11 karakteristik atau ciri dari teks eksplanasi ialah

DALAM pelajaran Bahasa Indonesia, kita sering mendengar materi tentang Teks Eksplanasi. Di kelas 8 dan 11, kita juga pernah mempelajarinya lebih dalam

Pengertian Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang proses ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ kejadian-kejadian alam, sosial, ilmu pengetahuan, budaya, dan lainnya dapat terjadi. 

Baca juga: Manfaat dan Cara Mudah Mengulas Buku Bersama Anak

Suatu kejadian, baik itu kejadian alam maupun kejadian sosial yang terjadi di sekitar kita, selalu memiliki hubungan sebab akibat dan proses.

Lalu, gimana ya caranya kita tahu bahwa sebuah teks itu disebut sebagai teks eksplanasi? Yuk, kenali ciri-ciri dan struktur teks eksplanasi!

Ciri-Ciri Teks Eksplanasi

Ada beberapa ciri-ciri teks eksplanasi antara lain:

  • Informasi yang dimuat berdasarkan fakta (faktual).
  • Hal yang dibahas yaitu suatu fenomena yang bersifat keilmuan atau berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
  • Sifatnya informatif dan tidak berusaha memengaruhi pembaca untuk percaya terhadap hal yang dibahas.
  • Menggunakan kata penanda urutan.
  • Fokus pada hal umum (generik), bukan partisipan manusia. Contoh: tsunami, banjir, gempa bumi, hujan, dan lainnya.

Baca juga: Mengenal Paragraf Deduktif dan Contohnya 

Struktur Teks Eksplanasi

Sebuah teks bisa dikategorikan sebagai teks eksplanasi jika memiliki struktur sebagai berikut ini.

1. Pernyataan Umum

Di bagian pernyataan umum ini, sebuah teks eksplanasi menjelaskan tentang gambaran umum fenomena/peristiwa alam yang akan dibahas.

Poinnya bisa mengangkat tentang proses bagaimana fenomena/peristiwa alam tersebut bisa terjadi.

2. Urutan Sebab Akibat

Setelah mengetahui secara umum fenomena yang akan dibahas, pada bagian ini dijelaskan tentang penyebab dan akibat yang ditimbulkan dari fenomena tersebut.

Kamu bisa melakukan deskripsi dalam beberapa paragraf terkait sebab dan akibatnya. Bagian ini disebut juga dengan deretan penjelas.

3. Interpretasi

Interpretasi dalam teks eksplanasi dapat dikatakan sebagai penarikan kesimpulan. Kamu bisa memberikan tanggapan atau pernyataan terkait fenomena yang diangkat dalam teks tersebut.

Baca juga: Yuk Mengenal Kalimat Efektif

Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi

Ada pun dalam menyusun teks eksplanasi perlu memperhatikan kaidah kebahasaan berikut ini:

  • Menggunakan kalimat pasif
  • Menggunakan konjungsi kasual dan waktu
  • Terdapat istilah ilmiah
  • Menggunakan kata kerja material dan rasional
  • Bersifat informatif (OL-1)

11 karakteristik atau ciri dari teks eksplanasi ialah

Ilustrasi menulis, teks. (Image by Free-Photos from Pixabay)

Bola.com, Jakarta - Teks Eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan tentang terjadinya suatu proses peristiwa atau fenomena. Di dalam teks tersebut terdapat pernyataan yang menjadi penyebab timbulnya suatu fenomena.

Sesuai namanya, teks ini akan menerangkan tentang sebuah proses. Proses tersebut ada yang merupakan fenomena alam, budaya, suatu kejadian, sosial, dan lain sebagainya, yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Tujuan utama teks eksplanasi ialah untuk memberikan informasi yang detail dan akurat kepada orang lain, terkait suatu fenomena.

Suatu kejadian baik kejadian alam maupun kejadian sosial yang terjadi dalam kehidupan, selalu memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki proses.

Suatu kejadian yang terjadi tersebut, tidak hanya untuk diamati dan rasakan saja, tetapi bisa juga untuk dipelajari. Mengapa dan bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi.

Berikut ini rangkuman tentang ciri-ciri teks eksplanasi, struktur, kaidah kebahasaan dan contohnya, dilansir dari gerbangkurikulum.sma.kemdikbud.go.id, Rabu (24/11/2021).

11 karakteristik atau ciri dari teks eksplanasi ialah

Ilustrasi menulis. Credit: pexels.com/Ylanite

a. Isinya faktual/benar adanya

Isi teksnya bersifat benar adanya sesuai kenyataan atau apa adanya, jadi tidak berdasarkan opini penulis.

b. Bersifat ilmiah

Menjelaskan objek atau peristiwa yang dapat dipelajari menggunakan ilmu pengetahuan atau isinya termasuk karya ilmiah.

c. Bersifat informatif

Isinya berupa informasi mengenai objek atau fenomena yang diberikan kepada orang lain atau pembaca.

d. Memuat hal umum

Sebagian besar pembahasannya memuat fenomena umum, sosial, dan objek lain, lalu dijelaskan secara detail dengan bahasa yang mudah dimengerti.

e. Terdapat Sequence Makers

Dalam teks eksplanasi terdapat sequence makers atau penyampaian urutan, misalnya kesatu, kedua, ketiga, dan sebagainya.

11 karakteristik atau ciri dari teks eksplanasi ialah

Ilustrasi menulis, mengetik. (Photo created by stories on Freepik)

Pernyataan Umum

Dalam bagian ini berisi pernyataan secara umum mengenai suatu topik yang akan dijelaskan proses terjadinya atau suatu proses keberadaan.

Sebab Akibat

Pada bagian sebab akibat berisi mengenai detail penjelasan suatu proses terjadinya yang disajikan secara urut atau bertahap dari yang paling awal hingga yang paling akhir.

Interpretasi

Pada bagian interpretasi berisi tentang kesimpulan mengenai suatu topik yang telah dijelaskan.

11 karakteristik atau ciri dari teks eksplanasi ialah

Ilustrasi mengetik. /Copyright unsplash.com

Teks eksplanasi pada umumnya memiliki ciri bahasa sebagai berikut:

1. Fokus pada hal umum (generic), bukan partisipan manusia (non human participants), misalnya gempa bumi, banjir, hujan, dan udara.

2. Dimungkinkan menggunakan istilah ilmiah.

3. Lebih banyak menggunakan kata kerja material dan relasional (kata kerja aktif).

4. Menggunakan konjungsi waktu dan kausal, misalnya: jika, bila, sehingga, sebelum, pertama, dan kemudian.

5. Menggunakan kalimat pasif.

6. Eksplanasi ditulis untuk membuat justifikasi bahwa sesuatu yang diterangkan secara kausal itu benar adanya.

11 karakteristik atau ciri dari teks eksplanasi ialah

Ilustrasi menulis, mengetik. (Photo by rishi on Unsplash)

                                                                       Putus Sekolah

Kasus putus sekolah merupakan satu di antara fenomena sosial yang berkaitan dengan aspek kependidikan dan menjadi masalah di masyarakat atau kalangan pelajar. Seperti sebuah penyakit yang menyerang kronik segi kehidupan masyarakat. Sudah banyak tindakan yang dilakukan dalam penanganan masalah ini, tetapi belum juga tuntas. Di Indonesia, kasus putus sekolah mencapai angka yang cukup tinggi. Khususnya di daerah daerah yang terpencil.

Ada beberapa faktor yang sangat mendasar yang menjadi penyebab terjadinya putus sekolah. Putus sekolah biasanya terjadi karena faktor ekonomi orang tua. Kurangnya ekonomi orang tua yang dikarenakan tidak adanya penghasilan tetap atau tidak adanya pekerjaan menyebabkan anak menjadi tidak punya biaya untuk sekolah dan mereka terpaksa ikut bekerja membantu orang tua mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan.

Faktor lain yang menyebabkan putus sekolah, antara lain faktor internal, dari dalam diri anak sendiri yang tidak punya semangat untuk mengenyam pendidikan, malas ke sekolah karena minder sehingga tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya, sering di-bully karena tidak mampu membayar biaya sekolah sehingga membuat psikologis anak menjadi terganggu. Faktor eksternal, yaitu keluarga dan lingkungan.

Keluarga merupakan aspek terpenting dalam mendukung tumbuhnya psikologis anak. Kurangnya perhatian orang tua membuat anak menjadi urakan dan nakal. Selain itu lingkungan dan pergaulan yang terlalu bebas membuat anak menjadi ikut ikutan tidak aturan. Kenakalan remaja paling utama memang disebabkan oleh orang tua atau keluarga.

Akibat terjadinya putus sekolah, menimbulkan berbagai persoalan sosial bagi yang mengalaminya. Anak putus sekolah sering melakukan tindak kriminal yang tidak jarang membuat masyarakat resah. Mencuri, merampok, dan mencopet menjadi kebiasaan sehari-hari. Selain itu, bertambahnya pengangguran akibat putus sekolah menyebabkan kekacauan sosial karena pengemis dan gelandangan meningkat pesat.

Dari uraian di atas, sudah jelas bahwa kasus putus sekolah dapat dikatakan masalah serius yang harus segera ditangani. Sebab, masa depan bangsa dan negara berada di tangan pemuda, para pelajar. Pemerintah diharapkan bisa lebih tegas lagi dalam menyikapi masalah ini. Begitu pun dengan orang tua serta para tenaga pendidikan, harus bisa memberikan motivasi belajar dan pengawasan pada anak anak.

Sumber: Kemdikbud