama dan selalu membeli barang yang terbaru dan berkualitas.

Menginvestasikan modalnya untuk masa depan menjadi cara lain Utsman dalam berbisnis.

Simpanan investasi tersebut sekarang menjadi warisan cucunya berwujud sebuah hotel, kemudian keluarga besar Utsman bin Affan kini yang mengelolanya.

Detik-detik Pembunuhan Ustman bin Affan

Semenjak Utsman menjadi khalifah ada beberapa kelompok seperti Mesir, Kuffah dan Bashrah yang tidak puas.

Sejumlah cara mereka lakukan untuk merebut kekuasaan dari kekhilafan Utsman. Dari Bashrah menggantinya dengan Thaihah.

Lalu dari Kufah menggantinya dengan Az-Zubair, dan dari Mesir datang menggantinya dengan Ali bin Abi Thalib.

Berbagai cara mereka lakukan untuk merebut dan menurunkan khalifah Utsman. Sampai akhirnya mereka mengepung rumah dari segala penjuru.

Peristiwa ini, bermula dari surat Utsman untuk Abdullah yang kemudian mereka rampas dari seorang budak utusan khalifah Utsman.

Namun, Utsman mengaku ia bukan penulis surat wasiat itu. Walaupun, dalam surat terdapat cap stempel cincin yang ia miliki.

Desakan supaya ia mengundurkan diri semakin kuat, tetapi Utsman tetap menolak menanggalkan jabatannya itu sampai maut memisahkan.

Pemberontak semakin beringas hingga akhirnya mereka membakar rumah Utsman. Keadaan makin panas setelah seorang pemberontak, bernama Al-Ghafiqi nekad menikam Utsman.

Na’ilah, isteri Utsman, yang sedang berada di rumah berusaha membela sampai jarinya terpotong. Jenggot milik Utsman mereka tarik dan langsung membunuhnya.

Ketika itu, Utsman sedang mengaji dengan mushaf Al-Qur’an masih berada di tangannya. (Deni/R4/HR-Online)

This post was last modified on Maret 14, 2021 6:20 PM